Meditasi: Apa, Mengapa dan Bagaimana?

Tantangan terbesar saya masihlah hubungan intim. Saya sulit membangun relasi yang sehat dan berkelanjutan. Kecemasan masih sering menghantui.

Minggu, 27 Juni 2021 | 06:42 WIB
0
122
Meditasi: Apa, Mengapa dan Bagaimana?
Menyapu (Foto: rumahfilsafat.com)

Setiap harinya, puluhan email masuk ke saya. Sebagian bertanya tentang filsafat. Sebagian lagi bertanya soal Zen dan meditasi. Beberapa bisa saya jawab. Namun, tak semuanya bisa tersentuh.

Soal filsafat sudah sering saya bahas, baik di website, buku maupun seminar. Soal meditasi sebenarnya juga sudah. Namun, saya merasa perlu untuk membahas soal ini secara sistematik dan sederhana. Lahirlah tulisan ini.

Apa itu Meditasi?

Bisa dikatakan, meditasi adalah salah satu temuan terpenting dalam sejarah manusia. Ia membuka ruang baru bagi hidup manusia. Ia membawa orang keluar dari penderitaan batin yang amat menyiksa. Ia meningkatkan mutu kehidupan seseorang secara keseluruhan. Ada empat hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, meditasi adalah aktivitas untuk kembali ke saat ini. Masa lalu hanyalah ingatan. Masa depan hanyalah bayangan. Yang sungguh nyata adalah saat ini. Jika kita hidup sungguh di saat ini, kita hidup dalam kebenaran.

Dua, meditasi adalah aktivitas kembali ke sebelum pikiran. Sebelum pikiran, diri kita yang asli tampil ke depan. Sebelum pikiran adalah kesadaran/kehidupan (awareness/aliveness) itu sendiri. Kita menemukan kejernihan di sana.

Tiga, meditasi adalah aktivitas untuk membangun jarak dengan pikiran dan tubuh kita. Pikiran dan tubuh seringkali menjadi sumber penderitaan besar. Kecemasan akan berbagai hal membuat kita tersiksa. Dengan meditasi, kita membuat jarak dengan pikiran dan tubuh kita. Penderitaan pun mengecil, bahkan lenyap sama sekali.

Dalam artinya yang asli, meditasi bukan untuk menjadi sakti. Orang tak akan bisa terbang, jika ia meditasi. Orang tak akan bisa hidup abadi, jika ia meditasi. Meditasi, dalam artinya yang paling asli, tak akan membuat orang jadi dukun.

Meditasi adalah ilmu pengetahuan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Ia bukan agama. Orang tak perlu percaya. Iman juga tak diperlukan. Orang hanya perlu mencoba, menerapkan dan kemudian memetik hasilnya.

Mengapa Perlu?

Mengapa kita perlu bermeditasi? Ada lima hal yang penting untuk diperhatikan. Pertama, meditasi diperlukan, supaya orang menemukan keseimbangan dalam hidupnya. Banyaknya kecemasan dan pikiran yang berlebih membuat hidup penuh derita serta tak seimbang. Meditasi bisa menyelesaikan masalah itu.

Dua, meditasi memberikan kesehatan mental. Ia membuat orang mampu menjaga jarak dengan kecemasan hidupnya. Ia membuat orang mampu menemukan kedamaian disini dan saat ini. Meditasi bisa membawa orang menuju kebahagiaan yang sejati.

Tiga, kita hidup di era depresi. Banyak orang menderita, karena tekanan kehidupan yang berkepanjangan. Pandemik juga membuat derita semakin besar. Tingkat bunuh diri pun terus meningkat di berbagai negara. Meditasi bisa menjadi jalan keluar yang amat efektif untuk masalah-masalah ini.

Empat, meditasi bisa membawa kita pada pencerahan. Dalam arti ini, pencerahan terjadi, ketika orang sungguh memahami, siapa diri mereka sebenarnya. Pikiran dan badan hanyalah pinjaman. Diri kita yang asli adalah kesadaran/kehidupan itu sendiri. Inilah kebijaksanaan tertinggi.

Lima, dengan kejernihan, ketenangan batin dan kebijaksanaan yang kita miliki, kita bisa menolong semua mahluk. Kita bisa menolong keluarga kita. Kita bisa menolong mahluk hidup yang lain. Kita tidak lagi menjadi beban untuk lingkungan kita. Bahkan, kita bisa menggunakan penderitaan kita untuk menolong semua mahluk.

Penderitaan membuat kita bisa merasakan penderitaan orang lain. Kita bisa bersikap tepat terhadap orang lain yang menderita. Kita bisa menolong mereka, sesuai dengan kebutuhan mereka, dan kemampuan kita. Saat demi saat, kita mengembangkan empati dan welas asih terhadap semua mahluk.

Bagaimana cara Meditasi?

Meditasi ada dua macam, yakni formal dan informal. Meditasi formal berarti meluangkan waktu untuk duduk dan bermeditasi. Caranya adalah dengan mengambil postur duduk yang tegak namun relaks, bisa duduk di kursi atau bersila. Lalu luangkan waktu minimal 15 menit sehari untuk mengamati segala yang terjadi di saat ini.

Obyek pengamatan bisa napas, suara, sensasi kulit ataupun segala hal yang muncul. Kita mengamati semuanya, tanpa menilai. Kita menyadari semua yang datang, termasuk semua pikiran dan gejolak tubuh, tanpa menganalisis. 15 menit bisa juga dipisah 5 menit pagi, siang dan malam. Hidup anda akan berubah.

Meditasi informal adalah  meditasi dalam keseharian. Orang melakukan segalanya sepenuh hati, dengan kesadaran penuh. Semua kegiatan, mulai dari mandi, berjalan, sikat gigi dan semuanya, dilakukan dengan penuh perhatian. Jika ini dilakukan, maka kita hidup dalam kebenaran. Kita hidup di kenyataan disini dan saat ini.

Yang ingin dicapai adalah hidup yang meditatif. Tantangan hidup akan terus datang. Namun, semua dihadapi dengan ketenangan yang kejernihan yang diperlukan. Kita bisa menemukan kebahagiaan di tengah berbagai tantangan, dan bahkan bisa menolong semua mahluk hidup yang membutuhkan, sesuai dengan kemampuan kita.

Dalam perjalanan, kegagalan akan datang. Kita hanyut kembali ke dalam ketakutan. Kita hanyut kembali ke dalam pikiran yang berlebihan. Ini biasa. Semua orang mengalaminya. Kita hanya perlu kembali ke saat ini, dan mengamati obyek yang ada di saat ini.

Coba lagi. Gagal lagi. Coba lagi. Gagal lagi. Tak ada kata selesai.

Pengalaman Saya

Saya memasuki gerbang meditasi lewat derita yang amat sangat. Tepatnya sejak tahun 2014. Saya bangkit perlahan, dan kini bisa membantu banyak orang. Tentu saja, tak semuanya berhasil.

Tantangan kehidupan tetap datang. Kecemasan juga masih hadir. Namun, semua bisa dihadapi dengan ketenangan dan kejernihan yang diperlukan. Gagal lagi. Coba lagi. Latihan lagi. Tanpa henti.

Tantangan terbesar saya masihlah hubungan intim. Saya sulit membangun relasi yang sehat dan berkelanjutan. Kecemasan masih sering menghantui. Kerap kali, kecemasan berbuah konflik, dan berakhir dengan perpisahan. Inilah lingkaran samsara saya yang terus berulang.

Saya terus belajar. Saya terus berlatih. Kerap kali, saya bertanya pada guru yang saya anggap bijak. Pekerjaan rumah masih banyak. Mari mulai sekarang, dan diteruskan sampai akhir jaman!

***