Di tengah frustrasi ini, yang paling penting menumbuhkan kesadaran diri-sendiri. Menjaga kesehatan tubuh dengan perilaku dan makanan bermutu.
Mana lebih penting, protokol kesehatan atau protokol kesadaran? Sudah 6 bulan lebih, perkembangan virus Corona seolah baru dimulai. Tapi ujungnya, tidak memakai masker didenda ratusanribu. Duite mbahmu?
Banyak mendenda pertanda sukses atau gagal? Gagal membaca persoalan dari sebab hingga akibat. Bagaimana kalau tak memakai masker, tak patuh protokol kesehatan, bukan karena ketidaktahuan, tapi bagian dari perlawanan, atau penolakan?
Tak sedikit yang frustrasi. Lebih karena meyakini protokol kesehatan justru berdampak negatif. Karena pemerintah, juga dokter, tak bisa dipercaya? Kenapa bisa begitu, apa buktinya? Bisa panjang lebar menjelaskan. Capek membacanya (juga nulisnya ding).
Pemerintah tak memposisikan masyarakat sebagai subjek. Padal, dari perjalanan setengah tahun lebih, semua kesimpulan medis di dunia, perlawanan paling afdol terhadap virus, terletak pada jiwa dan raga kita. Di situ protokol kesehatan, PSBB, dan sejenisnya, bisa kontra-produktif, jika pendekatan kesadaran (antropologis, sosiologis), sama sekali tak tersentuh.
Senyatanya, kini fase penyebaran Corona lebih meluas. Sampai ke desa-desa, yang mobilitasnya rendah dan semula kalis. Hanya karena para kurir khusus (orang kota mudik atau piknik). Protokol kesehatan menjadi pembatasan ruang gerak, yang justeru berpotensi melemahkan daya tahan manusia, bukannya penguatan.
Alih-alih melakukan strategi penguatan, pemerintah (apalagi IDI), lebih menggantungkan pada ketersediaan vaksin, yang belum tersedia. Vaksin Merah Putih baru akan diproduksi massal pertengahan 2021. Rakyat harus beli atau gratis? Test-swab saja bertarif ratusan ribu.
Kita kehilangan imajinasi. Mengapa Jokowi yang suka minum jamu tak mengajak kembali ke alam, di mana flora dan herba kita tumbuh subur? Murah dan mudah, serta telah banyak mengalami uji klinis modern. Takut pada ancaman IDI? Presiden kok takut.
Penanganan bencana nasional, semestinya tanggungjawab pemerintah. Yang belum dilakukan, bagaimana cara melakukan penguatan daya tahan tubuh, dari dalam jiwa-raga per-individu. Di situ protokol kesadaran berkait strategi gerakan perlawanan bersama-sama. Lupakan pendekatan influenzer, karena bisa jadi bumerang.Maka di tengah frustrasi ini, yang paling penting menumbuhkan kesadaran diri-sendiri. Menjaga kesehatan tubuh dengan perilaku dan makanan bermutu. Tak harus mahal, malah jauh lebih murah dan mudah. Menjaga produktivitas daya imun, berolahraga, bersosialisasi, bergotong-royong, berkesenian, bergembira, jangan lupa bahagia.
Jangan sampai protokol kesehatan jadi protokol kejahatan. Karena membatasi pergerakan manusia, jika negara tak mampu melakukan penjaminan, bisa lebih celaka. Bukan karena tak ada anggaran, melainkan karena salah urus, salah data, salah masuk kantong. Ketilep KKN, atau tega nyuri untuk Pilkada 2020, serta tabungan Pemilu 2024.
@sunardianwirodono
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews