Begitulah mental sebagian dari kita. Maunya gratis untuk mencari kehidupan yang lebih baik, tapi berani bayar mahal untuk sebuah kesenangan sesaat.
Ada saudagar kapal yang kaya raya. Punya puluhan kapal angkut antarpulau. Bisnisnya maju pesat karena minim pesaing.
Suatu hari, ia marah-marah. Seorang karyawannya lapor kalau ada kapalnya yang rusak. Otomatis itu bisa berdampak berkurangnya pemasukan. Segera saja ia menyuruh karyawannya itu mencari tukang kapal untuk memperbaikinya.
Si karyawan pun pergi. Dicarinya tukang kapal yang bagus. Khawatir juragannya kecewa hingga ia bisa kena damprat. Takut pula ia dipecat.
Setelah tanya sana sini, akhirnya tukang kapal yang bagus didapatkan. Langsung saja tukang kapal itu diajak ke dermaga dimana kapal yang rusak disandarkan. Sambil menuju ke dermaga, karyawan itu menghubungi juragannya kalau sedang otw ke lokasi kapal.
Setiba di dermaga, si tukang kapal disambut oleh juragan. Tanpa basa-basi, si tukang kapal disuruh secepatnya memperbaiki kapalnya yang rusak itu.
Si tukang kapal pun beranjak menuju kapal yang rusak. Di tangannya dipegang sebuah palu. Entah apa kegunaan palu itu.
Tukang kapal pun memeriksa mesin kapal. Ditelusuri lorong-lorong kapal hingga baling-baling. Lalu, tukang kapal itu pun mengetok-ngetok baling-baling kapal. Dua kali ia mengetok baling-baling.
Setelah itu, disuruhnya si karyawan kapal agar menghidupkan kapal. Begitu kunci starter diputar, berbunyilah mesin kapal. Artinya, mesin sudah berfungsi normal.
Juragan terkaget-kaget di tepi dermaga. Bagaimana mungkin si tukang kapal begitu mudah memperbaiki kapal yang rusak itu. Selama bertahun-tahun ia sering menyuruh orang untuk memperbaiki kapal yang rusak,tapi tidak pernah ada tukang kapal yang secepat ini.
Karena dirasa cukup, si tukang kapal pamit. Izin pulang karena sudah selesai pekerjaannya. Segera saja tukang itu menemui juragan dan mohon diri.
"Berapa ongkosnya, Mas?" tanya si juragan.
"10.000 dolar" jawabnya pendek.
"Hah, cuma dua kali ketokan 10 ribu dolar. Gila kamu" teriak juragan nyaris tidak percaya.
"Dua ketokan itu memang hanya 2 dolar, tapi harga pengalaman saya 9.998 dolar" terangnya.
Di kehidupan sehari-hari, kita sering banget menawar ilmu. Begitu kikirnya kita membayar pengalaman orang lain, tapi begitu royal membeli sesuatu yang habis sekali pakai.
Pernah ada kejadian. Diundanglah narasumber ke sebuah acara akbar di kampus ternama. Ratusan orang memadati auditorium kampus. Mereka datang karena haus akan ilmu sehingga berani bayar mahal. Sayangnya, panitianya curang. Tidak ada apresiasi sedikit pun bagi narasumber.
Sebaliknya, ada sekumpulan orang yang haus ilmu mengundang narasumber yang sama. Tak lama diskusi itu. Hanya sekitar 3 jam. Namun, narasumber itu diberikan oleh-oleh yang sangat indah. Benar-benar dihargai.
Begitulah mental sebagian dari kita. Maunya gratis untuk mencari kehidupan yang lebih baik, tapi berani bayar mahal untuk sebuah kesenangan sesaat.....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews