Ketokan Rp140 Juta

Begitulah mental sebagian dari kita. Maunya gratis untuk mencari kehidupan yang lebih baik, tapi berani bayar mahal untuk sebuah kesenangan sesaat.

Kamis, 20 Agustus 2020 | 23:11 WIB
0
256
Ketokan Rp140 Juta
Kapal (Foto: Facebook/Johan Wahyudi)

Ada saudagar kapal yang kaya raya. Punya puluhan kapal angkut antarpulau. Bisnisnya maju pesat karena minim pesaing.

Suatu hari, ia marah-marah. Seorang karyawannya lapor kalau ada kapalnya yang rusak. Otomatis itu bisa berdampak berkurangnya pemasukan. Segera saja ia menyuruh karyawannya itu mencari tukang kapal untuk memperbaikinya.

Si karyawan pun pergi. Dicarinya tukang kapal yang bagus. Khawatir juragannya kecewa hingga ia bisa kena damprat. Takut pula ia dipecat.

Setelah tanya sana sini, akhirnya tukang kapal yang bagus didapatkan. Langsung saja tukang kapal itu diajak ke dermaga dimana kapal yang rusak disandarkan. Sambil menuju ke dermaga, karyawan itu menghubungi juragannya kalau sedang otw ke lokasi kapal.

Setiba di dermaga, si tukang kapal disambut oleh juragan. Tanpa basa-basi, si tukang kapal disuruh secepatnya memperbaiki kapalnya yang rusak itu.

Si tukang kapal pun beranjak menuju kapal yang rusak. Di tangannya dipegang sebuah palu. Entah apa kegunaan palu itu.

Tukang kapal pun memeriksa mesin kapal. Ditelusuri lorong-lorong kapal hingga baling-baling. Lalu, tukang kapal itu pun mengetok-ngetok baling-baling kapal. Dua kali ia mengetok baling-baling.

Setelah itu, disuruhnya si karyawan kapal agar menghidupkan kapal. Begitu kunci starter diputar, berbunyilah mesin kapal. Artinya, mesin sudah berfungsi normal.

Juragan terkaget-kaget di tepi dermaga. Bagaimana mungkin si tukang kapal begitu mudah memperbaiki kapal yang rusak itu. Selama bertahun-tahun ia sering menyuruh orang untuk memperbaiki kapal yang rusak,tapi tidak pernah ada tukang kapal yang secepat ini.

Karena dirasa cukup, si tukang kapal pamit. Izin pulang karena sudah selesai pekerjaannya. Segera saja tukang itu menemui juragan dan mohon diri.

"Berapa ongkosnya, Mas?" tanya si juragan.
"10.000 dolar" jawabnya pendek.
"Hah, cuma dua kali ketokan 10 ribu dolar. Gila kamu" teriak juragan nyaris tidak percaya.
"Dua ketokan itu memang hanya 2 dolar, tapi harga pengalaman saya 9.998 dolar" terangnya.

Di kehidupan sehari-hari, kita sering banget menawar ilmu. Begitu kikirnya kita membayar pengalaman orang lain, tapi begitu royal membeli sesuatu yang habis sekali pakai.

Pernah ada kejadian. Diundanglah narasumber ke sebuah acara akbar di kampus ternama. Ratusan orang memadati auditorium kampus. Mereka datang karena haus akan ilmu sehingga berani bayar mahal. Sayangnya, panitianya curang. Tidak ada apresiasi sedikit pun bagi narasumber.

Sebaliknya, ada sekumpulan orang yang haus ilmu mengundang narasumber yang sama. Tak lama diskusi itu. Hanya sekitar 3 jam. Namun, narasumber itu diberikan oleh-oleh yang sangat indah. Benar-benar dihargai.

Begitulah mental sebagian dari kita. Maunya gratis untuk mencari kehidupan yang lebih baik, tapi berani bayar mahal untuk sebuah kesenangan sesaat.....

***