Jauh sebelum menawarkan konsep khilafah, HTI berhasil menawarkan dulu cerita zaman keemasan Islam masa lalu yang dibumbui cerita masa depan di akherat.
Dulu kita mengenal media massa yang menghasilkan berita. Sekarang kita mengenal media sosial yang menghasilkan cerita.
Anthony Bourdain, seorang host acara kuliner melakukan cara bercerita. Pada episode tentang makanan Las Vegas, alih-alih langsung mention ke jenis makanannya, dia malah membawa penonton larut dalam cerita tentang sejarah Las Vegas yang awalnya gurun gersang. Ditambah dengan cerita personal dari warga Las Vegas itu sendiri. Baru di ujung acara dia masuk ke topik kuliner dengan mencicipi seuprit makanan yang ada di sebuah hotel termahal di sana.
Teman-teman HTI pun sama. Jauh sebelum menawarkan konsep khilafah, mereka berhasil menawarkan dulu cerita zaman keemasan Islam masa lalu yang dibumbui cerita masa depan di akherat. Baru setelah banyak yang mabuk dan terbuai dengan cerita itu, ditawarkannya ideologi mereka belakangan.
Kita akhirnya lebih suka cerita dibanding berita.
Kita akan merasa biasa-biasa saja saat mendengar berita Bung Nadiem dijadikan Mendikbud. Kita akan antusias saat mendengar cerita di baliknya. Mulai dari latar belakang sebagai pendiri Gojek, keturunan Arab, sampai dengan cerita status istrinya yang Katolik.
Maka, berceritalah dan dunia akan mendengarkanmu.
Masalahnya, cerita apa yang bisa dihasilkan dari sebuah kesendirian?
Cerita sepi?
Dari sepi paling banter menghasilkan sajak ratapan.
Lalu, kapan bahagianya???
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews