Bang Dzoel dan Keajaibannya

Bang Dzoel fotographer profesional yang begitu sibuk. Dalam sebulan, acaranya sangat padat. Entah itu untuk proyek pemotretan produk, model, atau pun untuk company profil.

Selasa, 19 November 2019 | 07:49 WIB
0
466
Bang Dzoel dan Keajaibannya
Achmad Zulkarnain (Foto: Dok. pribadi)

 Melihat kondisi fisik Achmad Zulkarnain, fotographer sohor Darwis Triadi kami tenggengan. Tak bisa ngomong apa-apa. Bagaimana mau menjadi fotographer dengan fisik seperti itu?

Achmad Zulkarnain, seorang difabel. Kedua tangan dan kakinya tidak normal. Hanya separoh. Dan tanpa jari. Mungkin karena putus asa, Darwis Triadi memberinya test yang tak lazim. Ia mencopot lensa kamera dari tustelnya, juga battery, menjadi komponen terpisah. Achmad Zulkarnaen diminta memasangnya dalam tempo lima menit.

Apa yang terjadi? Pemuda dengan fisik tak sempurna itu memasang kembali perangkat kamera dalam tempo hanya tiga menit. Darwis Triadi terbengong, dan menerima menjadi salah satu muridnya.

Achmad Zulkarnain (27) yang kemudian dikenal dengan nama Bang Dzoel, adalah salah satu narasumber saya yang paling otentik untuk 'Blusukan Butet'. Ia cacat fisik, tetapi ia normal. Ia riang gembira. Optimistik. Dan humor-humornya tak terduga. Ia seorang yang cerdas.

Bang Dzoel fotographer profesional yang begitu sibuk. Dalam sebulan, acaranya sangat padat. Entah itu untuk proyek pemotretan produk, model, atau pun untuk company profil. Bukan hanya di wilayah kotanya di Banyuwangi, melainkan Denpasar, Surabaya, bahkan Jakarta, Yogyakarta, dan sebagainya. Kadang pula ia diundang ceramah, pelatihan, di beberapa kampus berbagai kota.

Bagaimana menjalaninya? Ia mengendarai sendiri mobil sedan Chevroletnya yang sudah setahun ini dibelinya. Semula ia memakai mobil-mobilan (lihat foto) kayak go-kart dengan mesin sepeda motor, bikin sendiri. Tapi ia merasa tak aman, dan akhirnya membeli mobil bikinan Eropa itu. Bagaimana mengemudikannya?

Untuk oper persneleng, ia tambahi besi bundar sebagai pengumpil ke tangannya yang cuma separoh. Demikian pula untuk pedal gas dan rem, ia tambah konstruksi besi sehingga dua kakinya yang cuma sekitar 20cm bisa mengoperasikan. Termasuk untuk pedal kopling, karena ia tak suka mobil mattic, yang jika macet bisa lebih menyusahkan.

Dengan mobil itu, ia mengemudikan sendiri, juga untuk travelling jarak jauh, ke Bali, Surabaya dan kota-kota lainnya. Punya SIM? Ia menjawab tidak. "Waktu saya mengajukan permohonan SIM, Polisi tidak percaya, dan juga tidak memberikan jalan keluar. Apa option negara untuk orang seperti saya?" kata drop-out mahasiswa Hukum Universitas 17 Agustus Banyuwangi ini. Ia DO sebagai protes karena kelasnya berada di lantai tiga, dan tak menyediakan tempat untuknya.

Ketika berpindah-pindah lokasi syuting, saya memilih ikut Bang Dzoel. Ingin melihat langsung bagaimana ia mengoperasikan mobil. Semua lancar saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan, ketika route menuju luar kota, Bang Dzoel mengemudikan mobil dengan kecepatan antara 80 - 100. Dia mengajak kebut-kebutan dengan crew kamera yang melakukan travelling shots.

Tapi apa motivasi menjadi fotographer? Dengan cacat fisiknya, ia merasa minder. Apalagi jika mendekati cewek. "Dengan menjadi fotographer, menjadi lebih gampang mendekati cewek,..." kata lajang yang hobi main skate-board itu sembari ngakak.

Jawaban yang menakjubkan. Dan kenapa lebih suka motret model, gadis-gadis bening, dengan postur tinggi? Jawab Bang Dzoel, "Kalau mengarahkan gaya, berdiri berhadapan-hadapan, posisi kepala saya pas,..."

Mangsudnya apah, Bang?

***