Kalau umat termakan rayuan para pedagang (fashion) dengan berjualan menggunakan jargon-jangan agama, berarti kurang cerdas!
Sudahilah dakwah semacam ini!
Jangan lagi membawa hadist mengenai "tasyabuh" di era di mana kita tinggal di negeri yang damai.
Di era semua orang di bumi saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu rakyat yang sejahtera dan bumi yang layak dihuni bersama. dengan dakwah yang tanpa adab.
Bagaimana menggunakan ayat "tasyabuh" untuk pakaian dan penampilan, sementara masih menggunakan 'sepatu kets' buatan Yahudi! Sedang becanda?!
Berhentilah menjadikan Islam sebagai bahan becandaan!
Ayat "tasyabuh" ini sudah tidak relevan manakala Muslim tidak sedang berperang dengan siapa-siapa..
Di jaman Nabi menampakkan ciri Islam itu penting, untuk menghindari saling memerangi saudara seiman sendiri saat dalam kondisi perang.
Beginilah ketika ghiroh dakwah tanpa diiringi ilmu yang proper, tidak menguasai ilmu Al Quran dan Hadits, tidak mendalami asbabun ayat/hadits sebelum didakwahkan, dst..
Muslim bukan kumpulan umat yang bodoh, mestinya itu juga CIRI ISLAM yang perlu ditampakkan. Lebih esensial dari sekedar pakaian.
Orang cerdas tidak akan termakan propaganda para pedagang. Semacam inilah taktik para pedagang (fashion) untuk melariskan dagangannya.
Kalau umat termakan rayuan para pedagang (fashion) dengan berjualan menggunakan jargon-jangan agama, berarti kurang cerdas!
Dulu flyer benar-benar digunakan sebagai alat bantu untuk pendidikan, syi'ar dan menyeru. Untuk pengetahuan dan memperbaiki kualitas umat.
Kini flyer digunakan untuk saling mencela dan memecah belah umat alih-alih memperkokoh ukhuwah.
Menyedihkan..
Sudahilah... Sudah. Jangan diteruskan!
Ingin menampakkan CIRI ISLAM, ya akhi?
Ramaikanlah masjid di waktu SUBUH seperti ramainya sholat Jumat!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews