Juara Dunia Bulutangkis: “Saya Hormat dan Bangga kepada Dokter dan Tenaga Medis”

Saran saya ikuti instruksi pemerintah tetap di rumah saja. Jaga jarak. Kalau terpaksa keluar rumah pakai masker dan jangan lupa sering cuci tangan.

Minggu, 26 April 2020 | 13:30 WIB
0
271
Juara Dunia Bulutangkis: “Saya Hormat dan Bangga kepada Dokter dan Tenaga Medis”
Hariyanto Arbi (Foto: CNN INdonesia)

Juara Dunia Bulutangkis 1995 Hariyanto Arbi menggotong kardus besar berisi 200 potong kaos dari bagasi mobilnya sampai masuk ke dalam gedung RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Kamis (23/4) malam.

Hari, panggilan akrabnya, memberikan langsung kaos-kaos itu kepada Komandan RS Darurat Covid-19 Letkol Marinir drg. Arifin. Beberapa hari sebelumnya ia dapat info mengenai kebutuhan kaos untuk dokter dan tenaga medis yang sedang bertugas di Wisma Atlet.

Pada awal April lalu Hari, yang juga pemegang gelar Juara Bulutangkis All England 1993 dan 1994, sudah menyumbang 12 raket bulutangkis lengkap dengan kok dan peralatan olahraga tenis meja komplet untuk pasien dan prajurit TNI – Polri yang bertugas di sana agar dapat berolahraga seperti dianjurkan dalam protokol dalam menghadapi wabah coronavirus.

“Saya hormat dan bangga kepada seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang sudah berjuang untuk menyelamatkan pasien dan kita semua selama wabah coronavirus,” ungkap Hari, 48 tahun, yang menggunakan masker selama berada di Wisma Atlet.

Malam itu Hari, pemilik perusahaan peralatan olahraga bulutangkis dengan nama brand Flypower, menerima permintaan Letkol Arifin untuk melakukan rapid test. Hasilnya negatif karena Hari memang menjaga betul kesehatannya selama social physical distancing di rumah saja.

Berikut wawancara BersamaLawanCovid-19 (BLC) dengan Hariyanto Arbi (HA), mantan pebulutangkis nasional yang mempunyai julukan “Smash 100 Watt” dan anggota Timnas Indonesia meraih Juara Piala Thomas selama empat kali berturut pada tahun 1994, 1996, 1998, dan 2000:

BLC: Mengapa Anda tergerak untuk membantu?

HA: Awalnya saya dengar dan lihat berita kalau dokter dan tenaga kesehatan yang sedang berjuang di garda paling depan kekurangan alat pelindung diri (APD) dan alat-alat medis.

Dari ikut prihatin sampai ada keinginan gimana caranya bisa ikut membantu. Solidaritas saya tergugah. Ibaratnya dulu waktu saya bertanding di lapangan bulutangkis untuk Indonesia banyak yang mendukung sehingga saya bisa meraih juara.

Saya rasa seluruh dokter dan tenaga medis juga perlu dukungan kita semua biar bersemangat melakukan tugasnya.

BLC: Apa saja yang Anda sumbangkan buat membantu dokter dan tenaga medis di RS Darurat Covid-19?

HA: Awal bulan April saya memberi raket, shuttlecock, dan meja ping pong buat para medis supaya tetap bisa berolahraga sehingga mereka sehat terus. Sebab kalau mereka sampai sakit siapa yg mau jaga kita?

Setelah itu, beberapa hari lalu, saya dapat info di Komunitas Bulutangkis Indonesia (KBI) kalau mereka juga membutuhkan kaos buat ganti setelah pakai APD. Jadi saya sediakan 200 kaos buat ganti paramedis di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet.

Selain sumbangan ke Wisma Atlet, sebelumnya saya bersama KBI dan Alumni PB Djarum mengumpulkan donasi untuk membeli APD, masker N95, dan sarung tangan buat dibagikan ke RSUD-RSUD di Madiun, Bojonegoro, Jepara, Sampit, Samarinda, dan Subang.

BLC: Anda sampai mengantar langsung, bahkan ikut menggotong kardus besar (berisi kaos sumbangan), dari bagasi mobil Anda sampai masuk ke dalam rumah sakit….

HA: Awalnya perasaan saya campur aduk antara penasaran dan seram-seram gimana gitu masuk ke dalam rumah sakit. Tapi setelah berada di sana saya merasa baik-baik saja.

Saya dengar cerita Pak Arifin, komandan di sana, kelihatan mereka semangat banget waktu saya datang. Bahkan saya diajak foto-foto bareng dan mereka minta tandatangan saya di kaos yang saya bawa untuk mereka.

Saya juga lihat langsung mereka waktu pakai APD. Ada perasan sedih, trenyuh, terharu, plus hormat dan bangga sama mereka semua yang sudah berjuang buat kita. Itu gak gampang, lho, dan gak nyaman pastinya. Tapi wajah mereka tetap ceria dan senyum terus. Mereka perlu disemangati. Mereka perlu dukungan!

BLC: Bagaimana ceritanya bisa ikutan rapid test?

HA: Saya ditawari Pak Arifin ikut rapid test karena belum pernah coba sebelumnya. Ada perasaan waswas tapi gak terlalu karena saya selama ini juga lebih banyak di rumah saja. Puji Tuhan hasil rapid test saya negatif.

BLC: Apa saran buat warga agar wabah coronavirus ini tidak menyebar?

HA: Saran saya ikuti instruksi pemerintah tetap di rumah saja. Jaga jarak. Kalau terpaksa keluar rumah pakai masker dan jangan lupa sering cuci tangan.

***