Mewaspadai Gerakan Pengumpulan Donasi

Salurkan secara produktif, sebagian harta kita yang memang milik orang lain, kepada yang benar-benar berhak menerimanya atau darurat membutuhkan.

Kamis, 23 Januari 2020 | 22:03 WIB
0
356
Mewaspadai Gerakan Pengumpulan Donasi
Aksi ACT (Foto: klikpositif.com)

Kemarin saya baru menyadari ada spanduk baru dipasang di tembok seberang lahan saya. Saya lupa tidak memfotonya tapi sama persis seperti pada foto terlampir.

Saya baca pelan-pelan, barangkali menemukan jawaban dari perasaan ganjil yang saya rasakan.

What? Aksi Bela Natuna? Apanya yang perlu dibela?

Dalam artian apa urgensinya aksi kemanusiaan dengan kapal-kapal Cina yang merapat ke zona perbatasan di perairan Natuna, sehingga perlu di lakukan pengumpulan donasi? Untuk apa donasi tersebut?

Yang kita ketahui bersama, jika ada konflik perbatasan di laut, maka yang disiagakan adalah kapal-kapal penjaga, entah dari angkatan laut, kepolisian, KKP, dlsb.

Artinya semuanya terdiri dari para aparat negara, dengan biaya operasional, yang tentu saja tidak sedikit, mulai dari solar untuk bahan bakar kapal, dlsb, dibiayai dengan anggaran negara dari kesatuan masing-masing.

Namanya juga lokasi konfliknya di laut, tentu saja tidak bisa sembarang masyarakat sipil bisa turut campur, pun juga di pangkalan militer TNI di darat. Selain karena membutuhkan biaya tidak sedikit, tugas pengamanan jelas adalah ranahnya negara.

Memang ada ratusan kapal-kapal sipil yang diberangkatkan ke Natuna seiringnya memanasnya konflik, itupun hanya kapal-kapal nelayan yang ditugasi untuk mengambil ikan di perbatasan, demi mengimbangi aksi serupa yang dilakukan oleh kapal-kapal ikan milik China.

Jadi sekali lagi pertanyaannya, di mana urgensinya sehingga sebuah lembaga donasi perlu menghimpun dana masyarakat untuk disumbangkan ke Kepulauan Natuna?

Saya pun penasaran dan melakukan penelusuran untuk dibelanjakan apa donasi dari masyarakat tersebut. Ternyata hanya untuk makan-makan para tentara dan masyarakat setempat!

Yassalaaam... Apa mereka di lokasi ini sedang dalam kondisi kelaparan, dalam situasi perang, dengan situasinya yang mencekam, keamanan terganggu, sehingga distribusi bahan makanan tidak lancar, pasar dan toko tutup, jalur-jalur transportasi ditutup, dst.. Intinya kondisi sedemikian gentingnya sehingga perlu diadakan aksi kemanusiaan ?

Sedang dalam keadaan perang dar der dor pun tidak, saudarah. Bencana juga tidak. Lalu apa tujuan dari aksi dadakan ini? Catat ya poinnya. Dadakan. Bersifat situasional.

Jika disebut aksi kemanusiaan yang bersifat kedaruratan (karena situasional tsb), maka tidak dapat dikategorikan ke sana, sebagaimana sudah dijelaskan di atas.

Jika disebut aksi bela negara, apanya yang perlu dibela? Apakah kapal-kapal China sedang menyerang ke territorial Indonesia? Tidak.

Apakah tentara yang sedang bertugas di perbatasan sedang kekurangan logistik sehingga perlu bantuan dana masyarakat untuk membeli peluru, solar, bahan makanan, dlsb ? Juga jelas tidak.

Kementerian Pertahanan sudah diberi anggaran tertinggi di APBN dibandingkan kementerian lain, dan Menhan nya Prabowo Subianto, tidak sedang teriak-teriak kepada Menteri Keuangan kekurangan anggaran untuk menjaga perbatasan.

Kalau dulu teriak-teriak tentang anggaran Kemenhan di Debat Pilpres iya, sambil joget-joget...ups. Tapi sekarang setelah menjadi Menhan sudah tidak teriak-teriak lagi, apalagi gebrak meja..ehh.

Anggaran ratusan triliun sedemikian besar tentu tidak sebanding dengan donasi masyarakat yang "tidak seberapa".

Pun jika ada kejadian kelaparan atau kurang gizi endemik, seperti di Papua dulu, Kementerian Sosial bersama BNPB pasti masih mampu untuk mengatasi.

Bahwa masyarakat yang tinggal di kepulauan terluar & terjauh umumnya tertinggal dari daerah lainnya memang benar. Dan dalam rangka pengentasannya, pemerintahan Jokowi telah melakukan berbagai usaha, seperti prioritas pembangunan untuk wilayah 3T, anggaran Dana Desa yang jumlahnya lebih besar dari desa-desa di luar wilayah 3T, dlsb..

So, jika masyarakat umum ingin turut membantu masyarakat kepulauan, tentu agar efektif harus melalui program-program yang terencana, sesuai kebutuhan, dan berkelanjutan.

Misalnya membantu mengirimkan para sukarelawan tenaga pengajar, tenaga kesehatan, hibah laptop dan sarana pendidikan lainnya agar anak-anak kepulauan tidak tertinggal dari daerah lainnya, alat-alat kesehatan, sanitasi, dlsb..

Kesimpulannya...

Waspadalah.. Waspadalah.. Terhadap aksi pengumpulan dana masyarakat yang mendompleng pada peristiwa-peristiwa tertentu dan jauh dari status kedaruratan.

Jika statusnya tidak darurat namun donasi diberikan dalam bentuk bahan makanan, maka harus diwaspadai para pengumpul donasi memiliki agenda lain namun dengan menggunakan judul 'aksi kemanusiaan'.

Misalnya dalam kasus Natuna ini, untuk menyebarkan ke masyarakat sentimen SARA anti etnis Cina, agenda politik dan ekonomi Anti China, atau sekedar menghimpun dana gratis milik masyarakat, dlsb.

Jangan sia-siakan sumber daya ekonomi masyarakat untuk kepentingan tidak bertanggung jawab pihak-pihak tertentu.

Salurkan secara produktif, sebagian harta kita yang memang milik orang lain, kepada yang benar-benar berhak menerimanya atau darurat membutuhkan.

***