Politisasi "Dakwah Hijrah" dalam Bingkai Hoax

Fenomena ini yang saya lihat sedang berkembang meluas, wabil khusus pada kelompok Muslim moderat, liberal dan nasionalis.

Senin, 2 September 2019 | 07:34 WIB
0
389
Politisasi "Dakwah Hijrah" dalam Bingkai Hoax
Ilustrasi hijrah (Foto: Youtube)

Inilah sebabnya dulu saya sempat menghimbau para netizen agar tidak membuat satire dengan cara mengedit konten-konten dari media mainstream, meski tujuannya hanya becanda atau humor.

Pertama karena tidak semua orang memiliki tingkat humor yang sama, sehingga belum tentu menangkap satire yang dimaksud, dan dapat mengecoh atau menimbulkan multitafsir bagi yang tidak menangkap pesan satire-nya.

Kedua, pengeditan konten dari media mainstream bisa menyuburkan hoax. 

Adanya fabrikasi pada media mainstream yang kita anggap sebagai media yang masih menjunjung kode etik jurnalisme dan menjadi pegangan kita untuk menyelamatkan diri dari informasi hoax, dapat menurunkan tingkat kepercayaan publik pada media mainstream, karena ternyata media mainstream pun tidak selamat dari informasi hoax (padahal hanya fabrikasi).

Contohnya satu artikel dari media Kompas yang sudah diedit gambarnya, yang saya lihat kemarin diposting oleh netizen dengan narasi caption yang berpotensi menyesatkan atau mengecoh pembaca (sayang saya lupa menskrinsut caption nya).

Intinya, pada judul berita terlampir (KJRI Hamburg menyelenggarakan pagelaran seni budaya Jawa Barat) dengan menampilkan gambar wanita-wanita busana Muslim, menciptakan premis yang salah seolah-olah budaya Jawa Barat telah "di-Islam-kan" sehingga kini berpenampilan lebih syar'i, dan budaya Jawa Barat yang telah bertransformasi inilah yang ditampilkan oleh KJRI Hamburg.

Lalu umat Islam yang sedang bereuforia dengan "dakwah hijrah" (dampak dari politisasi agama juga) bersorak suka cita, merasa dimenangkan, dst.. Padahal dasar semua ini adalah HOAX!

Gambar wanita-wanita berbusana Muslim itu tidak salah, memang bagian dari acara yang diselenggarakan oleh KJRI Hamburg. Namun konteksnya adalah pameran busana muslin yang diselenggarakan oleh salah satu desainer Indonesia, dalam konteks memperkenalkan industri dan dunia usaha domestik ke pentas dunia. 

Namun ketika gambar tsb disandingkan dengan judul berita tentang Seni Budaya Jawa Barat, bisa menimbulkan persepsi yang salah dari pembaca.

To be honest, saat ini saya memang sedang melawan gerakan "dakwah" semacam ini. Bukan karena saya tidak suka, bukan karena saya yang sering dicap orang "golongan munafik" bla bla bla.. 

Tapi karena saya menganggap gerakan dakwah semacan ini melenceng dari koridornya, menyesatkan dan menjauhkan umat dari ajaran Islam (yang sesungguhnya) itu sendiri.

Lebih lanjut, memberikan citra buruk pada Islam yang sebenarnya, dan ini berakibat bukan hanya pada pandangan umat non-Islam terhadap Islam, tapi juga umat Islam sendiri menjadi apriori terhadap agamanya sendiri. 

Dan dampak yang paling negatif, yaitu melemahkan umat untuk belajar ilmu agama, karena adanya apriori dan ketakutan-ketakutan tadi (islamophobic).

Fenomena ini yang saya lihat sedang berkembang meluas, wabil khusus pada kelompok Muslim moderat, liberal dan nasionalis.

Karena cara-cara yang salah dalam dakwah, umat Islam menjadi saling curiga mencurigai antar satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Terkadang dengan dasar, lebih sering lagi tanpa dasar, hanya berdasarkan asumsi-asumsi, prejudice, stereotyping, dan termasuk hoax semacam ini. 

Ini keadaan yang memiriskan, dan dalam jangka panjang bisa sangat berbahaya, baik bagi Islam itu sendiri, praktik beragama umat, maupun bagi kerukunan, ketertiban dan keutuhan NKRI.

Saya peduli. Bagaimana dengan Anda ?

***