Alangkah Ribetnya Caramu Beragama

Sembahlah Tuhanmu, perbanyak amalmu, luaskan kebaikanmu, jadikan dirimu bermanfaat. Itu jauh lebih sederhana untuk dilakukan.

Kamis, 9 Mei 2019 | 17:43 WIB
1
908
Alangkah Ribetnya Caramu Beragama
Ilustrasi agama (Foto: Tribunnews.com)

Untuk apa kau beragama? Untuk mengabdi pada Tuhanmu. Tuhan yang kau imani, Tuhan yang kau percayai. Juga untuk menjaga sikap-sikapmu, agar kau bersikap dan bertindak baik. Selain itu, agar hidupmu tenang dan damai.

Ingat, kau ingin mengabdi pada Tuhanmu, Tuhan yang kau imani. Fokuslah untuk mengabdi pada Tuhanmu, bukan Tuhan orang lain. Jadi, tak perlulah kau sibuk membanding-bandingkan Tuhanmu, serta ajaran agamamu dengan Tuhan dan ajaran agama orang lain. Cukuplah kau yakini kebenaran agamamu, tanpa perlu menelisik kebenaran atau kesalahan agama lain. Kalau kau yakin lampumu terang, kau tak perlu memadamkan lampu-lampu milik orang lain untuk bisa melihat terangnya lampumu.

Kau ingin mengabdi pada Tuhanmu, Tuhan yang kau imani. Maka mengabdilah. Sembahlah Dia. Isi hari-harimu dengan ibadah untuk memuja-Nya. Tapi kenapa pula kau justru sibuk mengurusi ibadah orang lain? Kau keberatan dengan pelaksanaan ibadah mereka. Kau halangi ibadah mereka. Kau tolak pembangunan rumah ibadah mereka. Kenapa kau ini?

Baca Juga: Untuk Tujuan Apakah Gerangan Mereka Merusak Rumah Ibadah?

Isi waktumu dengan beribadah. Menghalangi ibadah orang lain itu bukan ibadah. Tindakan itu tidak memuliakan Tuhanmu. Kenapa kau perlu melakukannya?

Kau hendak beribadah, kau paksa orang lain untuk terlibat. Orang lain harus mendengar doa-doamu. Orang lain harus menghormati ibadahmu, dengan cara-cara yang kau tentukan. Orang lain harus memperhatikan apa-apa yang tak kau sukai. Memangnya kau itu siapa?

Kau beragama untuk menjaga sikapmu, agar tindak tandukmu baik. Agar amalmu baik. Tapi nyatanya kau sibuk mengurusi amal orang lain. Kau sibuk mengatur bagaimana orang lain harus bersikap. Kenapa kau tidak sibukkan saja dirimu dengan amal-amal baikmu saja?

Kau bilang, kau ingin mencegah keburukan. Baiklah. Kalau ada pencuri mau mencuri, kau cegah. Kalau ada orang mau menjual narkoba, kalau kau berani kau cegah. Itu masih betul. Tapi kalau ada orang mau makan makanan yang kau haramkan untuk dirimu, jangan kau ributkan. Bagimu haram, bagi dia tidak. Kau tak perlu mencampuri urusan dia. Itu bukan urusanmu.

Baca Juga: Kenapa Harus Takut dengan Bakti Sosial di Gereja?

Kau beragama agar hidupmu tenang dan damai. Tapi kau sibuk membuat keributan dengan merecoki hidup orang lain, ibadah orang lain, agama orang lain. Kau membangun konflik, memicu keributan dan kegundahan. Kau tak tenang, tak damai. Orang lain lebih tidak tenang dan tidak damai lagi. Jadi, tujuanmu untuk tenang dan damai tidak tercapai.

Alangkah ribetnya caramu beragama, kalau fokusmu bukan pada Tuhanmu, bukan pada imanmu, bukan pada ibadahmu, bukan pada amalmu, bukan pada akhlakmu. Ribet betul caramu beragama kalau fokusmu pada Tuhan orang lain, iman orang lain, ibadah orang lain, amal orang lain. Kau sibuk mengurusi apa yang diimani orang, apa yang disembah orang, apa yang dimakan orang, apa yang dipakai orang, apa yang dilakukan orang.

Sembahlah Tuhanmu, perbanyak amalmu, luaskan kebaikanmu, jadikan dirimu bermanfaat. Itu jauh lebih sederhana untuk dilakukan.

***