Dear all,
Perbincangan tentang poligami sungguh membuat saya berpikir dan menganalisis pendapat banyak orang lebih dari yang saya butuhkan. Banyak pendapat dan argumen yang sangat menarik dari para milister. Tapi benarkah poligami itu buruk dan melecehkan wanita?
Saya tidak bisa menerimanya. Bagaimana kita bisa menilai secara jujur dan obyektif poligami ini dan bukan sekedar berdasarkan pendapat dan sentimen pribadi?
Sebagai seorang laki-laki muslim yang berusaha taat pada ajaran agama (ehem!) saya tentu tidak akan mengharamkan poligami ketika di kitab suci dikatakan bahwa poligami itu diperkenankan dengan
syarat.
Tapi pendapat saya tentu dianggap personal, dan tidak universal, oleh banyak members di milis ini karena banyak orang yang tidak sepakat dengan ajaran agama di kitab suci saya. Saya sendiri tidak punya kesempatan untuk mempelajari secara mendalam kitab suci lain tentang masalah poligami ini meski saya meyakini bahwa tentunya di
kitab suci lain tidak ada larangan untuk berpoligami. Atau setidak-tidaknya poligami juga diperkenankan dengan syarat. Lha wong banyak nabi yang punya istri sampai puluhan je! Ini nabi lho!
Jika kita melihat kenyataan sejarah kita bisa melihat bahwa poligami sebenarnya adalah praktek yang sangat umum pada peradaban manapun. Bahkan berdasarkan studi diketahui bahwa semua mahluk hidup di muka
bumi ini menganut poligami (maksudnya punya banyak betina). Hanya beberapa jenis binatang yang setia pada satu pasangan.
Hampir seluruhnya menganut pola banyak betina untuk menjamin kelangsungan hidup spesiesnya. Artinya, poligami itu naluri alamiah bagi mahluk hidup untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Kita tentu tidak akan memvonis bahwa binatang itu keji dan hina karena mereka melakukan praktek punya banyak istri (Anak saya melarang kucingnya berhubungan dengan kucing tertentu karena katanya kucing tersebut sudah
jadi istrinya kucing lain).
Kita juga tentunya tidak bisa bilang bahwa tidak berpoligami merupakan bukti kelebihan atau ketinggian budi
manusia dibandingkan binatang dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Pendapat bahwa poligami itu keji dan hina hanyalah mitos, atau tepatnya prasangka, yang dibuat-buat oleh orang-orang tertentu.
Apa sebenarnya kritik paling frontal terhadap poligami?
Dari yang saya baca di berbagai milis penentangan paling hebat terhadap poligami adalah bahwa poligami menyengsarakan wanita. Dengan mohon maaf saya katakan bahwa ini omong kosong dan asbun. Mengapa omong kosong? Karena jika poligami ini menyengsarakan wanita maka tidak akan terjadi poligami di dunia ini. Jika tidak adil, si suami hanya mungkin menyengsarakan istri tuanya tapi jelas tidak pada istri mudanya.
Ini artinya, meski sang suami kemungkinan besar menyengsarakan istri tuanya dengan kawin lagi tapi disatu sisi ia juga memberikan kebahagiaan pada wanita lain, yaitu si istri muda. Dan si istri muda tentunya berjenis kelamin wanita juga kan! Jadi pendapat bahwa poligami menyengsarakan wanita adalah hanya sama benarnya dengan pernyataan bahwa poligami juga membahagiakan wanita (lain).
Berdasarkan fakta dan kenyataan (di dunia manusia maupun binatang) laki-laki yang melakukan poligami pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki kelebihan-kelebihan dibanding orang pada umumnya. Mereka pada
umumnya memiliki kekayaan yang berlebih (para raja dan pejabat), memiliki posisi yang menonjol (tokoh masyarakat, kyai), libido yang berlebih (tentunyalah! ). Binatang yang memiliki banyak betina juga
adalah para pejantan yang telah berhasil membuktikan kehebatannya dibandingkan pejantan lain.
Oleh karena lelaki tersebut memiliki kelebihan-kelebihan tersebutlah sehingga mereka menjadi menarik bagi wanita-wanita lain yang ingin dijadikan sebagai istri kedua, ketiga, keempat, dstnya. Jadi dalam posisi ini justru wanitalah yang menginginkan dirinya untuk dijadikan istri kedua, ketiga, dst.nya dan sekaligus melanggengkan praktek
poligami.
Logikanya, seandainya para istri kedua, ketiga, dst. tersebut lebih menyukai sebagai istri pertama (dengan resiko memperoleh pria yang tidak memiliki kelebihan-kelebihan seperti jika ia menjadi istri ke sekian) maka tentunya ia tidak akan mau dijadikan istri ke sekian.
Dengan demikian jika kita simpulkan ternyata bahwa poligami justru didorong oleh keinginan para wanita yang ingin mendapatkan pasangan yang dianggapnya lebih baik dan memiliki kelebihan-kelebihan ketimbang memilih pria yang tidak memiliki kelebihan. Ini adalah naluri yang sama dengan yang dimiliki oleh binatang dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Seorang teman saya yang janda muda dan cantik memilih tidak kawin lagi hanya karena ia belum menemukan pasangan yang ia anggap sesuai dengannya (maunya sih dapat laki-laki duda kaya, cakep, pinter, public figure, dlsb. sehingga membuat kesempatannya untuk memperolehnya jadi sangat terbatas). Ketika ia tahu bahwa Aa Gym, idolanya, kawin lagi ia juga mengomel. Ketika saya tanya apa alasannya ia tidak suka Aa Gym kawin lagi ia menjawab: "Bukannya saya tidak suka Aa Gym kawin lagi."
Masalahnya adalah kenapa bukan dengan saya gitu lho! Kalau saya tahu kalau Aa Gym mau poligami kan saya akan berusaha untuk cari kesempatan juga. Ini tidak fair! dan kami pun ketawa.
Ini artinya bahwa banyak wanita sebenarnya akan memilih dijadikan istri ke sekian jika pasangannya benar-benar memiliki kelebihan yang diidam-idamkannya. Pada cerita diatas banyak teman-teman kami yang wanita kemudian juga nyletuk: "Gua juga mau meskipun jadi istri ke limanya Tom Cruise."
Para wanita ternyata suka jadi istri ke sekian jika suaminya memiliki banyak kelebihan. Dan itu naluriah belaka.
Nothing is keji dan hina on it.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews