Tata Bahasa yang Dihapus dan yang Ditambah

Betapapun, perubahan pasti terjadi karena selain bahasa berkembang, juga penyusun berganti, karena yang lama berpulang.

Jumat, 14 Januari 2022 | 06:20 WIB
0
175
Tata Bahasa yang Dihapus dan yang Ditambah
Tata Bahasa Bahasa Indonesia (Foto: lektur.id)

Rabu 10 November saya menerima buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) Edisi IV, kiriman dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kiriman tersebut melengkapi dua buku edisi sebelumnya, I dan III, yang saya miliki.

Saya tidak mempunyai Edisi II, karena dicetak terbatas. Jadi sulit didapat di penjual buku bekas. Saya pernah meminta beberapa bagian Edisi II kepada Pak Wisnu (Sry Satrya Tjatur Wisnu Sasangka), ketika akan menulis tentang ‘artikula’ yang ada di TBBBI tetapi tidak muncul di KBBI.

Wisnu kini satu-satunya anggota tim penyusun Edisi IV yang masih ada. Anton M. Moeliono, Hans Lapoliwa, Hasan Alwi, dan Sugiyono sudah berpulang. Yang terakhir itu, berpulang setelah edisi tersebut terbit tahun 2017. Jadi Wisnu tidak bekerja sendirian. Juga ada bantuan Tim Redaksi yang antara lain terdiri dari Dendy Sugono, Meity Taqdir Qodratillah, Dora Amalia, Elvi Suzanti, dan Atikah Solihah. Juga ada tim pembantu.

Seperti halnya KBBI, TBBBI juga makin akhir makin ‘gendut’. Sekilas kelihatan wujudnya lebih besar dan lebih tebal. Edisi IV itu memang berisi 593 halaman, lebih tebal dari Edisi III (486 halaman) dan Edisi I (475). Saya tidak punya edisi II, jadi tidak dapat membandingan tebalnya. Salah satu sebab ketebalan TBBBI IV tampaknya adalah huruf yang lebih besar, yang memudahkan kita, terutama yang ‘sepuh’ seperti saya, membacanya.

Sekilas tidak ada perubahan penting dalam hal isi. Saya baru melihat adanya penghapusan satu bab, yaitu bab terakhir, ke-11, tentang wacana.

Dalam Edisi III bab wacana itu memperoleh 30 halaman, dari halaman 419 sampai dengan halaman 449. Pada Edisi I hanya mendapat 26 halaman, halaman 334 – 360. Tentang penghapusan bab wacana ini Pak Wisnu menyatakan wacana bukan tata bahasa. “Karena wacana bukan bagian dari tata bahasa,” tulisnya dalam WA yang saya terima.

Dalam buku tata bahasa yang saya miliki antara lain dari St Takdir Alisjahbana, S. Effendi, dan Soekono Wirjosoedarmo, wacana memang tidak tercantum sebagai isi atau bab tersendiri. Saya baru menemukan wacna dalam buku karangan Masnur Muslich yang berjudul “Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia”.

Selain penghapusan, isi Edisi IV juga bertambah dengan masuknya ‘Daftar Istilah’ yang berisi istilah-istilah tata bahasa disertai maknanya. Daftar ini termuat dalam halaman 571 – 588. Daftar ini memudahkan saya yang bukan pakar bahasa. Perubahan lain terjadi karena penyuntingan. Saya baca isinya makin hemat kata.

Betapapun, perubahan pasti terjadi karena selain bahasa berkembang, juga penyusun berganti, karena yang lama berpulang. Terima kasih Badan Bahasa untuk Edisi ke-4 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Meski jarak antara edisi sebelumnya dengan yang terakhir terlalu lama, 19 tahun, tetap saja bermanfaat banyak.....
27