Jadi, jangan seperti Menteri Kesehatan yang ogah diwawancarai Mata Najwa karena takut kena pertanyaan yang menjebak.
Orang Indonesia terkenal "males membaca". Pada survei tingkat literasi sedunia, Indonesia berada pada urutan paling buncit. Bukan tidak bisa membaca (buta huruf) tetapi tidak gemar membaca.
Untuk sumber informasi, orang Indonesia lebih suka bahasa lisan. Misalnya berita yang diceritakan dari mulut ke mulut, mendengarkan khotbah dari pemuka agama, dan pada zaman internet membaca berita di medsos.
Jadi, boro-boro disuruh membaca draft UU Cipta Kerja yang tebalnya hampir 1.000 halaman dan isinya sangat rumit berbahasa hukum, wong membaca koran aja rata-rata orang Indonesia ogah. Jauh sekali kalo dibandingkan dgn orang Jepang yang selalu bawa buku dan membaca buku manakala mereka bepergian dgn kereta api atau pesawat.
Apa kerugian fenomena "malas membaca" orang Indonesia? Mereka gampang sekali termakan hoax atau gosip, karena sumber beritanya adalah kabar dari mulut ke mulut (oral), narasi-narasi di medsos yang sangat tidak kredibel.
Untuk mengkroscek kebenaran berita-berita ini (sekali lagi) orang Indonesia malas, karena harus membaca sumber informasi yang resmi. Intinya "malas membaca" itu! Tidak doyan membaca!
Jadi, dihadapkan pada kondisi sosial seperti ini, tidak ada jalan lain bagi pemerintah apabila ada isu yang ingin disampaikan haruslah dengan media lisan. Misalnya dengan wawancara (talkshow) di TV dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Atau melalui pemuka-pemuka agama yang sekarang banyak "penggemarnya".
Jadi, jangan seperti Menteri Kesehatan yang ogah diwawancarai Mata Najwa karena takut kena pertanyaan yang menjebak.
Justru penjelasan lisan inilah yang sangat ampuh untuk mencerahkan masyarakat. Ke depan kiranya pemerintah bisa memakai strategi ini untuk masyarakat Indonesia yang masih "malas membaca" (literasi rendah) ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews