menghindari berbuat buruk dan jahat adalah yang utama. Perbuatan manusia pada manusia lainlah yang menjadi dasar orang memberikan penilaian padanya.
Ada orang beragama yang standar penilaiannya melulu tatacara beribadah. Biasanya disebut fiqh (liturgi). Siapa saja yang berbeda secara fiqh atau liturgi, menurutnya, bakal masuk neraka.
Jadi surga dan neraka dilihat dari fiqh (liturgi)-nya.
Ada lagi yang beragama melihat status. Siapa saja yang seagama akan masuk surga. Siapa yang beda agama otomatis masuk neraka.
Ada juga yang beragama dilihat dari orientasi politiknya. Ini khas ISIS atau HTI. Siapa saja yang mengikuti khilafah atau orientasi politiknya bakal masuk surga. Yang berbeda politik akan disembelih. Serem.
Ada yang beragama dengan berorientasi pada nilai. Nilai-nilai universal yang diakui semua orang. Orang-orang seperti ini tidak mau dipusingkan dengan surga atau neraka. Itu semua urusan Tuhan.
Baginya yang terpenting berbuat baik, buat seluruh umat manusia. Menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.
Mereka hanya mau menilai segala sesuatu berdasarkan nilai perbuatan. Mereka mengapresiasi semua nilai baik. Pandangan ini membedakan manusia dari nilainya. Bukan dari status dan tata cara ibadahnya.
Siapa saja yang jahat, apapun agamanya, wajib dihindari. Siapa saja yang baik, apapun agamanya, wajib diapresiasi.
Keadilan, kebaikan dan kemurahan hati, saling tolong, menyebarkan kasih sayang atau saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah nilai baik yang sifatnya universal. Semua orang apapun agamanya, apapun tata cara ibadahnya. pasti meyakini sebagai kebaikan.
Curang, pencurian, menyakiti orang lain dan alam, serakah, merampas hak adalah nilai buruk. Siapapun kita, apapun agama kita, pasti sepakat dengan pandangan ini. kemampuan membedakan nilai baik dan buruk ini instrinsik ada dalam diri manusia.
Tidak ada orang yang mengatakan mencuri adalah perbuatan baik. Tidak ada orang yang meyakini menyakiti sesama sebagai perbuatan mulia. Itu adalah nilai dasar manusia yang cenderung pada kebaikan. Meskipun dia penjahat sekalipun.
Sialnya, nilai-nilai universal ini, sering diserempong dengan padangan yang terbatas. Akibatnya orang hanya sibuk melihat statusnya, tata cara ibadahnya, bukan menilai bagaimana seseorang berbuat untuk lingkungan dan kehidupannya.
Bukankah kita menyukai bergaul dengan orang baik, meskipun berbeda agama? Bukankah kita menghindari pada orang bertabiat buruk, sekalipun dia seagama?
Sebab pada dasarnya manusia tidak akan sanggup menipu dirinya sendiri yang memiliki nilai dasar sejak ia dilahirkan. Nilai yang selalu mudah membedakan kebaikan dan keburukan. Keadilan dan kedzaliman. Kejujuran dan kecurangan.
Maka menghindari berbuat buruk dan jahat adalah yang utama. Perbuatan manusia pada manusia lainlah yang menjadi dasar orang memberikan penilaian padanya.
Sebab Tuhan maha pemaaf. Manusia belum tentu. Maka berbuat baiklah pada manusia.
Sementara untuk Tuhan (apapun definisinya), jalani saja ibadah sesuai dengan apa yang Anda yakini. Gak usah repot mengurus apa yang diyakini orang lain.
Gak ngaruh buat hidup lu.
"Mas, punya rokok?," Abu Kumkum nyeletuk. Saya tahu, nasihat seperti ini gak penting buat Abu Kumkum.
Ia hanya mau terus menerus ngetes gue, apa gue masih baik hati...
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews