Data sebagai "Senjata" untuk Menulis Apa Saja

Di era "big data" yang terserak di Internet ini, penulis jangan malas melakukan riset data. Selain itu, sadar data dan kepakaan memungut data sangat diperlukan, agar tulisan tidak kering.

Senin, 2 September 2019 | 08:41 WIB
1
546
Data sebagai "Senjata" untuk Menulis Apa Saja
Saya mengajarkan teknik menulis menggunakan data (Foto: Tantri Sulastri)

Saya selalu mengupayakan informasi aktual dan "up to date" dalam membuat presentasi untuk berbagai topik bahasan, baik mengenai jurnalistik maupun teknik menulis. Menulis apa saja, tidak terbatas menulis berita atau opini.

Sebagai contoh materi berjudul "Tell the Story with Data" yang saya susun ini, idenya saya dapatkan setelah membaca buku Everybody Lies karya Seth Stephens-Davidowitz. Buku ini bercerita bagaimana Google dan Facebook menggunakan "big data" untuk kepentingan bisnis melalui algoritma khas yang dikembangkan oleh masing-masing.

Dalam khasanah ilmu jurnalistik ada yang disebut "Jurnalisme Data", di mana peristiwa dan fenomena tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan selalu dipadu dengan data. Jurnalisme data akan menuntun jurnalis ke Jurnalisme Makna. Sebab, data bisa menjadi makna kemudian dimaknakan. Ada yang menyebutnya Jurnalisme Interpretasi.

Seperti kebiasaan saya yang tidak terlalu mengumbar teks dalam setiap presentasi, saya cukup menyertakan sejumlah gambar, foto atau grafik. Saya membuka presentasi dengan foto para Presiden RI dari Soekarno sampai Joko Widodo. Gambar di bawah ini saya tampilkan sebagai kuis menulis untuk melemaskan tangan peserta sebelum saya menjelaskan lebih lanjut.

Pada slide kedua saya tampilkan foto siluet seorang perempuan yang saya sebut sekenanya bernama "Nesya Nusantarawati". Tentu saja nama ini fiktif yang secara mengejutkan terpilih sebagai Presiden RI menggantikan Jokowi. Toh Jokowi tidak mungkin bertanding lagi, bukan?

"Beri saya satu alinea saja tulisan tentang terpilihnya Nesya Nusantarawati dengan menyertakan data dari gambar para Presiden RI itu," pinta saya kepada hadirin, yaitu peserta Danone Blogger Academy yang berlangsung di Hotel Best Western, Bali, Kamis (29/8/2019).

Saya beri mereka waktu lima menit saja untuk menyusun satu aliena tulisan berdasarkan dua gambar yang saya berikan. Lantas bagaimana peserta menuliskannya?

Saya meminta lima volunteer untuk maju ke depan membacakan karya tulisnya, plus menulis data-data yang diperoleh dari gambar deretan Presiden RI dan terpilihnya Nesya Nusantarawati.

Satu atau dua orang terlihat sudah sadar data dalam menyusun tulisannya, tetapi selebihnya mengarang bebas hahaha....

Apakah mereka salah atau langsung saya salahkan begitu saja? Tentu tidak, sebab contoh kasus inilah yang saya jadikan pintu masuk untuk menjelaskan sisa 50 slide berikutnya.

Saya kemudian memberi trik kepada peserta bagaimana mengumpulkan data dari dua slide gambar tasi, yaitu gambar Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi plus gambar fiktif seorang siluet perempuan bernama Nesya Nusantarawati.

Inilah data yang saya kumpulkan:

- Neisya Nusantarawati presiden perempuan pertama yang dipilih secara langsung 
- Neisya Nusantarawati merupakan Presiden ke-8 Republik Indonesia
- Neisya Nusantarawati perempuan kedua yang terpilih sebagai Presiden RI setelah Megawati

Data pendukung namun penting yang layak disertakan:

- Pilpres langsung menghasilkan SBY dan Jokowi, masing-masing dua periode
- Pilpres sebelumnya dilakukan oleh MPR
- Gus Dur Presiden terakhir yang dipilih oleh MPR
- Megawati wakil presiden perempuan pertama RI
- Megawati menjadi presiden pertama menggantikan Gus Dur yang diberhentikan MPR

Nah, dari data-data yang saya peroleh tersebut, besar kemungkinan tulisan yang disusun akan menjadi informatif dan sarat pengetahuan. Jurnalis maupun menulis cukup beranjak dari data-data itu saja untuk menulis berita maupun opini.

Jadi, tidak perlu mengarang bebas bahwa Nesya Nusantarawati dimajukan oleh Partai A atau Partai B, mengalahkan Si Fulan dan Si Polan, dan seterusnya, yang sesungguhnya tidak terwakili dalam dua slide yang saya berikan.

Sekarang paham, kan?

Semoga!

***