Jadi ini adalah strategi jangka panjang, oleh karenanya pada masa mendatang kita akan menghadapi persaingan ideologi dan bukan pragmatisme lagi.
Ingat, bahwa prajurit Indonesia bukan prajurit sewaan, tetapi prajurit yang "berideologi", sanggup berjuang menempuh maut untuk kelahiran Tanah Airmu.
Bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak merebut sesuap nasi dan bukan pula prajurit yang mudah dibelokkan haluannya karena tipu dan nafsu kebendaan.
Tetapi prajurit Indonesia adalah dia yang masuk ke dalam tentara karena keinsafan jiwanya, atas panggilan Ibu Pertiwi. Dengan setia membaktikan raga dan jiwanya bagi keluhuran bangsa dan negara.
Ideologi prajurit sebagai abdi negara adalah Pancasila. Pada era globalisasi, ada ideologi-ideologi luar yang mencoba menyusup ingin mengganti ideologi negara. Pengaruh kepercayaan dan ketaatan agama dipakai untuk merubah mindset warga.
Terlihat bahwa politik dapat memanfaatkan agama untuk mencapai tujuannya. Pak Hendropriyono mantan Kabin menegaskan bahwa pada periode pilpres saat ini terjadi pertempuran antara ideologi Pancasila vs ideologi Khilafah.
Khilafah (Arab : الخلافة, Al-Khilāfah) didefinisikan sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum- hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Pemimpinnya disebut Khalifah , dapat juga disebut Imam atau Amirul Mukminin (Wiki).
Di Indonesia ada beberapa kelompok yang ingin penerapan sistem Khilafah menurut versinya masing-masing. Ada HTI, ada Ormas dan Parpol Islam, ada juga klpk teroris Al-Qaeda, berusaha mencapai tujuannya melalui jalur legislatif. Kini akur-akur saja tetapi kalau sukses ya akan berkelahi sesamanya.
Kelompok teroris ISIS pada 2014 pernah mendeklarasikan kekhalifahan di Suriah, dengan pemimpinnya Abu Bakar al-Baghdadi. Keras dan kejam, yang tidak mau gabung dibantai, ditembak, potong lehernya. Islam dimanipulasi, istilah berjihad dan mati syahid jadi kata bertuah untuk membunuh orang kafir dengann suicide bombing, yang katanya dijamin masuk surga dijemput 72 bidadari yang perawan. Sempat berkembang juga di sini.
Konflik Suriah adalah contoh yang jelas, remuk berkeping-keping, tdk ada rasa belas kasihan , korban tewas dan yang ngungsi jutaan. Konflik Syiah dan Sunni dibesarkan, yang ikut pesta ya negara super power, tapi korban menderita tetap rakyat bawahdi Suriah.
Nah, upaya yang sama ada di sini, Indonesia negara dengann penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, jelas menjadi target internasionalisasi dari beberapa versi khilafah.
Menurut Menhan Ryamizard Ryacudu, ideologi khilafah di Indonesia sudah mulai masuk ke ranah pendidikan. Di sana, para penyebar ideologi pun mengharamkan Pancasila, dan mengafirkan orang-orang yang masih berpedoman pada Pancasila. "Sudah masuk sekolah-sekolah, pesantren- pesantren. Pancasila haram, di kafir-kafirkan, Islam enggak boleh seperti itu,” tuturnya.
Selain itu fanatisme dan faham radikal saat pilpres ini juga coba disentuhkan ke purnawirawan TNI khususnya dengan istilah mengetuk langit, anti China, anti PKI dan anti kerakusan, dan katanya memohon kpd Allah. Sekali terbina, sangat sulit lepas libatnya. Kontaminasi kepercayaan semu itu bisa membuat org menjadi irrational, padahal mereka orang-orang dengan pangkat tinggi, yang makan nasi Pancasila, berderajat karena Pancasila...
Jadi ini adalah strategi jangka panjang, oleh karenanya pada masa mendatang kita akan menghadapi persaingan ideologi dan bukan pragmatisme lagi. Karena itu TNI dan juga bagi para purnawirawan, saya mengingatkan, mari pegang pesan Pangsar (Panglima Besar) Soedirman, jangan lupa kita prajurit yang ber ideologi. Ideologi kita adalah Pancasila, lupakan yang lain.
Pensiun itu hanyalah status, tapi kita tetap prajurit yang setia kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salam Setia. Old Soldier Never Die.
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews