Masuk Akalkah Alam Tanpa Pencipta?

Sabtu, 8 Desember 2018 | 08:51 WIB
0
572
Masuk Akalkah Alam Tanpa Pencipta?
Batu karang (Foto: FB Hasanuddin Abdurakhman)

Banyak orang bilang begini,”Tidak mungkin alam semesta ini terbentuk dengan sendirinya. Coba lihat kursi di depan Anda itu. Mungkinkah kursi itu terbentuk dengan sendirinya? Tidak mungkin, bukan?”

Perhatikan “gapura” di foto ini. Siapa yang membuatnya? Tidak ada. Maksudnya, itu bukan buatan manusia. Bagaimana “gapura” itu terbentuk? Ia terbentuk oleh tekanan perut bumi yang memunculkan gundukan di permukaan. Kemudian gundukan itu secara perlahan digerus oleh angin dan hujan. Ini adalah proses yang berlangsung dengan sendirinya.

Apa yang membuat tekanan dari perut bumi? Kalau mau dilacak asal usulnya dari terbentuknya bumi. Bumi terbentuk dari materi-materi yang saling bertabrakan dalam solar nebula sehingga panas membara. Solar nebula adalah materi yang berkumpul karena gaya gravitasi, membentuk lempengan seperti piring. Bagian pusatnya sangat padat, di bagian luar semakin tipis kerapatannya. Bagian pusat menjadi matahari, di bagian pinggir membentuk planet-planet.

Gumpalan panas hasil tumbukan tadi perlahan mendingin, kemudian mengeras di permukaannya. Tapi di bagian dalam tetap panas membara. Panas itu menghasilkan tekanan maha dahsyat yang mendorong hingga ke permukaan. Itulah yang membentuk gunung-gunung dan berbagai gundukan di permukaan bumi.

Tekanan di perut bumi itu membentuk gunung berapi. Gas yang keluar dari perut bumi itu membentuk atmosfer bumi. Kelak, bumi mulai didiami bakteri-bakteri yang melakukan fotosintesis, sehingga atmosfer bumi menjadi kaya oksigen. Ini membuat bumi menjadi habitat yang ramah bagi berbagai spesies makhluk hidup.

Angin dan hujan yang menggerus tanah itu adalah hasil proses di atmosfer. Panas dari matahari menerpa atmosfer memanasinya. Tapi atmosfer itu tidak seragam komposisi maupun kerapatannya. Dengan begitu panas yang menerpa atmosfer itu menghasilkan tempat-tempat yang temperaturnya berbeda. Perbedaan temperatur itu menghasilkan perbedaan tekanan, dan inilah yang membuat angin bertiup.

Bagaimana proses-proses itu berlangsung? Semua berlangsung dengan sendirinya. Tidak ada kekuatan intelijen yang mengaturnya. Alam memiliki kekuatan intelijen sendiri, mengatur berbagai proses, menghasilkan berbagai wujud yang mencengangkan.

Perhatikan potongan kulit siput laut di gambar kanan. Apakah itu buatan manusia? Bukan. Strukturnya lebih rumit dari sebuah kursi. Struktur itu terbentuk dari kalsium dan sedikit protein yang ditmbuhkan oleh siput. Ada formula matematis yang mengatur pertumbuhan itu sehingga terbentuk pola yang begitu teratur dan indah.

Stephen Wolfram, seorang ilmuwan Inggris-Amerika menciptakan cellular automata, yang bisa menampilkan simulasi pembentukan berbagai pola di alam. Jauh sebelum Wolfram, Alan Turing telah merumuskan formula matematis yang menjelaskan bagaimana pola-pola seperi strip bulu zebra dan totol-totol di bulu macan terbentuk.

Semua itu terbentuk dengan sendirinya. Artinya, alam berproses dengan sendirinya. Tidak ada sosok lain yang menggerakkan. Tidak ada sosok yang menggerakkan permukaan tanah sehingga menjadi gundukan. Tidak ada sosok mengembus angin yang menggerus gundukan tadi.

Tidak pula ada sosok yang menata atom-atom kalsium bersama molekul protein sehingga terbentuk pola indah pada kulit siput itu. Pola itu terbentuk dengan sendirinya, sebagai akibat perilaku atom-atom kalsium dan molekul protein.

Kalau kita perhatikan rekaman suatu proses panjang di alam yang diputar dengan cepat, kita akan terperangah menyaksikannya. Misalnya bunga yang sedang tumbuh. Dalam tayangan cepat ia akan tampak bergerak seperti manusia yang punya kecerdasan. Semua itu, sekali lagi, terjadi dengan sendirinya.

Situasi itu bisa kita perluas ke saat terbentuknya alam semesta, saat big bang. Singularitas yang menjadi titik awal alam semesta adalah bagian dari proses alam yang bergerak dengan sifat-sifatnya sendiri. Sama seperti tidak adanya sesuatu yang membuat angin bertiup, tidak ada pula sesuatu yang menggerakkan singularitas tadi.

Alam terbentuk oleh hukum-hukum yang menata perilaku setiap elemennya, mulai dari elemen yang paling kecil, yaitu partikel-partikel elementer. Partikel-partikel itu berperilaku tententu, berinteraksi satu sama lain, membentuk perilaku partikel-partikel yang lebih besar. Kemudian terbentuklah atom, molekul dan sebagainya.

Kembali ke cerita kursi tadi. Siapakah pembuat kursi itu? Manusia. Lupakah Anda bahwa manusia ini pun adalah bagian dari alam belaka? Ya, manusia ini perilakunya ditentukan oleh partikel-partikel elementer yang membentuk atom-atom, kemudian molekul, yang menyusun tulang, daging, sel-sel otak maupun saraf. Apapun yung dilakukan manusia, apapun yang dibuat manusia, tak lain adalah proses alam belaka, seperti angin bertiup tadi. Tidak ada hal-hal gaib yang mengatur perilaku itu.

Alam diatur oleh seperangkat hukum. Mudah-mudahan kita sepakat soal itu. Artinya, kita sepakat bahwa gapura pada foto itu dibentuk oleh angin dan hujan yang mengikuti seperangkat aturan alam. Bukan dibuat oleh jin atau makhluk gaib. Aturan yang sama pulalah yang membentuk singularitas di awal big bang, yang kemudian membentuk alam semesta ini.

Persoalannya, adakah yang menciptakan aturan itu? Orang beriman silakan mengklaim bahwa aturan itu diciptakan Tuhan. Yang tidak beriman, silakan mengatakan tidak ada yang menciptakan. Tapi seperti sudah saya jelaskan dengan panjang lebar di atas, yang bisa dijangkau dengan akal manusia adalah bahwa alam semesta itu terbentuk dengan sendirinya. Pernyataan bahwa hukum alam itu buatan Tuhan bukan lagi proses akal. Itu adalah proses iman.

***