Al-Ghazali Penutup Pintu Peradaban Umat Islam?

Dalam menghadapi kemunduran pemikiran Islam ini, para pemikir Islam modern menekankan pentingnya membuka kembali pintu ijtihad agar ide-ide pembaharuan dapat diwujudkan.

Rabu, 30 Oktober 2024 | 09:25 WIB
0
18
Al-Ghazali Penutup Pintu Peradaban Umat Islam?
Illustrasi Imam Ghazali

Umat Islam adalah salah satu agama abrahamik terbesar di dunia yang memiliki pengikut sebanyak 32% di dunia, terbanyak setelah Kristen. Pada tahun 750 M-1250 M pada masa dinasti Abbasiyah dan diteruskan pada masa kepemimpinan Kerajaan Turki Utsmani.

Umat Islam pernah mencapai puncak kejayaannya atau sering di bilang dengan the golden age, dimana pada zaman tersebut umat islam sangat maju dalam segala bidang, baik dari bidang ilmu pengetahuan, kedokteran, ekonomi, arsitektur, politik. Bahkan tidak bisa di pungkiri bahwa majunya peradaban barat/eropa yang saat itu mengalami the dark age terdapat campur tangan dari majunya peradaban umat islam untuk mencapai pada zaman renaisance dan kembali menjadi kiblat dunia.

Lalu mengapa ulama besar seperti Al-Ghazali yang sering menyumbangkan pemikiran terhadap peradaban islam ini dituduh sebagai penutup pintu peradaban umat islam?

Awal Tudingan

Pada tahun 1058/1111 M, Imam Al-Ghazali mendapat tudingan bahkan kritikan dikarenakan sebuah kitab yang berjudul tahafuth al-falsafah yang diduga menjadi sebuah penutup untuk umat Islam untuk menutup perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam menjadi Jumud (statis) dan menjawab bahwasannya pemikiran-pemikiran filosof tidak sesuai dengan ajaran umat Islam atau keluar dari koridor akidah umat Islam.

Oleh karena itu, terdapat beberapa tokoh yang berpendapat bahwa Al-Ghazali harus bertanggung jawab atas kemunduran Umat Islam dan keretakan peradabannya yang disebabakan oleh pemikiran Al-Ghazali.

Bahkan tidak hanya satu kitab,kitabnya yang berjudul Ihya ulum al-din dituding sebagai biang kemunduran karena memandang rendah realita kehidupan dunia. Bagi mereka Sufisme, dalam pandangan mereka, adalah lebih dari sekadar gerakan rohani; ia adalah upaya untuk mencapai kesatuan dengan Allah secara pribadi. Dalam perjalanan ini, mereka meyakini bahwa keterikatan pada kenikmatan duniawi harus dilepaskan.

Seorang sufi diharapkan untuk merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, melalui pelaksanaan ibadah ritual yang konsisten.

Namun, beberapa kritik terhadap sufisme menyoroti kecenderungan ajarannya yang dianggap fatalis dan mengabaikan pentingnya kehidupan materi serta kesejahteraan sosial umat. Mereka juga mencatat bahwa sufisme terkadang terlalu fokus pada pencarian kebahagiaan pribadi, mengesampingkan tanggung jawab sosial dan kebutuhan masyarakat luas. Sebagai hasilnya, banyak yang menyalahkan Al-Ghazali atas kemunduran umat Islam dan ketinggalan dalam peradaban, mengklaim bahwa ajarannya telah menghambat kemajuan intelektual dan sosial umat Islam, membiarkan mereka tertinggal dibanding peradaban Barat.

Dampak/Efek terhadap peradaban

walaupun Tudingan ini nampaknya tidaklah berdasar, mungkin hanya sebatas menghubung-hubungkan saja. Tetapi faktor pintu ijtihad ditutup dan tidak integralnya antara agama dan sains bisa disebut menjadi faktor penyebab. Lalu apakah tidak berefek terhadap umat muslim pada saat ini?

Jika kita melihat realitas pada saat ini, banyak sekali bahwa negara-negara Islam bahwa menjadi negara yang sangat tertinggal baik dari bidang teknologi, ilmu pengetahuan, kedokteran, dll. Dalam bidang teknologi yang sangat gencar mengalami kemajuan ini pun negara-negara Islam tertinggal, dilansir dari world Digital Competitivesness Rangking, Hanya Uni Emirat Arab, satu-satunya negara Islam yang masuk sebagai 20 negara teratas yang memiliki keahlian dalam bidang teknologi. Bahkan indonesia, negara dengan umat muslim terbesar ke-2 di dunia, hanya menduduki ranking 45 dunia.

Di negara kita, Para pemuka agama Islam masih membedakan dan membanding-bandingkan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan dunia. maka dari itu, tidaklah heran jika kita masih tertinggal dalam bidang IPTEK, bahkan sampai saat ini Ajaran kita masih tercampur dengan unsur-unsur di luar ajaran kita, seperti Bid’ah, Khurafat, dan Takhayul. Yang mana itu semua adalah faktor internal yang membuat ilmu pengetahuan Umat Islam menjadi Stuck atau menjadi menemui kebuntuan. Bahkan di masyarakat kita masih menjadi topik yang sangat laku jika kita membahas takhayul di masyarakat.

Penutupan pintu ijtihad telah berdampak negatif secara signifikan dengan menurunkan semangat keilmuan dan mereduksi pemanfaatan potensi akal secara optimal dalam kalangan umat Islam. Akibatnya, kontribusi dari umat Islam sering kali terbatas pada pengulangan tanpa adanya inovasi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dalam menghadapi kemunduran pemikiran Islam ini, para pemikir Islam modern menekankan pentingnya membuka kembali pintu ijtihad agar ide-ide pembaharuan dapat diwujudkan.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa dan agama, marilah kita rebut kembali kejayaan islam yang telah tercipta beribu-ribu tahun yang lalu, dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan tidak membeda-bedakan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Yang mana sebenarnya semua ilmu adalah sama, yang membedakan hanyalah bagaimana kita menggunakan ilmu tersebut. Dengan begitu diharapkan dapat mendongkrak kemajuan uma Islam.