Pulkam vs Mudik

Yang sama lucunya dengan pertarungan abadi soal makan bubur itu harus diaduk atau enggak. Yang sama sama lupa bahwa terlepas perbedaannya bubur itu dimakan juga.

Sabtu, 25 April 2020 | 05:51 WIB
0
273
Pulkam vs Mudik
Ilustrasi mudik (Foto: joss.co.id)

Yaollo.... pulang kampung sama mudik kok diperdebatkan. Kentara bahwa kita ini bisa baca tapi gak bisa nangkap apa yang kita baca. Apalagi jika dikaitkan dengan konteks.

Jelas Pak Jokowi merujuk pada terminologi mudik yang pada umumnya dipahami. Mudik itu erat konteksnya dengan Lebaran.

Selesai.

Pulang kampung atau pulkam belum tentu mudik. Karena bisa dilakukan kapan saja. Bolehkah pulkam disebut sebagai mudik? Ya boleh tapi pasti diikuti kalimat penjelasnya.

Gua baru bisa mudik sekarang karena lebaran kemarin gua harus kerja...

Atau yang di luar negeri.

Gua mudik bro... dapet cuti dua Minggu mumpung winter di sini..

Pulkam gak balik lagi? Atau pemudik gak balik lagi?

Ini yang abu-abu. Karena dua istilah itu tidak menjamin orang gak balik lagi ke tempat dia cari idup. Contohnya ART yang mudik tapi gak balik lagi. Atau yang pulang kampung sebentar terus balik lagi ke kota atau ke negara yang manggil lagi dia untuk kerja.

So penjelasan Pak Jokowi itu harusnya diletakkan dalam konteks ini. Yang sangat common sense. Yang ingin membedakan bahwa mudik itu bak eksodus besar-besaran. Sementara yang pulang kampung itu bisa perorangan atau rombongan lebih kecil yang sifatnya sporadis dan tersebar baik tempat maupun waktu.

Sesederhana itu.

Tapi bukan netizen namanya kalo gak julid dan suka gelud nirfaedah. Yang sama lucunya dengan pertarungan abadi soal makan bubur itu harus diaduk atau enggak. Yang sama sama lupa bahwa terlepas perbedaannya bubur itu dimakan juga.

Sama dengan pulkam dan mudik. Terlepas perbedaannya rasanya sama juga. It is good to be back home again. Sometimes the old farm feels like a long lost friend.

Yang tahun ini kita mesti tunda dulu.

***