Begitulah. Air besar, batu bersibak. Negeri ini telah melayari berabad-abad masa, telah melalui aneka perang dan bencana, telah menghadapi aneka cobaan dan wabah.
Sekelompok mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, tengah lesehan di sebuah ruangan kampus. Mereka sedang mengemas ribuan botol kecil cairan pembersih tangan (hand sanitizer) lalu disusun rapi dalam kardus-kardus.
Dijual? Tidak!
Mahasiswa-mahasiswa ini membuat sendiri cairan pembersih tangan itu untuk disebarkan secara cuma-cuma ke berbagai penjuru kota Makassar dan daerah yang membutuhkan. Di tengah kelangkaan bahan, keserakahan orang-orang yang ramai mengambil kesempatan untuk menarik untung di tengah wabah virus Corona, mereka terpanggil.
Saya mengenal dekat penggerak di balik gerakan voluntarisme anak-anak muda ini. Dialah sang Dekan FTI UMI, Zakir Sabara, seorang doktor muda yang gaul. Ia aktif mendorong anak-anak mahasiswanya untuk selalu hadir di masyarakat setiap kali bencana datang, dari Palu sampai Lombok dan di mana saja yang dapat dijangkaunya.
Saat pandemi Corona akhirnya menjangkau Indonesia, dan pemerintah terlihat ringkih, ia bergerak mengantisipasi. Zakir memilih untuk tak menghabiskan waktu di ruang-ruang diskusi grup WhatsApp untuk berpendapat, bersitegang, berkelit, dan mengecam sana-sini. Ia berbuat.
Sukarelawan bencana FTI UMI, dengan kostum lapangan, digerakkannya ke berbagai tempat yang padat manusia. Sudah tak terbilang lokasi, kantor, tempat ibadah, yang mereka datangi untuk menyemprotkan cairan disinfektan, seraya membagikan hand sanitizer. Dan semua itu -- catat -- adonan buatan sendiri!
Tanah Air kini memanggil orang-orang terbaik, rakyat yang punya kepedulian kepada negerinya. Yang kaya, datang sebagai dermawan. Yang berilmu, muncul dengan panduan. Yang berpengaruh, keluar bersama imbauan. Yang bermodalkan tenaga, kerja-kerja besar menanti di lapangan.
Saya dengar orang-orang kaya Indonesia di bawah Kamar Dagang dan Industri sudah pula bergerak untuk menyumbang sebesar setengah triliun rupiah untuk pengadaan berbagai peralatan kesehatan. Perusahaan-perusahaan seperti Sinar Mas, Adaro Energy, Artha Graha, PT Djarum, Agung Sedayu, Indofood, Puradelta, sampai Triputra mengadakan sejuta peralatan uji cepat (rapid test kit), ventilator, baju isolasi, dan sejuta lembar masker.
Dan jangan lupa, dokter-dokter Indonesia terkenal militan, paduan keberanian dan kepandaian. Mereka dalam berbagai kelompok sudah berbakti untuk kemanusiaan di berbagai kawasan bencana di dunia, dari Gaza sampai Afganistan. Kini, mereka berjibaku melawan wabah di negeri sendiri.
Begitulah. Air besar, batu bersibak. Negeri ini telah melayari berabad-abad masa, telah melalui aneka perang dan bencana, telah menghadapi aneka cobaan dan wabah.
Pagi ini, cahaya matahari berseling kabut di atas Jakarta. Cahayanya redup, panasnya tak terasa. Tapi hanya soal waktu: terangnya akan menyinari Indonesia! Semangat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews