Kekuatan Papan Tulis

Prasyarat yang dibutuhkan untuk mengajar dengan papan tulis ini adalah: guru harus memahami materi secara konseptual.

Sabtu, 11 Januari 2020 | 13:06 WIB
0
576
Kekuatan Papan Tulis
Ulustrasi guru mengajar (Foto: theirworld.org)

Saat berkuliah dulu, Pak Guru Doel Kamdi bertemu seorang dosen yang unik. Saat itu kampus baru-barunya membeli LCD proyektor untuk dipasang di kelas-kelas. Dosen lain beramai-ramai menggunakan powerpoint pada saat mengajar, namun dosen yang satu ini tidak. Beliau tetap mengajar dengan papan tulis.

Bahkan awalnya tidak mau lepas dari blackboard yang mana menulisnya pakai kapur. Baru mau menggunakan whiteboard (papan tulis spidol) setelah pihak rektorat turun tangan untuk berdiskusi langsung dengan beliau.

Saat masuk ke kelas, beliau tidak pernah bawa tas, sementara dosen lain selalu menenteng tas dan kemudian menyuruh komting membantu memasang laptop ke proyektor. Beliau selalu mengawali dengan mengatakan "Saya tidak akan pakai powerpoint saat mengajar, karena saya tidak mau kalian hanya datang kuliah untuk mengisi daftar hadir. Saya lakukan ini supaya kalian menyimak dan mencatat baik-baik kuliah saya." 

Beliau berkuliah sambil menulis alur kuliah hari tersebut. Mulai dari bahasan utama, kemudian pokok-pokok penting yang disampaikan. Sesekali juga menggambar bagan, sketsa, atau ilustrasi berkaitan dengan materi. Kalau beliau tidak harus menulis atau menggambar, biasanya setelah apa yang ingin beliau tulis atau gambar itu selesai, beliau berkuliah sambil mengetukkan kapur atau spidol ke bagian yang beliau maksud. Lama-lama catatan kuliah kami hampir mirip dengan apa yang beliau tulis di papan tulis, dengan sedikit coret-coretan dari apa yang beliau katakan.

Faktanya, beliau adalah dosen favorit Pak Guru. Setiap datang kuliah selalu penasaran dengan apa yang akan beliau sampaikan, selesai kuliah pasti sudah paham materi dan tahu apa yang perlu dipelajari lebih lanjut. Setiap ujian dengan beliau, selalu soal uraian yang sifatnya open-book.

Kami jarang membawa buku selain buku catatan kuliah kami, dan ajaibnya kami selalu bisa menjawab pertanyaan ujian beliau dengan modal buku catatan itu. Tidak pernah ada yang dapat nilai di bawah B dari beliau, meskipun beliau terkenal sering mengeluarkan pertanyaan sulit dan tidak pernah melakukan katrol nilai. 

Saat Pak Guru sudah jadi guru dan mengajar di SD, Pak Guru sadar bahwa cara mengajar dosen ini memang sangat efektif. Pak Guru hingga sekarang jarang pakai proyektor di kelas, lebih sering melakukan seperti yang dosen Pak Guru lakukan itu. Karena Pak Guru tak berbakat menggambar, Pak Guru memanfaatkan alat-alat peraga yang ada untuk menjelaskan. Kalau terpaksa sekali, Pak Guru menggunakan proyektor hanya untuk menampilkan gambar, sisanya tetap berpusat pada papan tulis. 

Kunci dari pembelajaran adalah bagaimana pelajar mengikuti proses belajar. Guru yang baik tidak menyuapi murid dengan terlalu banyak materi yang harus dipelajari dan dihafal. Hafalan-hafalan, fakta-fakta yang bersifat spesifik, itu bisa dipelajari sendiri oleh murid sebagai tugas terstruktur atau bagian dari proses belajar mandiri. Tugas guru adalah memberikan konsep dasar dari materi pelajaran, lalu mengajak murid menggunakan logika berpikirnya untuk memperdalam konsep tersebut.

Cara mengajar yang Pak Guru lakukan, yang dicontohkan oleh dosen panutan ini, sebenarnya adalah mengajak murid untuk membuat peta konsep. Murid diajak untuk mengikuti 'alur cerita' dari materi pembelajaran, tidak sekadar menghafalkan materi. Dengan mengetahui 'alur cerita' ini tadi, murid akan mendapatkan pemahaman bahwa 'oh, ceritanya itu begini' dan tahu apa saja yang perlu diperdalam dan dipelajari lebih lanjut. 

Penggunaan papan tulis adalah kunci sukses dari metode ini. Dengan papan tulis, murid akan mengingat gerakan guru menulis sebuah gambaran konsep, bukan hanya mengingat poin-poinnya. Ketika murid mengikuti alur gurunya tadi dalam mencatat, maka murid memperkuat retensi daya ingatnya akan konsep yang digambarkan dan dijelaskan guru. Ini mengapa Pak Guru dan kawan-kawan kuliah sampai tidak perlu membawa buku selain catatan kuliah saat ujian, karena pemahaman konsepnya sudah mengakar kuat.

Powerpoint tidak bisa mereplikasi hal ini. Powerpoint, sesuai namanya, hanya menampilkan poin-poin saja, tidak bisa menampilkan gambaran konsep secara utuh sebagaimana metode pembelajaran menggunakan papan tulis. Karena hanya menampilkan poin, maka murid tidak akan 'terpanggil' untuk mengikuti 'alur ceritanya' dari suatu materi.

Apalagi jika powerpoint-nya hanya memindahkan uraian materi untuk ditampilkan di layar, sebagaimana yang sering dilakukan dosen dan guru zaman sekarang. Benar kata dosen Pak Guru, ini menyebabkan murid hanya akan datang untuk meminta copy dari powerpoint, bukan untuk belajar.

Prasyarat yang dibutuhkan untuk mengajar dengan papan tulis ini adalah: guru harus memahami materi secara konseptual. Pertanyaannya, apakah guru sekarang paham materi secara konseptual, atau hanya bisa merapal hafalan?

Pak Guru Doel Kamdi, Guru Tanpa Sertipikat

***