Jangan Lupa, Garuda Itu Indonesia Flag Air Carrier

Salut dengan keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yg langsung memecat sang Dirut, dan akan melakukan prosedur lain karena Garuda ini perusahaan publik.

Sabtu, 7 Desember 2019 | 11:07 WIB
0
600
Jangan Lupa, Garuda Itu Indonesia Flag Air Carrier
Garuda dan Harley Davidson (Foto: Alinea.id)

Tadi malam sayasaat rapat memakai baju yang ada tulisan Harley Davidson, terus ada yang tanya soal penyelundupan onderdil? HD Shovelhead lewat Pesawat Garuda. Agak heran juga Dirut Garuda (I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Ashkara) kok nekat "nyangking" HD dan dua sepeda Brompton dalam pesawat baru Garuda!

Dirut pasti paham prosedur pabean. Memang cukup menarik (tapi kecil artinya bagi seorang Dirut, maybe?), HD tahun 70an, kabarnya sekitar 800 juta dan dua sepeda Brompton harganya perbuah antara 50 jt-149 jt.

Peribahasanya, "nasi sudah jadi bubur", kasus dinilai Bea dan Cukai sebagai penyelundupan. Menurut Pakde Wongso, pejabat itu harusnya hati-hati menjaga nama dan amanah yang diemban. Mereka yang bekerja di Garuda mestinya ngerti bahwa Garuda itu adalah Indonesia Flag Air Carrier, perusahaan penerbangan yang membawa simbol negara.

Tidak boleh main-main sedikitpun dengan urusan Garuda, ada resiko tertentu yang mengait dengan citra Indonesia. Terlebih ini, pelanggaran dilakukan oleh seorang Direktur Utama. Dia dinilai menyelundupkan onderdil (pretelan) motor HD dan sepeda, itu urusan hukum yang bersangkutan dengan hukum kepabeanan.

Tapi yang prinsip dan krusial, yang tersebar di dunia penerbangan, citra Garuda jatuh, bisa saja konsumen khawatir, nanti jangan-jangan ada barang-barang haram, dan berbahaya di bagasi pesawat. Gosip buruk dalam persaingan niaga biasa, karena Garuda ini yang paling hebat dan aman. Nah, kita harus sadar, hal-hal seperti ini akan bisa menyeret nama Indonesia.

Analisis pernah penulis buat tentang Kasus Malaysian Airlines, Mistery MH370 dan MH17, menjatuhkan citra Flag Air Carrier Malaysia, konsumen takut naik pesawat Malaysian Airlines, mengimbas, banyak pegawai di-PHK karena nilai sahamnya runtuh, mati-matian PM Malaysia berjuang, selama lima tahun dari kasus Maret 2014, hingga kini belum juga sehat penuh untuk mengembalikan citranya.

Jadi persoalannya, kasus Garuda tersebut, bukan sedikit banyaknya apa yang diselundupkan, pelanggaran prinsip itu intinya. Sesuatu yang besar pasti dimulai dari yang kecil. Dari persepsi intelijen, Manajemen Garuda perlu segera melakukan pemeriksaan security, membenahi, update fungsi intelijen di Garuda (Pampers, PamMat, PamInfo dan PamGiat).

Salut dengan keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yg langsung memecat sang Dirut, dan akan melakukan prosedur lain karena Garuda ini perusahaan publik. Ini kasus kedua besar setelah kasus suap, kongkalikong Emir Satar yang juga Dirut.

Itu analisis yang serius. Nah, ada pesan moral yang perlu diingat para pemegang amanah itu "Berat memang jadi Dirut Garuda, tapi lebih berat lagi kalau tidak jadi Dirut" (hrsnya masing-masing menanyakan dirinya begitu). Ada lagi yang ngetuwit unik "Gara-gara tuh Dirut, bini jadi tahu harga sepeda Brompton-ku, terus mintanya macam-macam", waduuh.

Saya dulu juga hobi naik Harley, motor dapat lungsuran dari keponakan, yang biasa saja Electra Glide, bukan seperti yang disita itu, karena sudah makin sepuh Uti minta HD-nya di "jokul" (jual) saja. Siaaap, daripada gak dibikinin kopi dan minuman gula jahe khas Jogja (males ngerebus airnya Bro!).

Yuuk,  mari window shopping ke Mall

Marsda (purn) Prayitno Wongsodijojo Ramelan

***