Ketika Papua dan Irak Rayakan Natal

Kamis, 27 Desember 2018 | 07:31 WIB
0
650
Ketika Papua dan Irak Rayakan Natal
Natal di Papua (Foto: Antaranews.com)

Hari ini, Selasa, 25 Desember 2018, merupakan Hari Natal bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Saya hanya ingin melihat hari Natal di Jayapura, Papua dan Irak. Dua wilayah ini pernah saya kunjungi. Pertama, Papua, saya pernah kuliah di Universitas Cenderawasih (Uncen) di Abepura Papua, sejak 1974-1979. Kedua, di Irak, saya mengunjunginya pada bulan Desember 1992 dan September 2014.

Di Papua untuk tahun 2018 ini, saya merasa gembira, karena Himpiban Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jayapura, di mana sewaktu saya kuliah di sana, saya aktif di organisasi ekstra ini. Kenapa saya gembira? Rupanya gagasan kami sewaktu di Papua (kami bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Theolagia Gereja Kristen Indonesia) terus diikuti kader-kader HMI berikutnya.

Pada tahun 2018 ini, Ketua Umum HMI Cabang Jayapura, Hariyanto Rumagia telah menyatakan sebelumnya bahwa sekitar 122 anggota HMI Cabang Hayapura siap amankan 12 Gereja di Kota Jayapura. Alhamdulillah, malam kemarin para anggota HMI sudah menyebar ikut membantu polisi mengatur lalu lintas di sekitar Gereja.

Suasana di Irak, negara yang pernah saya kunjungi dua kali pun sudah kondusif. Tahun lalu Irak menyatakan gerilyawan Negara Islam di Irak sudah berhasil dilumpuhkan. Tidak ada lagi gerilyawan Negara Islam di Irak. Pun Zona Hijau di mana tempat-tempat Kedutaan Besar berbagai negara dan Bandara Internasional sudah dicabut.

Memang diakui ada beberapa tempat yang memperoleh perlakuan khusus, tetapi Zona Hijau, istilah dari militer itu sudah dicabut yang diberlakukan selama 15 tahun telah dicabut pada 10 Desember 2018.

Sekarang penduduk Nasrani Irak sudah bisa melaksanakan ibadahnya dengan bebas dan aman di Negara 1001 Malam itu. Mereka sudah kembali ke rumah masing-masing dan sudah tentu bila rumah mereka hancur akibat perang, sudah tentu menumpang sementara di rumah keluarga dekatnya, asalkan bisa melaksanakan hari Natal bersama-sama.

Menurut website Kongres Smith, ada lebih kurang 200.000 penduduk Kristen di Irak, jumlah itu menurun dari  1.4 juta di tahun 2002 menjadi  500.000 di tahun 2013. Itu sebelum Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) membunuh mereka dengan apa yang disebut kampanye pembunuhan massal (genocide). 

Di website itu ditunjukkan banyak penduduk Kristen terpisah di Erbil di wilayah Kurdistan dan mereka sangat memerlukan bantuan agar bisa kembali lagi ke rumah mereka dan tinggal dengan aman di Irak. Diakui banyak pengungsi Kristen Irak lari ke wilayah Kurdistan, juga di Irak.  Baru-baru ini penduduk Kurdistan ingin merdeka dari Irak, karena banyak berpendapat demikian setelah pemungutan suara. Tetapi didiamkan saja oleh pemerintah Irak.

Bersyukur sudah 450.000 penduduk Kristen Irak kembali ke rumahnya masing-masing dan ini sejalan pula  dengan prioritas pemerintah Irak sekarang membangun kembali negara itu. Banyak pusat peribadahan hancur akibat serangan AS ke Irak waktu menjatuhkan Presiden Irak Saddam Hussein. Di antaranya gereja dan masjid serta rumah ibadah lainnya banyak yang hancur.

Bagaimana pun, saya menyaksikan penduduk Kristen di Indonesia, khususnya di Papua dan di Irak, tetap bergembira merayakan Hari Natal. 

***