Sementara Tardji cenderung pendiam. Ia hanya tertawa kecil mendengarkan celoteh teman-teman Seniman di TIM.
Kemarin di TIM saya berjumpa dengan dua orang maestro. Satu Kang Sobary, eseis besar yang tulisannya selalu jadi langganan untuk saya lahap.
Kedua adalah Sutardji Chalzom Bahri. Presiden penyair yang punya slogan ingin membebaskan kata dari beban maknanya.
Saat SD atau SMP, saya sempat membaca serius O Amuk Kapak, kumpulan puisi Tardji yang meresahkan itu. Kepala mungil saya yang masih anak-anak, menemukan kata 'jembut' di sebuah buku sastra. Seperti ada orang yang mejentikan korek api dalam kepalaku.
Itu saya temui di deretan kata dalam puisinya Tardji.
Belakangan Tardji dikenal sebagai penyair sufistik. Dalam kepenyairannya ia selalu ingin bermesra-mesra dengan Allah.
Tapi sering persangkaan ia sudah begitu dekat dengan Allah, ternyata ia menggigil sendiri. Tidak menemukan apa-apa.
Tardji menyentil kesombongan manusia yang merasa berakrab-akrab dengan Tuhan. Nyatanya hanya pandai memeluk nafsunya sendiri.
Dan engkau berdzikir
Tapi aku lihat
Zakar juga yang kau pikirkan
Dari Kang Sobary, saya belajar bagaimana menulis esai yang dalam namun tetap ringan. Dan pasti, saya ternasuk murid yang gagal.
Buku karya Kang Sobary, Kang Sejo Melihat Tuhan, atau Di Bawah Payung Agung sampai saat ini masih jadi bacaan favorit saya. Bersama Hujan Bulan Juni-nya Sapardi. Atau komik Smurf.
Beberapa kali saya sempat mampir ke rumah Kang Sobary. Menikmati rokok kretek dan kopi kentel. Di bawah tembok yang berisi foto-foti orang besar --dari The Beatles, Soekarno sampai Gusdur-- saya serius mendengarkan ceritanya.
Kang Sobary adalah pencerita yang handal. Sampai sekarang ia masih disibuki menulis Novel dan buku cerita.
Sementara Tardji cenderung pendiam. Ia hanya tertawa kecil mendengarkan celoteh teman-teman Seniman di TIM.
Sore itu bagi saya adalah hari yang indah. Bertemu dengan dua orang besar dalam jagat sastra. Orang-orang yang karyanya sudah saya baca di perpustakaan SD.
Ketika saya gak punya uang buat jajan saat istirahat sekolah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews