Obrolan Sore di TIM

Sementara Tardji cenderung pendiam. Ia hanya tertawa kecil mendengarkan celoteh teman-teman Seniman di TIM.

Minggu, 14 Agustus 2022 | 21:37 WIB
0
233
Obrolan Sore di TIM
Saya, Kang Sobary dan Sutardji Calzoum Bachri (Foto: dok. Pribadi)

Kemarin di TIM saya berjumpa dengan dua orang maestro. Satu Kang Sobary, eseis besar yang tulisannya selalu jadi langganan untuk saya lahap. 

Kedua adalah Sutardji Chalzom Bahri. Presiden penyair yang punya slogan ingin membebaskan kata dari beban maknanya. 

Saat SD atau SMP, saya sempat membaca serius O Amuk Kapak, kumpulan puisi Tardji yang meresahkan itu. Kepala mungil saya yang masih anak-anak, menemukan kata 'jembut' di sebuah buku sastra. Seperti ada orang yang mejentikan korek api dalam kepalaku. 

Itu saya temui di deretan kata dalam puisinya Tardji. 

Belakangan Tardji dikenal sebagai penyair sufistik. Dalam kepenyairannya ia selalu ingin bermesra-mesra dengan Allah.

Tapi sering persangkaan ia sudah begitu dekat dengan Allah, ternyata ia menggigil sendiri. Tidak menemukan apa-apa. 

Tardji menyentil kesombongan manusia yang merasa berakrab-akrab dengan Tuhan. Nyatanya hanya pandai memeluk nafsunya sendiri. 

Dan engkau berdzikir

Tapi aku lihat

Zakar juga yang kau pikirkan

Dari Kang Sobary, saya belajar bagaimana menulis esai yang dalam namun tetap ringan. Dan pasti, saya ternasuk murid yang gagal.

Buku karya Kang Sobary, Kang Sejo Melihat Tuhan, atau Di Bawah Payung Agung sampai saat ini masih jadi bacaan favorit saya. Bersama Hujan Bulan Juni-nya Sapardi. Atau komik Smurf. 

Beberapa kali saya sempat mampir ke rumah Kang Sobary. Menikmati rokok kretek dan kopi kentel. Di bawah tembok yang berisi foto-foti orang besar --dari The Beatles, Soekarno sampai Gusdur-- saya serius mendengarkan ceritanya. 

Kang Sobary adalah pencerita yang handal. Sampai sekarang ia masih disibuki menulis Novel dan buku cerita.

Sementara Tardji cenderung pendiam. Ia hanya tertawa kecil mendengarkan celoteh teman-teman Seniman di TIM. 

Sore itu bagi saya adalah hari yang indah. Bertemu dengan dua orang besar dalam jagat sastra. Orang-orang yang karyanya sudah saya baca di perpustakaan SD. 

Ketika saya gak punya uang buat jajan saat istirahat sekolah.

***