Berlatar belakang jurnalis, dan penulis fiksi sejarah, David Van Reybrouck, mengaku akan lebih banyak menerbitkan serial kajian tentang Indonesia.
Sejarah selalu mencatat “selfie” itu tak jujur.
Itulah mengkonfirmasikan belasan orang asing jadi ternama karena penyebar opini (netral) tentang Nusantara dan perjuangan manusia-manusianya.
Jika kajiannya menyerempet agama, mereka disebut orientalist.
Media menyebut mereka Indonesianis; Indonesian passionated.
Mereka berlatar ilmuan, jurnalis dan petualang tapi berpaspor asing.
Mereka keliling Indonesia.Banyak profesor pengkaji tentang Indonesia namun karena mereka berwarga negara Indonesia, karyanya justru (dinilai) subyektif. Terlalu selfie. Heheh.
Ya, fatsun kebenaran universal memang selalu meragukan “pengakuan”. Selfie-selfi.
Kebanyakan Indonesianis ini mengulas Indonesia dari perfektif antropologi, sosial, etnografi hingga politik periodik.
Terakhir David Van Reybrouck, antropolog kelahiran Bruges, Belgia), kini masuk daftar Indonesian passionated terbaru.
Di usia 51 tahun, alumnus Leiden University ini, mengaku tertarik sekali dengan Indonesia.
Sepanjang lima tahun, 2015 hingga 2020 dia bertemu dan menggali informasi dengan 1000 warga negara Indonesia.
Bom Sarinah (2016) membuat gairah ke-Indonesia_annya membuncah.
Bukunya, Revolusi Indonesia Modern (2020; Revolusi – Indonesië en het ontstaan van de moderne wereld) akan menjadi referensi baru ilmuwan Eropa, Amerika dan Indonesia, hingga dua dekade kedepan.
Dia akan sederjaat dengan Eduard Douwes Dekker, (1820-1887) Maltatuli (1860), Willem Karel Hendrik Feuilletau de Bruyn (1886-1972), Clifford Geertz (1926-2006) warga Amerika yang mengklasifikasi strata sosial Jawa.
Ada sosiolog Amerika lainnya, Daniel S. Lev (1933-2006), dan Benedict RO “Ben” Anderson (1936 – 2015) dari Irlandia, Anthony Reid (1939) dari Selandia Baru, Berthold Damshäuser (1957) berpaspor Jerman, dan etnografi Perancis Christian Pelras (1934- 2014), si penulis The Bugis (1997).
Penerbit Kompas Gramedia, kini menerjemahkan buku yang telah dicetak lebih dari 100 ribu copies ini.
Majalah TEMPO edisi Desember 2021, mengulas siapa David Van Reybrouck dan kiprah penelitiannya.
Dia nominator banyak penghargaan kepenulisan bergengsi Eropa; Golden Owl, Audience Award, Fintro Literature Prize, European Press Prize dan The Opinion Award.
Berlatar belakang jurnalis, dan penulis fiksi sejarah, David Van Reybrouck, mengaku akan lebih banyak menerbitkan serial kajian tentang Indonesia.
Di Makassar, kami menunggunya kisah dan persfektifnya kejahatan perang Raja Belanda dan bala tentara elite Westerling danJB Vermulen di akhir dekade 1940-an.
Danke... David!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews