Jika setiap subjek memiliki skemata dan tafsir ideologis masing-masing di dalam melihat realitas dan kebenaran.
Banyak (mungkin mayoritas) orang beranggapan dan meyakini bahwa berita yang “diterbitkan” di media (massa, online, sosial, dll.) adalah suatu kebenaran, sebuah realitas yang harus diterima apa adanya, tanpa kritik.
Anggapan dan “keyakinan” seperti itu, memang beralasan, setidaknya karena mereka beranggapan dan meyakini bahwa proses produksi berita sudah melalui sistem kerja jurnalistik yang ketat dan terkontrol, didukung oleh metodologi yang juga secara keilmuan ketat dan valid. Dari sini kemudian muncul ungkapan “Media adalah jendela untuk menyaksikan realitas.”
Saya, sebagai penganut madzhab konstruktivisme, beranggapan dan berkeyakinan bahwa berita di berbagai genre tersebut bukanlah realitas atau kebenaran yang sejati, melainkan kebenaran yang dikonstruksi dan direkonstruksi (constructed dan reconstructed reality).
Berita di media adalah hasil “konstruksi dan rekonstruksi subjektif” dari si pembuat atau produsen berita. Dalam istilah yang popular lazim disebut “media framing,” dimana berita tidak lagi ditampilkan apa adanya, sebagaimana adanya, tetapi telah dilakukan pemilahan, pemilihan berdasarkan skemata dan tafsir ideologis (dewan) redaksi.
Oleh karenanya, bagi penganut madzhab konstruktivisme seperti saya, berita di media memiliki kebenaran relatif yang dinamis, berkembang sesuai dengan dinamika realitas yang diberitakan.
Pada titik inilah, sebuah peristiwa, kejadian, atau realitas memungkinkan memiliki beragam konstruksi dan rekonstruksi. Semuanya tergantung pada skemata dan tafsir ideologis subjek yang membuat berita.
Jika demikian, kenapa kita harus debat-kusir, saling ngotot, saling bersitegang urat-leher, hingga bertengkar hanya untuk mempertahankan kebenaran masing-masing. Jika setiap subjek memiliki skemata dan tafsir ideologis masing-masing di dalam melihat realitas dan kebenaran. Naahh..
Berpikir, bersikap, dan bertindaklah secara arif dan bijak... BarokAllah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews