Media dan Kebenaran-Realitas

Jika setiap subjek memiliki skemata dan tafsir ideologis masing-masing di dalam melihat realitas dan kebenaran.

Rabu, 3 Februari 2021 | 08:04 WIB
0
167
Media dan Kebenaran-Realitas
Ilustrasi framing media

Banyak (mungkin mayoritas) orang beranggapan dan meyakini bahwa berita yang “diterbitkan” di media (massa, online, sosial, dll.) adalah suatu kebenaran, sebuah realitas yang harus diterima apa adanya, tanpa kritik.

Anggapan dan “keyakinan” seperti itu, memang beralasan, setidaknya karena mereka beranggapan dan meyakini bahwa proses produksi berita sudah melalui sistem kerja jurnalistik yang ketat dan terkontrol, didukung oleh metodologi yang juga secara keilmuan ketat dan valid. Dari sini kemudian muncul ungkapan “Media adalah jendela untuk menyaksikan realitas.”

Saya, sebagai penganut madzhab konstruktivisme, beranggapan dan berkeyakinan bahwa berita di berbagai genre tersebut bukanlah realitas atau kebenaran yang sejati, melainkan kebenaran yang dikonstruksi dan direkonstruksi (constructed dan reconstructed reality).

Berita di media adalah hasil “konstruksi dan rekonstruksi subjektif” dari si pembuat atau produsen berita. Dalam istilah yang popular lazim disebut “media framing,” dimana berita tidak lagi ditampilkan apa adanya, sebagaimana adanya, tetapi telah dilakukan pemilahan, pemilihan berdasarkan skemata dan tafsir ideologis (dewan) redaksi.

Oleh karenanya, bagi penganut madzhab konstruktivisme seperti saya, berita di media memiliki kebenaran relatif yang dinamis, berkembang sesuai dengan dinamika realitas yang diberitakan.

Pada titik inilah, sebuah peristiwa, kejadian, atau realitas memungkinkan memiliki beragam konstruksi dan rekonstruksi. Semuanya tergantung pada skemata dan tafsir ideologis subjek yang membuat berita.

Jika demikian, kenapa kita harus debat-kusir, saling ngotot, saling bersitegang urat-leher, hingga bertengkar hanya untuk mempertahankan kebenaran masing-masing. Jika setiap subjek memiliki skemata dan tafsir ideologis masing-masing di dalam melihat realitas dan kebenaran. Naahh..

Berpikir, bersikap, dan bertindaklah secara arif dan bijak... BarokAllah.

***