Berbeda seharusnya tidak menjadi masalah besar. Menerima perbedaan sebagai bagian dari keragaman bangsa untuk memperkuat persatuan, adalah bentuk kita mensyukuri keagungan Allah.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam ke-28. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.
Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Seorang pembalap NASCAR di Amerika Serikat, secara tidak sengaja menggunakan kata-kata rasis saat bermain game online. Buntutnya, segera setelah sesi online itu selesai, sponsor-sponsornya langsung memutus kontrak dengannya. Penyelenggara NASCAR mencabut lisensi balapnya hingga dia menyelesaikan program latihan kepekaan sosial.
Tim balapnya menskorsingnya tanpa gaji, dan kemudian memecatnya saat balapan NASCAR kembali diselenggarakan. Kata-kata itu keluar secara tidak sengaja, namun sangat tidak bisa dibenarkan karena menunjukkan rasisme.
Hal yang lebih parah sering kita temui di Indonesia, negara yang seharusnya mengamalkan slogan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda namun satu jua). Berapa banyak yang menggunakan sentimen terhadap ras tertentu di negara kita, terutama sejak tahun 2014 yang menjadi awal polarisasi masyarakat kita.
Banyak tindakan-tindakan diskriminatif yang diterima saudara-saudara kita, yang didasarkan pada perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), yang tidak terselesaikan hingga sekarang.
Padahal terang saja Allah memfirmankan dalam Al Hujurat ayat 13, bahwa perbedaan-perbedaan itu diciptakan pada manusia agar mereka saling mengenal satu sama lain. Konsekuensi dari saling mengenal itu seharusnya adalah terciptanya penerimaan atas keragaman, dan persatuan.
Cukup memalukan jika kita kaitkan ayat di atas dengan fakta bahwa tindakan-tindakan diskriminatif yang ada di negara kita ini, kebanyakan mengatasnamakan umat Islam dan bangsa pribumi Indonesia. Padahal penggunaan kata pribumi seharusnya telah dihapuskan sejak lama, karena melanggengkan rasisme.
Berbeda seharusnya tidak menjadi masalah besar. Menerima perbedaan sebagai bagian dari keragaman bangsa untuk memperkuat persatuan, adalah bentuk kita mensyukuri keagungan Allah. Mahabesar Allah yang telah berkuasa menciptakan keragaman manusia, meski jika Dia mau dijadikannya kita semua sama.
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews