Wajah Indo

Dulu, wajah Indo mendominasi, kini ada pergeseran ke wajah China atau Korea. Dulu, jilbab ada di pinggiran. Kini, para selebritis mulai mengenakannya.

Minggu, 22 Maret 2020 | 11:44 WIB
0
375
Wajah Indo
Wajah indo ilustrasi (Foto: liputan6.com)

Seperti yang sudah saya ceritakan, saya mendapat "hibah" empat dus majalah bekas. Kebanyakan majalah-majalah serius yang membahas soal ekonomi dan politik.

Tapi, ada satu dus majalah wanita seperti Femina dan Kartini. Dua majalah itu, sepertinya masih terbit. Tapi mungkin tidak sejaya era 80-an atau 90-an. Itu masa keemasan.

Saya "pelahap" bacaan apapun. Termasuk majalah-majalah "feminin". Waktu di pesantren, untuk mengisi waktu, saya baca majalah Hai (cowok) dan Gadis (cewek).

Di tahun 2020 ini, manfaat majalah-majalah wanita lama ini bagi saya tetap ada. Paling tidak, media-media itu merefleksikan situasi kultural Indonesia di era 80-90 an.

Anda lihat para wanita yang menjadi cover ini. Bagi anak sekarang, mungkin tidak kenal semua. Tapi bagi yang seumuran saya, pasti tahu siapa mereka.

Ada Jihan Fahira, kini istri dari Primus Yustisio. Wajahnya cantik, khas Indonesia. Sedang tiga lainnya, Ida Iasha, Tamara Bleszynski dan Dewi Sandra merefleksikan wajah Indo wanita yang disebut dulu sebagai "blasteran".

Fenomena wajah blasteran atau Indo di dunia showbiz kita pernah ramai dibahas dulu. Wajah indo, menjadi standar kecantikan di masa itu, bahkan mungkin sampai saat ini. Meski sekarang ada pergeseran, wajah oriental, kesipit2an mulai juga "digemari".

Dua sosok, Jihan dan Dewi Sandra, meski beda karakter wajahnya, kini sama-sama mengenakan jilbab. Ini fenomena baru juga. Kalau anda lihat cover majalah wanita di era itu, tidak ada satupun representasi wanita berjilbab.

Saat itu, konotasi wanita berjilbab adalah wanita konservatif berlatar pesantren atau sekolah agama. Tidak ada tempat bagi mereka di dunia hiburan. Karenanya, saat Neno Warisman dan Inneke Koesherawati berjilbab, dunia persilatan geger.

Kini, jilbab merambah berbagai kalangan, termasuk sosok-sosok artis. Ini menimbulkan semacam shock culture tersendiri. Orang akhirnya mengkaitkannya dengan kebangkitan radikalisme agama.

Orang seperti Sukmawati misalnya, rindu akan suasana tahun 80-90 an saat kecantikan wanita dipapar apa adanya. Seperti di cover-cover inilah. Meski, mereka tidak berkonde. Namun, mereka tidak berhijab.

Namun, yang harus disadari adalah bahwa zaman terus berubah. Dunia juga berubah. Dulu, wajah Indo mendominasi, kini ada pergeseran ke wajah China atau Korea. Dulu, jilbab ada di pinggiran. Kini, para selebritis mulai mengenakannya.

Jadi, beradaptasilah. Ini tahun 2020. Bukan era majalah wanita yang anda baca dahulu. Walau saya belum melihat wanita berhijab jadi model iklan sabun kecantikan seperti Lux, tapi sekarang sudah ada model iklan shampo yang berhijab. So? 

Hepi wiken....