Kamus Penjara [3] dari "Dayak" sampai "Nasi Reman"

Agar muat mereka mengakali dengan tidur di kain sarung yang digantung. Di bawahnya bisa diisi orang lain.

Senin, 11 Mei 2020 | 13:14 WIB
0
799
Kamus Penjara [3] dari "Dayak" sampai "Nasi Reman"
Ilustrasi narapidana (Foto: suara.com)

Dayak: Entah mengapa nama etnik ini menjadi istilah di penjara. Ini untuk menyebut napi yang tak pernah dibesuk oleh siapa pun selama bertahun-tahun. Jumlahnya cukup banyak. Saya sendiri dikunjungi setiap hari, kecuali hari Sabtu dan Minggu yang memang diliburkan dari kunjungan. Tiap hari, minimal, istri saya datang membawa makan dan pakaian bersih.

Saya menukarnya dengan pakaian kotor. Tapi sangat jarang napi seperti saya, tiap hari dapat kunjungan. Dari 4000 penghuni LP Cipinang, hanya sekitar 5 orang yang tiap hari dikunjungi istri. Saya tiap hari dikunjungi karena dua hal: istri tak lagi bekerja, rumah hanya 15 menit dari LP Cipinang. Rata-rata seorang napi dapat kunjungan sebulan sekali. Sebagai lawan kata istilah da*ak disebut juga 'napi yang jelas'.

Kunjungan: Jam kunjungan napi dilakukan dua kali sehari. Jam 10 - 12 dan jam 13 - 15. Dari Senin sampai Jumat. Sabtu dan Minggu tak ada kunjungan. Tiap orang dibatasi waktu kunjungan sekitar 15 menit saja. Jika waktu habis, petugas akan mengingatkan. Tapi ada cara agar kita tak dibatasi waktu. Caranya sebelumnya bilang ke salah satu Tamping Kunjungan untuk 'dimentokin'. Si Tamping paham dan akan mengaturnya.

Kita bisa dikunjungi dan berbincang sampai waktu kunjungan habis. Setelah itu Tamping akan mendatangi sel kita untuk menyelesaikan urusan perpanjangan waktu kunjung. Tapi ada juga kunjungan yang bersifat khusus. Jika memiliki ijin khusus, kita bisa dikunjungi di luar jam bezoek yang ditentukan.

Cadong: Makanan yang dibagikan di penjara disebut nasi cadong. Istilah ini populer di penjara saja. Mungkin karena si napi menyorongkan (nyadong, bahasa Jawa) tempat nasi ke petugas yang membagikan. Tiap hari dua kali dibagikan. Siang dan sore. Siang sekitar jam 11, sire jam 16. Di Penjara Cipinang rantang-rantang milik napi sudah antre jauh sebelum nasi cadong dibagikan. Para pemiliknya melihat dari jauh. Bagaimana kualitas makanannya? "Ya, terima sajalah. Namanya juga di penjara," kata seorang napi.

Saya sendiri tak pernah antre nasi cadong karena tiap hari dibesuk istri. Sabtu dan Minggu saya beli nasi di kantin. Harga bervariasi 10 - 70 ribu per porsi. Paling mahal pindang kepala kakap. Selagi punya uang, soal makan tak terlalu masalah. Cuma untuk ukuran saya rasa makanan di penjara terlalu asin. Itu saja.

Nasi Reman: Lawan dari nasi cadong yakni nasi reman. Semua nasi yang bukan dari nasi cadong disebut nasi reman. Ini bisa dari kunjungan, kantin atau beli dari luar. Kami bahkan bisa memasak sendiri nasi di kamar dengan penanak nasi elektrik. Istri saya secara rutin membawa beras. Sebab tak mungkin saya makan nasi reman sendiri, tanpa berbagi dengan teman satu kamar.

Tak sampai hati. Biasanya saat menanak nasi saya menaruh bebetapa butir telur. Bisa saya makan dengan kecap atau abon. Lumayan buat ganjal perut. Sedangkan nasi cadong yang menjadi jatah kamar kami biasanya pada malam hari menjadi rebut para napi yang tinggal di lorong-lorong. Biasanya mereka tak kebagian nasi cadong karena ketiduran saat pembagian dilakukan, atau sebab lainnya.

Terbang: Ini proses yang mengerikan. Semua napi diminta masuk ke dalam sel. Biasanya malam hari. Terdengar suara rantai diseret petugas. Hati terasa ciutttt. Kemudian petugas masuk ke dalam sel yang sudah ditetapkan, mencari napi yang masuk daftar untuk dipindah. Napi yang ditunjuk tak bisa mengelak, dan tak boleh membawa barang terlalu banyak.

Terpaksa banyak yang ditinggal. Yang paling menyeramkan jika dipindah ke Nusa Kambangan (NK). Bisa juga dipindah ke Penjara lain di luar kota. Itu pun menyeramkan. Karena tak mudah untuk beradaptasi di tempat yang baru. Selama proses pemindahan napi dirantai, minimal diborgol, agar tak melarikan diri.

Selti: Ini singkatan dari 'Sel Tikus'. Terus terang saya tak pernah masuk Selti. Alhamdulillah. Jadi deskripsi ini berasal dari teman sekamar yang pernah masuk Selti. Ini sel berukuran kecil, 2 x 2 meter. Bisa berisi sampai 8, bahkan 11 orang. Agar muat mereka mengakali dengan tidur di kain sarung yang digantung. Di bawahnya bisa diisi orang lain. Tak ada toilet, tak ada cahaya matahari dan tak ada cahaya listrik. Gelap. Cuma ada cahaya listrik temaram dari lorong.

Selama berada dalam Sel Tikus seorang napi tak boleh dikunjungi siapa pun. Teman saya itu berada di Sel Tikus selama dua bulan. Sel Tikus ini cukup efektif untuk membuat napi jera melakukan masalah di penjara --- seperti berkelahi, mengemplang utang atau tindakan onar lainnya.