Mengenai Kurban

Perkara ritual teroris memenggal tawanan adalah buah hasil dari ajaran para guru yang jahat yang menelikung ajaran Islam untuk tujuan politik serta sarana pengumbaran nafsu syahwat.

Senin, 12 Agustus 2019 | 07:08 WIB
0
554
Mengenai Kurban
Ilustrasi hewan kurban (Foto: apahabar.com)

Ini kisah ketika berbincang dengan seorang Atheis yang nyinyiran soal Islam ( dan tentu agama lainnya) soal kurban. Dia bilang teroris Muslim yang gemar menyembelih tawanannya adalah karena ajaran Islam yang mewajibkan menyembelih kambing, domba, sapi, kerbau dan unta.

Kurban bukti kesetiaan Tuhannya orang Islam agar dikatakan taat. Pola pikir itu berimbas pada teroris yang meng-kurban-kan tawanannya dengan cara yang sama yakni memenggal kepala hewan.

Pendapat lain soal kurban muncul dari seorang " free thinker " yang menafsirkan bahwa ritual kurban disalahkan artikan oleh Muslim.

Perintah Tuhannya orang Muslim kepada Ibrahim agar menyembelih putranya, sebenarnya adalah perumpamaan saja. Tidak ada ritual itu. Jika kejadian itu ada, maka perilaku Ibrahim, yang diakui sebagai nabi di agama Yahudi, Kristen dan Islam, bertentangan dengan ayat-ayat di tiga kitab suci yang menegaskan, " Dilarang Membunuh ".

Kurban yang tertulis dalam kitab suci adalah sekedar perumpamaan bahwa sebagai umat beragama, orang harus ikhlas ketika harus kehilangan seseorang yang harus pergi untuk sebuah kebaikan. Yang sakitnya sama seperti menyembelih anak sendiri.

Jadi kata free thinker itu, seharusnya Orang Islam meninggalkan praktek-praktek pembunuhan binatang untuk kurban. Karena ini adalah praktek pagan. Berhala. Anti Tuhan yang Satu.

Karena nafasnya sama, kurban bisa digantikan dengan mengalihkan dana untuk beli hewan kepada santunan anak yatim dan menolong orang miskin.

Baik Free thinker dan atheis nyinyiran sampai pada kesimpulan yang sama. Yakni penghilangan praktek menyembelih hewan akan menghaluskan jiwa orang Muslim hingga tidak punya referensi menjadi teroris sebagai bentuk ketaatan terhadap Tuhan.

Peluang menjadi teroris bakal kecil karena Muslim yang sudah meninggalkan tradisi menyembelih kurban, tidak bakal tega memenggal kepala manusia.

Jawaban saya atas keduanya adalah bersandar pada ajaran agama yang tercantum dalam Qur'an dan aneka hadits yang mewajibkan menyembelih hewan. Tidak ada keraguan sedikitpun. Termasuk juga tidak mempertanyakan kenapa hewan kurban itu bukan ayam, bebek atau burung.

Beragama memerlukan dogma yang tidak bisa ditawar yang sudah diungkapkan dengan jelas dalam kitab suci hingga tidak memerlukan tafsiran yang lain.

Hubungan kurban dengan kebiasaan teroris memenggal kepala orang juga tidak ada. Karena jika ada, maka seluruh orang Nepal berbakat teroris. Tiap tahun mereka punya ritual menyembelih ribuan hewan ternak tapi tidak satupun yang jadi teroris.

Perkara ritual teroris memenggal tawanan adalah buah hasil dari ajaran para guru yang jahat yang menelikung ajaran Islam untuk tujuan politik serta sarana pengumbaran nafsu syahwat.

Muslim yang baik adalah yang cinta damai dan menjauhkan kekerasan dengan mengedepankan rasa welas asih. Yang juga melarang penyiksaan terhadap binatang.

Kurban hewan adalah bentuk lain dari manifestasi beramal karena harga ternak yang diperbolehkan cukup mahal. Hanya orang berpunya mampu berkurban dan memberikan dagingnya kepada kaum miskin, dhuafa dan mualaf. Artinya Islam mengajarkan orang kaya untuk lebih banyak berderma.

Sementara, bagian yang jadi hak pemberi kurban bisa dimakan sendiri agar selalu bersyukur karena mampu berbagi. Atau Muslim bisa membagikan jatah kurbannya kepada tetangga non muslim sebagai wujud menjalin hubungan antar manusia. Yang juga sangat ditekankan dalam Islam.

Islam punya mekanisme yang luar biasa banyak untuk beramal hingga tidak relevan dana untuk kurban dialihkan ke donasi lain. Karena bukan itu makna kurban.

Makna kurban adalah ikhlas mengorbankan sebagian harta. Ikhlas mengorbankan ego untuk membuat kita terus rendah hati. Karena umat Islam paham bahwa kelebihan harta juga bisa dikatakan sebagai cobaan.

Kawan atheis dan free thinker manggut-manggut dengan jawabannya saya. Dan seperti biasa mereka tidak puas. Tapi mereka berhenti berdiskusi lebih lanjut.

Mereka tahu saya akan tagih janji mereka untuk menjawab pertanyaan saya yang tidak pernah mereka bisa jawab.

Pertanyaan saya untuk seorang atheis dan free thinker nyinyir nyinyor adalah:

"Ketika dokter minta Anda berdoa kepada Tuhan agar diturunkan mukjizat supaya anak yang Anda sangat dicintai yang tengah sekarat bisa sembuh, maukah Anda melakukannya meski kemungkinan pulihnya tidak diketahui?"

***