Bagi konglomerat kekayaannya bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan. Dengan alat tersebut ia mewujudkan cita-citanya dan melakukan berbagai hal untuk mencapai visi hidupnya.
Seberapa kaya atau banyak harta yang Anda inginkan dalam hidup Anda? CUKUP KAYA atau SANGAT KAYA? Perbedaan dari kedua situasi ini bukan dari jumlah atau nilai kekayaannya tapi dari IMPLIKASINYA pada kehidupan Anda.
Seorang konglomerat yang sangat kaya raya sebelum meninggal telah membuat wasiat tentang hartanya. Berdasarkan wasiatnya itu ternyata ia hanya mewariskan sedikit dari kekayaannya kepada anaknya. Sangat sedikit dari jumlah hartanya yang begitu berlimpah tersebut. Tapi tentunya sedikit bagian itu pun sudah sangat banyak bagi kita.
Bagi Sandiaga Uno mengeluarkan dana Rp1 trilyun untuk nyapres itu sedikit tapi bagi Cak Nanang ketiban uang sepersepuluhnya saja bisa bikin dia klagep-klagep saking kagetnya. Kalau Anda tidak bisa membayangkan seberapa banyak sepersepuluh dari dana nyapresnya Sandiaga Uno berarti Anda perlu ikut Gernastastakanya Cak Nanang.
Bagian terbesar dari kekayaan konglomerat tersebut ia bagi-bagikan kepada berbagai lembaga dan yayasan sosial. Ketika ditanya mengapa ia tidak mewariskan semua hartanya pada anaknya ia menjawab bahwa sedikit harta yang ia berikan pada anaknya tersebut sudah cukup besar bagi anaknya untuk melakukan apa saja yang ia inginkan tapi tidak terlalu besar sehingga membuatnya tidak melakukan apa-apa.
Maksudnya, si konglomerat ini memberikan harta yang cukup bagi anaknya sebagai modal untuk mewujudkan cita-cita hidupnya sendiri tapi ia tidak ingin memberikan terlalu banyak bagi anaknya sehingga membuat anaknya berpikir untuk tidak melakukan apa-apa karena sudah memiliki segalanya tanpa ia harus melakukan apa pun.
Saya pikir konglomerat ini cerdas sekali. Sayang saya lupa siapa namanya. Uang itu kalau sedikit maka ia akan menjadi alat tapi kalau terlalu banyak maka ia akan menjadi mainan yang akan membuat kita terlena dengan bermain-main dengan harta yang sangat berlimpah tersebut. The wealth we have should become tools and not become toys (sengaja menyelipkan bahasa Inggris ben ketok pinter).
Kalau pakai istilah pebisnis maka harta harus menjadi 'assets' dan bukan 'liabilities' (beban). Kalau Anda tidak tahu bedanya maka itu artinya Anda tidak punya bakat sugih.
Saya sendiri sampai sekarang berusaha keras untuk menjadikan beberapa properti yang saya miliki berubah dari 'liabilities' menjadi 'assets' dan masih kesulitan karena memang tidak pintar berbisnis.
Bagi konglomerat ini harta kekayaannya bukanlah tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan. Dengan alat tersebut ia mewujudkan cita-citanya dan melakukan berbagai hal untuk mencapai visi hidupnya.
Karena baginya, harta adalah alat maka ia juga tidak ingin agar hartanya tersebut ia wariskan terlalu banyak bagi anaknya sehingga tidak lagi menjadi alat dan justru menjadi mainan yang melenakan anaknya sehingga tidak melakukan apa pun untuk mencapai visi hidupnya dengan kekayaan yang ia warisi tersebut.
Oleh sebab itu coba pikirkan lagi ketika kita ingin memberi sesuatu pada anak-anak kita. Apakah kita ingin memberi mereka ALAT untuk kehidupan mereka atau kita justru memberi MAINAN yang membuat mereka terlena dan bersenang-senang dengannya. Ini memang gampang diucapkan tapi angel dilakoni.
Soalnya kita itu cenderung untuk memanjakan anak. Lha wong istri saya itu kalau dimintai uang sama anak lalu tidak diberi kemudian diskak sama anak, “Lha kalau punya uang terus bukan untuk anak lalu untuk siapa…?!” Istri saya langsung speechless alias blangkemen.
Tentu saja anak saya hanya berani ngomong begitu sama emaknya. Sama bapaknya gak bakal berani ngomong begitu. Istri saya juga gak berani ngomong begitu sama saya karena bisa-bisa saya tergoda untuk menjawab, “Gawe mbok nom.”
Tapi itu pun beraninya hanya dalam hati. Lha wong saya ini suami yang istikomah...
***
Surabaya, 13 Juli 2019
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews