Kekeliruan Prabowo Saat Bicara Soal Pertahanan

Kalau semua dikaitkan kepemilikan militer yang kuat, hati-hati. Pemimpin seperti itu bisa dinilai sebagai penganut aliran fasisme seperti Musolini atau Hitler.

Kamis, 4 April 2019 | 19:24 WIB
0
1025
Kekeliruan Prabowo Saat Bicara Soal Pertahanan
Mussolini dan Hitler (Foto: The Commnoner Hall)

Setelah pelaksanaan debat pilpres pada Sabtu (30/3/2019) malam antara Capres Jokowi dengan capres Prabowo, penulis menyusun artikel ini  untuk menanggapi ucapan capres Prabowo  yang menilai kondisi pertahanan dan keamanan Indonesia berada pada titik yang lemah dan juga rapuh.

Dengan pertahanan dan keamanan negara yang rapuh ini, kata Prabowo, Indonesia tidak memiliki kekuatan militer yang kuat untuk bisa mengantisipasi gangguan yang mengancam kedaulatan negara. Dia juga mengatakan bahwa politik diplomasi luar negeri yang bagus pun tidak akan ada artinya, kalau pertahanan dan keamanan negara masih dalam kondisi jauh dari yang diharapkan.

Sebagai penulis yang khusus menganalisis masalah hankam dari persepsi intelijen, selain  masalah politik, kedirgantaraan, dan budaya, penulis sangat menyayangkan ucapan tersebut, rasanya kurang pas dan kurang memperhitungkan side effect sebagai capres.

Prabowo kini mendapat sanggahan dari senior dan temannya, Menkopolhukam Wiranto menanggapi dengan keras, dan demikian juga Menhan Ryamizard Ryacudu yang sering ceplas ceplos terukur, menyatakan tersinggung sebagai Menhan.

Tentang yang dikatakan soal budaya ABS di TNI, soal ucapan yang oleh komunitas purnawirawan dinilai sombong, penulis tidak akan membahas. Tulisan ini fokus memberi gambaran bahwa dengan alutsista dan penyiapan sumber daya manusia, kita tidak lemah dan rapuh.

Penulis memahami dalam persaingan pilpres saat ini, kalau Prabowo sebagai penantang petahana ingin dinilai memiliki rencana hebat bila menang, dia akan menyebutkan apa yang kurang, jelek atau lemah dari petahana. Tapi ada yang masalah prinsip yang dilupakannya.

Sebagai seorang yang pernah tugas di TNI, jangan sentuh dengan nada negatif masalah pertahanan dan TNI, institusi terhormat di mana dia pernah berkarier, dapat pangkat, jabatan, kehormatan, makan nasi TNI dan segala tetek bengeknya. TNI sejak kita merdeka selalu menjadi tulang punggung dalam menjaga negara.

Sebagai pengamat intelijen, penulis telah membuat 1.280 artikel di website Kompasiana dan Ramalan Intelijen. Di antaranya ada artikel-artikel (analisis) pertahanan. Sebagai contoh misalnya keunggulan Sukhoi 27/35 TNI AU, perkuatan alutsista TNI AD yaitu Tank Leopard, serta roket Avibras yang daya hancurnya mengerikan.

Penulis juga menulis rencana penggantian pesawat tempur F-5 dengan Sukhoi Su-35. Nah, dari beberapa artikel yang tayang sejak tahun 2013 itu dijelaskan dua Renstra (Rencana Strategis Pertahanan) 2009-2014, 2014-2019 dan Renstra 2019-2014. Dengan pengadaan alutsista dari dua Renstra itu, terciptalah balance of power (perimbangan kekuatan) Indonesia dengan negara-negara tetangga. Indonesia menurut Global Power dinilai sebagai negara terkuat ke-15 di dunia.

Nah, agar wawasan lebih luas, dan tidak melihat dari kacamata yang salah atau naif, tolong dibaca, cukup lima dari sekian banyak artikel penulis dan sebutkan apa pantas pertahanan kita sangat lemah. OMG. Inilah beberapa artikel tersebut:

Pertama, artikel tentang Tank Leopard TNI AD, diposting pada 26 Januari 2012, telah dibaca oleh 9.545 orang. Leopard buatan Jerman tersebut mampu mengungguli MBT (Main Battle Tank) Singapura dan tank Abrams milik Australia. 

Dua, artikel tentang TNI AU dengan judul, "Australia Makin Gundah Dengan Modernisasi Alutsista TNI AU", tayang pada 2 May 2013 dilihat : 23.812 orang. Pada artikel, disebutkan bahwa Australia gundah dengan modernisasi TNI AU, dengan segala faktanya. 

Tiga, artikel Pray dengan judul "Pada 2014 TNI AU Akan Makin Disegani", paling populer, digemari, pembacanya sebanyak 51.811 orang. Penulis tayangkan pada 16 Juli 2013. 

Empat, penulis juga membuat artikel tentang roket penyerang MLRS Astros MK-II, Avibras buatan Brasilia. Roket modern yg mampu mengungguli Meriam cal.155 mm itu memiliki daya hancur hingga radius dua km2. Roket milik TNI AD ini typenya lebih modern dibandingkan roket yang dimiliki Tentara Darat Malaysia. Roket ini sudah teruji di medan tempur Yaman (battle proven), dipergunakan oleh AD Arab Saudi untuk menyerang kelompok pemberontak Houti. 

Lima, pada 18 May 2015, penulis menayangkan artikel/ analisis intelijen, dengan judul DENGAN TANK LEOPARD DAN SUKHOI-35, INDONESIA MAMPU MENCIPTAKAN BALANCE OF POWER, yaitu perimbangan kekuatan dengan negara-negara tetangga. Artikel ini dibaca ole: 43.462 orang.

Catatan:

Dengan membaca artikel-artikel di atas, yang telah dibaca oleh total lebih 100 ribu orang, berarti para netizen telah memiliki tambahan wawasan tentang pertahanan, khususnya modernisasi alutsista TNI. Bayangkan Australia saja sempat gundah dengan modernisasi alutsista TNI AU, belum lagi Singapura, Malaysia.

Dengan demikian maka pernyataan capres Prabowo sebagai purn.TNI yang menyatakan pertahanan kita rapuh, jelas dinilai para pengguna medsos (Netizen) sebagai sosok mantan militer dengan wawasan yang kurang. Jelas ini akan merugikan elektabiltasnya, citranya sebagai sosok purn Jenderal sebagai capres menjadi rendah.

Mengenai masalah pertahanan negara, perlu diketahui bahwa Menhan RI, Jenderal Purn. Ryamizard Ryacudu telah melaksanakan pendidikan bela negara.

Kemhan selama ini telah mampu membina kesadaran bela negara bagi rakyat Indonesia, tercatat lebih dari 80 juta jiwa sudah mengikuti penataran. Ini bukan masalah sederhana, tetapi bela negara adalah kekuatan pertahanan dengan nilai deterrent yang sangat tinggi.

Nah, ini hanya sekedar gambaran dari seorang old soldier yang care, melakukan pulbaket, menganalisis, memberi wawasan kepada masyarakat. TNI bersama Rakyat, negara kuat, jangan ganggu NKRI, kami akan sikat sampai "amoh". Begitulah seharusnya, sekali lagi, jangan hanya untuk menang debat terus menjelekkan pertahanan dan TNI. Apapun alasannya, para anggota TNI dan purnawirawan sangat tidak suka.

Kasarannya "maaf" penulis ragu kalau punya pemimpin nasional yang karakternya begitu. Kalau perkiraan intelijen jangka panjang seperti kata Pak Jokowi menyebut tidak akan ada invasi dalam 20 tahun mendatang, ya pembangunan kekuatan dari Renstra satu hingga tiga itu sementara sudah cukup.

Kalau semua dikaitkan dengan kepemilikan militer yang kuat, Prabowo agar hati-hati, pemimpin seperti itu bisa dinilai sebagai penganut aliran fasisme seperti Musolini atau Hitler.

Na,  itu bahayanya kalau salah ucap, terlebih sebagai calon pimpian nasional. Pray tidak marah sih pak, cuma heran dan menyesal saja. Soalnya sama-sama satu angkatan alumnus Dikintel Cilendek tahun 1978, cuma beda kelas, Prabowo Lid, Pray Gal. PRAY.

Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen.