Pimpinan Intelijen di Indonesia Sebaiknya Non Partisan

Conflict of interest akan terhindari bila pimpinan intelijen tadi non partisan, sesuai prinsip dasar intelijen 'single client'.

Jumat, 28 Januari 2022 | 07:29 WIB
0
332
Pimpinan Intelijen di Indonesia Sebaiknya Non Partisan
Pin BIN (Foto: istimewa)

CIA adalah badan intelijen Amerika paling terkenal di seantero jagat, bertugas melaksanakan operasi intel di luar negeri. Sejak pemerintahan Presiden Joe Biden, William Burns dipilih sebagai Direktur CIA. Burns menggantikan posisi Gina Haspel, wanita karier pertama di bidang intelijen yang menjadi Direktur CIA menggantikan direktur sebelumnya, Mike Pompeo. CIA adalah salah satu disntara 17 organisasi intelijen di AS yang secara hukum dikontrol oleh Direktur Nasional Intelijen, yang dipimpin oleh seorang wanita, Avril Haines. 

Pencalonan direktur CIA adalah pilihan profil tinggi bagi Biden, dimana pesaing Burns adalah David Cohen, mantan Wakil Direktur CIA (2015 - 2017). William Joseph Burns lahir pada 4 April 1956 (65), di Fort Bragg, North Carolina, Amerika Serikat, pendidikan, Universitas Oxford, St John's College, Universitas La Salle. Ia adalah seorang diplomat Amerika, yang saat fipilih masih menjabat sebagai presiden Carnegie Endowment for International Peace sejak 2014. Burns pernah menjabat sebagai Dubes di Rusia dan Yordania, terakhir menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (2011–2014), dan pensiun setelah berkarir sebagai diplomat selama 33 tahun. 

Presiden Biden menegaskan bahwa prioritas utama Burns adalah memastikan pengumpulan bahan keterangan dan analisis intelijen yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik setelah muncul kritikan keras Presiden Trump terhadap badan-badan intelijen AS. 

Biden menegaskan hal serupa kepada penasihat keamanan nasional dan badan intelijen lainnya tentang posisi intelijen yang profesional menghindari kepentingan politik. 

Presiden Biden menegaskan kepada Burns saat pemilihan itu, hari Senin (11/1/2021) dan menyatakan "Shares my profound belief that intelligence must be apolitical and that the dedicated intelligence professionals serving our nation deserve our gratitude and respect.” 

Biden juga menegaskan hal serupa kepada penasihat keamanan nasional dan badan intelijen lainnya tentang posisi intelijen yang profesional menghindari kepentingan politik. Maksudnya agar informasi serta analisis intelijen lebih murni tidak bias katena conflict of interest. 

Nah, pertimbangan Presiden Biden memilih pimpinan organisasi intelijen yang non partisan menurut penulis patut dijadikan acuan bagi Indonesia,. Apabila suatu saat dua organisasi terbesar di Indonesia (BIN dan Bais TNI) akan dilakukan penyegaran, sebaiknya dipilih calon pimpinannya yang sesuai dengan kebutuhan masa depan Indonesia. Pejabat yang faham dengan situasi dan kondisi geopolitik, geostrategi dan geoekonomi dunia dan kawasan serta mampu memprediksi ATHG (terutama ancaman) terhadap bangsa kita.

Terlepas si calon dari sumber (utama TNI) maupun lainnya, dipilih mereka yang non partisan dan sebaiknya mempunyai sejarah pernah bersentuhan dengan tugas-tugas intelijen. Maksudnya agar dalam mengambil keputusan dia memiliki "sense of intelligence". 

Informasi yang telah diolah dan matang, disebut sebagai intelijen dari badan intelijen adalah salah satu bahan pertimbangan pimpinan nasional dalam pengambilan keputusan. Conflict of interest akan terhindari bila pimpinan intelijen tadi non partisan, sesuai prinsip dasar intelijen 'single client'.

Marsda TNI (Purn) Prayitno W. Ramelan, Pengamat intelijen.

***