Mengenai propinsi Kalimantan Utara, memiliki letak geografi yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Penduduk Kalimantan Utara sendiri memiliki beberapa suku asli dan suku transmigran atau pendatang dari luar propinsi. Namun, budaya asli dari Kalimantan Utara sendiri tidak terkikis. Salah satunya pada baju adat Kalimantan Utara yang kini masih lestari.
Suku pendatang yang telah turut menghuni propinsi Kaltara seperti suku toraja, suku bugis dan suku jawa. Yang mana tiap suku pendatang selalu membawa beberapa budaya khas yang dapat mempengaruhi daerah Kaltara.
Baju adat Kalimantan Utara
Pakaian adat yang khas dari Kalimantan Utara ini beragam. Beragamnya model tersebut karena pengaruh kebudayaan tiap suku yang tinggal di Kaltara. Perbedaan tiap pakaiannya bisa dilihat dari model, atribut, dan juga motifnya. Untuk mengetahui informasi tambahan tentang baju adat Kalimantan Utara, mari kita simak pembahasannya sebagai berikut.
Mengenal baju adat Kalimantan Utara
Baju adat Kalimantan Utara merupakan baju khas yang berasal dari propinsi Kalimantan Utara. Dimana model pakaiannya terdiri dari beberapa jenis.
Contohnya pada pembuatan baju adat suku Tidung lebih terpengaruh budaya Melayu, yang mana mengenakan baju kurung lengan panjang. Hal tersebut berbanding terbalik dengan baju adat di suku Dayak.
Masyarakat suku Dayak terkenal dengan bajunya yang berupa rompi tanpa lengan. Karakteristiknya terlihat dari hiasan motif khas Dayak di baju dan bawahannya. Ciri khas lain juga dapat dilihat dari atribut yang dikenakan masing-masing pakaian adat seperti tutup kepala, perhiasan, manik-manik dan lain sebagainya.
Jenis-jenis baju adat Kalimantan Utara
Baju adat khas yang dimiliki Kalimantan Utara memiliki beberapa jenis yang berbeda. Perbedaan tersebut karena adanya pengaruh budaya yang berlainan. Walaupun masih dalam satu propinsi, pakaian adatnya pun juga berpengaruh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah jenis-jenis baju adat Kalimantan Utara.
Baju adat suku Tidung
Jenis baju adat dari Kalimantan Utara ada dari suku Tidung. Pakaian khas dari suku Tidung ini memiliki model baju berlengan panjang, yang mana terpengaruh dari budaya suku Melayu. Bajunya umumnya berwarna kuning/orange yang terdapat variasi warna merah dibagian dada.
Untuk pakaian pria, mengenakan bawahan berupa celana panjang yang dibalut kain songket selutut. Sedangkan bagi wanita mengenakan bawahan full kain songket khas hingga ujung kaki. Sebagai karakteristiknya, pakaian adat suku tidung selalu dilengkapi penutup kepala berbentuk mahkota bernama Tandung Gulung.
Baju adat Ta’a dan Sapei Sapaq
Jenis baju adat dari Kalimantan Utara yang paling populer adalah baju adat Ta’a dan Sapei Sapaq. Kedua baju tersebut memiliki perbedaan bagi pemakainya. Jika baju Ta’a dipakai oleh perempuan, sementara baju Sapei Sapaq dipakai oleh laki-laki. Pada dasarnya kedua baju ini dibuat dengan warna yang sama, baik hitam maupun merah. Baju atasannya berupa rompi tanpa lengan dengan hiasan motif sekelilingnya.
Sedangkan untuk bawahannya dibedakan, jika perempuan mengenakan kain rok yang panjang, untuk pria mengenakan kain yang di gulung menyerupai celana dalam atau bisa juga celana pendek. Beberapa asesoris juga melengkapi cara berpakaian masing-masing orang pada saat mengenakan baju adat Ta’a dan Sapei Sapaq.
Asesoris pelengkap baju adat Kalimantan Utara
Dalam mengenakan baju adat Kalimantan Utara, para pemakainya tak luput dari perlengkapan atribut atau asesoris yang melekat. Keberadaan asesoris tersebut menjadi ciri khas yang ada pada masing-masing baju adat tersebut. Berikut adalah asesoris pelengkap baju adat di Kalimantan Utara.
Penutup kepala
Penutup kepala bisa dibilang menjadi komponen yang penting pada asesoris pakaian adat. Pada pakaian adat suku Tidung, penutup kepala berupa mahkota berwarna keemasan, yang sering disebut sebagai Tandung Gulung. Sedangkan untuk suku Dayak yang mengenakan baju ta’a dan sapei sapaq, menggunakan ikat kepala dari susunan bulu burung enggang sebagai ciri khasnya.
Ikat pinggang
Ikat pinggang juga menjadi salah satu bagian yang melengkapi baju adat dan bawahannya. Contoh pada pakaian adat Kaltara, pada suku Tidung mengenakan ikat pinggang dari kain songket atau selendang. Sementara pada suku Dayak tidak ditemukan pemakainya yang mengenakan ikat pinggang.
Perhiasan
Perhiasan tak kalah pentingnya saat mengenakan baju adat. Pada pakaian adat suku Tidung, mengenakan perhiasan berupa kalung, gelang, anting dan cincin dari bahan emas. Sedangkan perhiasan suku Dayak lebih didominasi dari bahan gigi binatang, tulang belulang, biji-bijian dan bulu burung.
Alas kaki
Alas kaki sering dipakai oleh masyarakat saat mengenakan pakaian adat. Seperti pada suku Tidung yang memakai alas kaki berupa sandal selop baik wanita ataupun pria. Namun pada suku Dayak tidak banyak yang mengenakan alas kaki. Tapi pada masa modern juga bisa memakai sandal jenis sandal gunung atau sandal tali.
Senjata tradisional
Senjata tradisional khas dari propinsi Kalimantan Utara adalah Mandau yang berupa pisau belati. Sebagai pelengkapnya, para pria juga membawa perisai perang yang bergambarkan motif. Senjata ini sering dibawa oleh suku Dayak di Kaltara.
Itulah pembahasan mengenai baju adat Kalimantan Utara yang dapat anda ketahui. Model baju di Kalimantan Utara memang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda tiap sukunya. Masyarakatnya hingga kini pun masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan khas daerah asalnya. Salah satunya dengan pelestarian baju adat yang dipakai untuk acara tertentu.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews