Entah berapa lagu yang dinyanyikan DD malam itu. Saya cuma ingat Sakura, Keraguan, Masih Ada, dan Semua Jadi Satu.
Kejutan itu bernama Deddy Dhukun (DD). Dia muncul di tengah acara halal bihalal SMALIX, Sabtu (29/6), seraya melantunkan Aku Ini Punya Siapa. Lagu ini dirilis pada 1987, dan membuat nama mendiang January Christy (JC) kian berkibar sebagai penyanyi jazzy.
Susah juga ternyata/ Punya pacar bermata liar/ Sering kali memalukan/ Dibuatnya aku tiada berharga.
Hampir semua teman yang hadir fasih betul dengan lagu ini. Hal itu tak cuma terlihat dari komat-kamit di mulut, juga terekspresikan dari gerakan tangan dan lenggak-lenggok kepala mereka.
Saya juga sebetulnya hapal, karena pernah mengoleksi album tersebut. Diam-diam saya pun bersenandung dalam hati, karena lebih suka menikmati eskpresi dan keceriaan teman-teman. Kami yang sudah berusia separuh abad seolah tenggelam bersama ke masa lalu.
Sebelum lagu itu, DD dan Dian Pramana Putra menciptakan Melayang yang juga dinyanyikan JC. Majalah musik, Rolling Stone menobatkan "Melayang" sebagai satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa".
Ini adalah kedua kalinya DD hadir di acara teman-teman SMALIX. Cuma kali ini dia datang sendiri. Mas Dian yang pada reuni 2017 ikut hadir sudah berpulang menghadap sang Khalik, 27 Desember 2018. Kami sempatkan berdoa bersama untuk mengenang Mas Dian. Semoga dia mendapat yang terbaik di sisi Tuhan.
Entah berapa lagu yang dinyanyikan DD malam itu. Saya cuma ingat Sakura, Keraguan, Masih Ada, dan Semua Jadi Satu. Tak cuma ikut bersenandung, beberapa di antara kami asyik merekam dan berselfie ria dengan mas DD. Soal foto berdua dengan figur publik, saya juga tak tertinggal.
Sambil menunggu lensa kamera fokus, saya mengkonfirmasi kepada dia apakah tinggal di Depok. “Oh iya, saya tinggal di Tanah Baru,” jawab lelaki kelahiran Banyumas, 22 Juni 1958 itu.
“Saya juga mas Ded. Di Jalan R. Sanim,” sambil menjempretkan kamera. “Lo, tetanggaan dong kita ya sebenarnya…”
Kami tak melanjutkan percakapan. Saya langsung menyingkir memberikan kesempatan teman-teman lain yang juga ingin berfoto bersama.
Selain lagu-lagu karya DD dan Dian Pramana, serta Fariz RM saya juga sebetulnya menggemari lagu karya Rhoma Irama. Tak cuma mengoleksi album lagunya, saya juga menonton hampir semua film yang dibintangi Bang Haji. Berkelana adalah film pertama yang saya tonton di bioskop Nusantara, Jatinegara pada 1978.
Dalam perkembangannya, Rhoma tak cuma piawai meramu lagu-lagu cinta. Juga syair-syair bertema kritik sosial, mengangkat isu politik, demokrasi, dan HAM.
Selama korupsi semakin menjadi-jadi / Jangan diharapkan adanya pemerataan / Hapuskan korupsi di segala birokrasi / Demi terciptanya kemakmuran yang merata / Bukankah cita-cita bangsa / Mencapai negeri makmur sentosa.
Irama lagu itu enak untuk bergoyang. Tapi syairnya sangat menyengat rezim Orde Baru kala itu. Lewat lagu bertajuk Indonesiaku itu Rhoma sepertinya memotret sepak terjang para kroni dan anak-anak Pak Harto yang mulai terjun ke bisnis.
Rhoma juga mengkritik keras slogan Luber, Jurdil dalam pemilu. Karena prakteknya masyarakat didorong hanya untuk memilih Golkar. Jelas-jelas melanggar kebebasan, melanggar hak asasi.
Terapkan demokrasi Pancasila / Sebagai landasan negara kita / Janganlah suka memperkosa Kebebasan warga Negara Karena itu bertentangan Dengan perikemanusiaan.
Belakangan, Rhoma Irama bergeser menggabungkan musik dengan dakwah. Syair lagu-lagunya berisi pesan-pesan keagamaan. Di awal, dia sempat dihujat beberapa ustaz karena dianggap bid’ah dan mengkomersialkan agama. Di sela acara HBH malam itu di sebuah kedai di Duren Sawit, Jakarta Timur, Deddy Dhukun juga memperkenalkan album baru berisi 10 lagu relijius.
Di tengah keriangan halal bihalal sambil mendendangkan lagu-lagu romantis karya DD dan almarhum Dian Pramana Putra, selintas saya berkhayal, “Semoga reuni atau HBH berikutnya panitia menghadirkan Bang Haji.”
Sementara seorang teman, rupanya juga punya obsesi sendiri. Melihat teman-teman perempuan nyaris semuanya terus merubung Deddy Dhukun, rupanya dia ‘cemburu’. “Jat, kalau buat kita yang cowok-cowok enaknya nanti ngundang Aura Kasih kali ye.”
Saya tertawa ngakak sebegai isyarat persetujuan. Tapi setelah membaca berita Vanesa Angel sudah keluar dari penjara, sepertinya patut juga untuk dipertimbangkan.
Why not?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews