Sambut Grandmaster Baru di Bandara, tapi Bukan di Bandara Soekarno-Hatta!

Praktis, Indonesia tinggal hanya memiliki tiga pecatur bergelar grandmaster yang masih hidup, yaitu GM Utut Adianto, GM Cerdas Barus dan GM Susanto Megaranto.

Rabu, 24 Juli 2019 | 18:02 WIB
0
443
Sambut Grandmaster Baru di Bandara, tapi Bukan di Bandara Soekarno-Hatta!
Menyambur Sang GM Baru (Foto: Jitendra Choudhary)

Meraih gelar Grandmaster belakangan ini bukan lagi sesuatu yang istimewa mengingat banyaknya pecatur yang mendapatkannya di usia sangat muda.

Meskipun demikian kepulangan GM Prithu Gupta yang meraih norma GM terakhirnya di Porticcio Open 2019 tetap disambut meriah di Delhi airport, India, karena sedikit agak istimewa. Kenapa?

India mencetak Grandmaster pertama mereka tahun 1987. Siapa dia? Tak lain tak bukan adalah legenda hidup GM Viswanathan Anand. Dan 32 tahun kemudian Prithu Gupta menggenapkannya menjadi 64 sebanyak petak yang berada di atas papan catur. Jadi ia memang pantas mendapat sambutan.

Sedikit gambaran tentang gelar GM ini, meskipun India memiliki 29 negara bagian dan 7 wilayah union, tetapi penyumbang gelar GM itu hanya berasal dari 12 negara bagian dan 1 wilayah union.

Negara bagian Tamil Nadu menyumbang paling banyak dengan 23 GM atau 36% disusul kemudian oleh Bengal Barat (8), Maharashtra (7) dan Delhi (6). Prithu sendiri berasal dari negara bagian yang disebut terakhir ini.

Sementara itu negara-negara seperti Uttar Pradesh, Madhya Pradesh, Bihar dan lainnya yang merupakan beberapa negara bagian terbesar di India agak mengalami kesulitan untuk menciptakan GM pertama mereka entah kenapa.

Apa Kabar GM Indonesia?

Jika India mencetak grandmaster pertamanya pada tahun 1987 atas nama Viswanathan Anand, Indonesia sesungguhnya sudah terlebih dahulu meraih gelar tertinggi dalam catur itu melalui Herman Suryadireja. Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 14 Oktober 1947 ini meraih norma GM terakhirnya di Promosrsko Bulgaria pada tahun 1978. Artinya, Indonesia 9 tahun lebih dahulu mencetak grandmaster.

Namun apa yang terjadi? Jika dalam waktu 32 tahun India mampu mencetak sebanyak 64 grandmaster termasuk Anand, Indonesia boleh dibilang defisit luar biasa. Bayangkan saja, setelah Herman, dalam kurun waktu 41 tahun Indonesia hanya mampu menambah enam pacatur pria bergelar GM. Total menjadi "cuma" 7 grandmaster!

Baca Juga: Samantha Edithso, Calon Grand Master Termuda di Dunia dari Indonesia

Defisit pemain hebat melahirkan krisis berkepanjangan pecatur bergelar grandmaster. Mengapa? Sebab empat di antara pecatur bergelar GM itu telah meninggal dunia, yaitu GM Ruben Gunawan, GM Edhi Handoko, GM Herman Suryadireja, dan yang terakhir berpulang ke Rahmatullah GM Ardiansyah.

Praktis negeri sebesar Gaban ini sekarang tinggal hanya memiliki tiga pecatur bergelar grandmaster yang masih hidup, yaitu GM Utut Adianto, GM Cerdas Barus dan GM Susanto Megaranto. Di antara ketiganya, hanya Susanto Megaranto yang masih tampil di turnamen.

Di bagian puteri lebih mengenaskan lagi, Indonesia hanya memiliki WGM Irene Kharisma Sukandar dan WGM Medina Warda Aulia. Tetapi bersyukur, keduanya masih aktif mengikuti turnamen internasional meski minim sponsor.

Apakah Percasi sedang tidur atau sudah tidak berminat lagi mencetak para GM baru?

Mungkin tidak, hanya saja organisasi tertua olahpikir ini kurang kreatif saja dalam menggandeng sponsor untuk mengirimkan para pecatur berlaga di turnamen internasional sekaligus menyelenggarakan catur bertaraf internasional di negeri sendiri.  

***