Dengan cederanya Marc Marquez dan Cal Crutchlow, belum bertajinya Alex Marquez, juga Takaaki Nakagami yang masih harus belajar, Quartararo bisa jadi petarung serius gelar juara dunia tahun ini.
Dua minggu ini balapan MotoGP berlangsung berturut-turut di sirkuit yang sama, sebagai dampak pandemi COVID-19. Balapan di sirkuit Jerez ini, edisi pertamanya pada 19 Juli lalu dinamai Grand Prix Spanyol, sedangkan edisi kedua yang berlangsung tanggal 26 Juli ini dinamai Grand Prix Andalusia. Namun, pemenangnya tetap sama: Fabio Quartararo.
Bocah muda dari Perancis ini memang luar biasa. Dulu tahun 2013-2014 ikut ajang CEV Repsol, ajang penggodokan calon-calon pembalap Grand Prix. Jadi juara di tahun 2013, dan digadang-gadang menjadi 'The Next Marquez'. Padahal waktu itu usianya baru 14 tahun.
Setelah 2014 berlaga lagi di CEV Repsol dan lagi-lagi jadi juara, karena belum cukup umur untuk masuk kejuaraan dunia, Quartararo akhirnya masuk kelas Moto3 World Championship pada tahun 2015, bergabung dengan Estrella Galicia Marc VDS. Sebenarnya dia hebat, dalam balapan Moto3 yang ketatnya bukan main, dia beberapa kali bisa pole position dan naik podium.
Finis di posisi sepuluh kejuaraan, karena beberapa kali jatuh dan cedera. Tahun 2016, pindah ke tim Leopard Racing yang tahun sebelumnya jadi juara, Quartararo malah kena apes. Quartararo malah tidak pernah naik podium di musim itu, lebih sering finis di papan tengah. Posisinya turun jadi nomor 13.
Untung kemudian dia dilirik oleh Pons Racing, buat naik ke kelas Moto2 pada 2017. Tetap saja Quartararo tampak kesulitan, finis terbaiknya hanya keenam. Pindah ke Speed Up Racing pada 2018 pun sama saja. Hanya bisa menang sekali, dan posisi kedua sekali. Tidak ada yang menganggap Quartararo sebagai pembalap spesial, meski dulu dia digadang menjadi 'The Next Marquez'.
Pada tahun 2018 ini juga, Datok Razlan Razali, bosnya sirkuit Sepang, ditunjuk sama Yamaha buat bikin tim satelit Yamaha di MotoGP untuk 2019. Menggantikan Tech 3 yang membelot ke KTM. Satu kursi sudah dipastikan diisi Franco Morbidelli, yang meski tampil bagus dengan Marc VDS Honda, timnya itu sudah mau bangkrut. Kebetulan Morbidelli adalah muridnya Eyang Doktor Valentino Rossi, jadi jelas dia yang dapat kursi. Satu kursi lagi milik siapa?
Ada rumor bakal diisi Dani Pedrosa, yang bakal ditendang Honda. Rumor lain, Jorge Lorenzo yang kesulitan di Ducati juga berminat ke sana. Yang mengejutkan, keduanya tidak ditarik sama si Datok Razlan.
Datok Razlan tiba-tiba malah menunjuk Quartararo untuk mengisi kursi kedua tim Petronas SRT Yamaha itu. Meski perjanjiannya, Quartararo dikasih motor spek-B, yang putaran mesinnya dikurangi 500 rpm sehingga performanya lebih rendah. Morbidelli yang dapat motor spek-A, mirip spek pabrikan yang dibawa Valentino Rossi dan Maverick Vinales meski tetap saja ada perbedaannya.
Meski demikian, 2019 ini jadi tahun Quartararo menggila. Di Qatar, karena grogi dia lepas kopling pas start, sehingga mesinnya mati dan harus start dari pit. Pun itu tidak menghalangi Quartararo dari mencetak lap tercepat di balapan itu. Namun, di Jerez, Quartararo secara mengejutkan meraih pole position.
Di usia 20 tahun, dia jadi pemegang rekor pembalap termuda yang pole position, mengalahkan Marc Marquez. Sialnya saat balapan, malah Quartararo kena masalah girboks sehingga harus berhenti.
Gilanya, Quartararo terus menjadi ancaman di baris depan. Sesi-sesi latihan selalu dikuasai bocah muda ini. Dia finis di podium tujuh kali, lima kali di antaranya finis posisi kedua. Dua kali dia hampir menang, berduel dengan Marc Marquez sepanjang balapan di San Marino dan Thailand, meski selalu sang Bayi Alien yang unggul. Ini luar biasa, karena sebagai pembalap Yamaha dengan motor spek-B, justru dia bisa di depan rekan setimnya yang spek-A, bahkan tim pabrikan. Musim 2019 itu Quartararo finis di posisi 5 kejuaraan, bahkan lebih baik dari Eyang Rossi.
Lin Jarvis, bos Yamaha, ambil keputusan berani. Quartararo dikontrak sebagai pembalap pabrikan untuk musim 2021, menggantikan Eyang Rossi yang dijanjikan tempat di Petronas SRT Yamaha kalau masih belum mau pensiun. Untuk musim ini, Quartararo yang masih di Petronas SRT Yamaha, dikasih motor pabrikan, sama dengan motornya Rossi dan Vinales.
Quartararo pun makin menjadi. Setelah pandemi COVID-19 bikin balapan ditunda, pada pembuka musim Quartararo langsung melesat. Pole position, dia langsung melesat jauh di depan meninggalkan yang lain. Kemenangan pertama yang tahun lalu belum sempat didapat, akhirnya jadi kenyataan. Performa tersebut diulangi lagi di balapan kedua, yang mana sudah pole position, menang, Quartararo juga cetak lap tercepat, dan memimpin setiap lap. Kemenangan lengkap!
Pak Guru Doel Kamdi melihat Quartararo ini mirip-mirip Lorenzo. Dia punya gaya balap yang smooth, halus. Ini membantunya untuk bisa langsung melesat di depan, tanpa takut ban keburu aus. Pas dengan konstruksi ban Michelin sekarang, yang memang cepat aus sehingga butuh gaya balap yang halus. Memang dia sangat cocok mengendarai Yamaha YZR-M1 dengan ban Michelin, karena dia bisa memaksimalkan motor itu seolah tanpa beban. Dia juga masih muda, masih 21 tahun, potensinya masih bisa terus berkembang.
Dengan ambyarnya kubu Honda karena Marc Marquez jatuh dan cedera di balapan pertama, Cal Crutchlow yang juga masih dibekap cedera dan sudah berumur, Alex Marquez yang belum bertaji, juga Takaaki Nakagami yang masih harus belajar banyak, Quartararo bisa jadi petarung serius gelar juara dunia tahun ini.
Terlebih kubu Ducati juga masih terseok-seok, KTM ancamannya belum nyata, Alex Rins selaku punggawa Suzuki juga sedang cedera, dan Aprilia terlalu jauh di belakang. Bakal seru melihat Quartararo, dengan tim satelit, jadi juara dunia. Seperti Eyang Doktor Rossi, yang pada tahun 2001 dulu jadi juara dunia 500 cc dengan tim satelit Nastro Azzurro Honda.
(Pak Guru Doel Kamdi adalah penikmat MotoGP yang sesekali juga suka menulis analisis tidak jelas)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews