Pemerintah kalah cepat dengan penghobi burung berkicau dalam penyederhanaan atau redenominasi mata uang.
"Hobi" memang mahal harganya. Terkadang di luar akal sehat. Tapi kalau sudah kadung hobi, maka duit berapapun akan dikeluarkan.
Nah, ada harga merpati atau dara (Jawa) harganya sangat fantastis yaitu Rp1 milyar, hampir seharga rumah mewah. Mungkin hanya orang gila yang berani membeli merpati atau dara seharga Rp1 milyar. Padahal resikonya antara mati dan hilang dicuri.
Namaya Robby Eka Wijaya (34) warga Depok, Jawa Barat, membeli merpati atau dara seharga Rp1 milyar dari warga kota Bandung yang bernama Aristyo Setiawan. Merpati atau Dara itu mempunyai nama "Jayabaya". Merpati atau Dara ini kalau di Jawa namanya merpati "Keplek" untuk perlombaan. Jenisnya ada dua yaitu merpati Keplek tleseran dan merpati keplek tinggian.
Merparti Jayabaya yang dibeli Robby Eka Wijaya adalah jenis untuk perlombaan tinggi kolong meja. Dan sering memenangkan perlombaan beberapa kali untuk tingkat nasional dengan hadiah perkelas mencapai Rp100 juta sampai dengan Rp200 juta. Makanya Robby berani membeli merpati Jayabaya dengan harga Rp1 milyar. Dengan harapan harga segitu bisa balik modal kalau sering memenangkan perlombaan. Apalagi setiap bulan bisa dua kali perlombaan.
Sebelum dibeli oleh Robby Eka Wijaya, merpati Jayabaya pernah ditawar Rp700 juta dan Rp750 juta oleh dua orang, salah satunya ya Robby itu sendiri. Ini berdasarkan penuturan pemilik awal yaitu Aristyo Setiawan. Namun Aristyo belum ada niat untuk menjual.
Aristyo memasang harga Rp1 milyar dengan harapan supaya tidak ada yang berani membeli merpati Jayabaya miliknya. Dan akhirnya dengan berat hati, merpati Jayabaya dilepas atau dibeli oleh Robby Eka Wijaya dengan harga Rp1 milyar.
Sudah umum bagi pecinta burung berkicau atau merpati, kalau burung atau merpati sudah ada yang menawar atau membeli dan tidak diberikan. Biasaya ada dua pilihan yaitu mati atau hilang dimaling orang. Dan ini sudah diyakini oleh pecinta burung berkicau atau merpati. Ini bukan hanya mitos semata. Sudah banyak yang membuktikannya.
Dulu juga ada burung Lovebird yang sangat melegenda-namanya Kusumo-milik orang Bayat, Klaten. Burung Lovebird ini juga sudah memenangkan 400 lebih perlombaan tingkat nasional dengan hadiah secara akumulasi sudah mencapai Rp1 milyar lebih.
Dan ditawar atau ada yang ingin membeli Rp2 mliyar, tapi sama sang pemilik tidak dilepas. Akhirnya burung Kusumo mati pada tahun 2018 kemarin. Kehebatan lain Kusumo (lovebird betina) yaitu habis kawin pejantannya selalu mati. Bahkan harus mengorbankan lima pejantan. Edyaan tenan!
Inilah hobi burung bagi kaum laki-laki atau para suami, yang kadang bikin geleng-geleng kepala. Hanya, bagi kaum laki-laki yang sudah menikah, kalau ingin membeli burung berkicau atau merpati dengan harga yang diluar kewajaran, lebih baik konsultasi dengan istrinya. Karena bisa jadi masalah di kemudian hari.
Seperti Robby Eka Wijaya, sebelum membeli merpati Jayabaya dengan harga Rp1 milyar ia berkonsultasi dengan istrinya dan jawabnya: "Kamu gila yaa beli merpati Rp1 milyar!" Tapi berkat ketekunan dan memberikan penjelasan untung-ruginya, akhirnya istrinya memberi izin. Karena rata-rata-para istri tidak suka dengan burung atau merpati. Karena kotor dan jorok.Para istri hanya suka dengan burung suami saja.
Makanya dalam dunia perburungan ada bahasa penyederhanaan atau redenominasi soal harga burung. Ini awal mulanya biar para istri tidak panik kalau mendengar harga burung. Contoh: burung harga Rp5 juta bilangnya Rp5 ribu atau burung harga Rp10 juta dibilangnya Rp10 ribu. Itu semua demi keamanan semata biar tidak diomeli oleh istrinya.
Malah pemerintah kalah cepat dengan penghobi burung berkicau dalam penyederhanaan atau redenominasi mata uang.
Kalau merpati Jayabaya saja laku Rp1 milyar ,trus burungmu laku berapa?
Jangan-jangan digratiskanpun ga ada yang mau!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews