Agnes Mo

Kesal atau marah sah-sah aja. Jiwa patriotisme bergelora itu bagus. Tapi mbok ya jangan membabi buta, sampai menyerang karakter pribadi/fisik seseorang.

Selasa, 26 November 2019 | 21:27 WIB
0
661
Agnes Mo
Agnes Monica (Foto: REQnews.com)

Hai Sobat Ambyar tertjintah...

Lagi pada heboh gara-gara video wawancara Agnez Mo yang di New York itu, ya? Udah pada nonton sebelum berkomentar? Nih, kalau belum nonton, saya kasih link berita dan video yang full, mumpung saya lagi kurang kerjaan:

Di status ini saya nggak akan mengomentari ujaran Agnez yang bilang bahwa dia "nggak punya darah Indonesia sama sekali dan cuma numpang lahir di Indonesia".

Situasi ini bisa saya balik dengan status Fatih (anak saya) yang bapak ibunya Indonesia tulen, tapi Fatih sendiri nggak lahir di Indonesia. Dia juga cuma pernah tinggal 7 bulan aja di Indonesia dari 13 tahun umurnya.

Apakah Agnez lebih Indonesia dari Fatih? Apakah Fatih kurang Indonesia dibandingkan Agnez? Silakan berpendapat.

Saya nulis tentang ini karena teringat status yang saya tulis 10 hari lalu (Pindah Kewarganegaraan). Di antara ratusan komentar yang masuk, ternyata ada satu komentar yang nyempil beda sendiri. Di tulisan itu saya bilang, bahwa "meski saya nggak ngefans dengan pemerintah sekarang yang bikin Indonesia makin kacau balau, tapi saya bangga tetap berpaspor Garuda". Kurang lebih seperti itulah.

Nah, ada seorang mbak komentator yang kemudian emosi. Darah nasionalismenya seketika bergejolak. Dia bilang, "ya udah kalau nggak suka dengan Indonesia yang makin kacau. Tinggal aja terus di Norwegia dan nggak usah balik ke Indonesia." Wadidaw! 

Saya kira komentar seperti itu muncul karena simbak ngefans dengan pemerintahan Pak Jokowi, sementara saya nggak. Etapi, ternyata oh ternyata... Banyak lho Gess, netizen yang dengan ringannya "main usir" kepada sesama orang Indonesia.

Kalau sebelumnya (atau mungkin sampai sekarang), ada sekelompok orang yang menyuruh kompatriot-nya minggat ke Arab karena terdeteksi sebagai Bani Unta atau mendukung ide khilafah, sekarang usiran ini berlaku lebih luas lagi.

Siapapun yang nggak suka dengan pemerintah yang ini, atau yang mengaku tidak punya darah Indonesia meski lahir di Indonesia, nasibnya sama: disuruh minggat.

Saya sempat baca beberapa komentar dari postingan teman-teman soal si Agnez ini. Ya ampun... Netizen ini banyak sekali yang mulutnya setajam jarum, ya. Imut tapi nyelekit. Yang menyedihkan, kalimat usiran disertai makian itu datangnya dari saudara saya sesama muslim.

"Ya udah pergi aja ke Amrik sono. Gak usah balik ke Indonesia."
"Baru duet sama artis Amrik aja gayanya udah macem-macem. Udah mulai gak laku tuh dia. Makanya cari sensasi."
"Indonesia nggak butuh orang sombong kayak dia."
"Indonesia nggak akan kehilangan satu orang son*ong seperti dia."
"Huh! Kacang lupa kulitnya!"

Dan seterusnya, san sebagainya...

Ya akhi ya ukhti, ke mana perginya kesantunan kita? Saya nggak sedang membela Agnez, karena menurut saya apa yang dia ucapkan memang rentan untuk jadi kontroversi. Namun bukan berarti kita yang mungkin nggak suka sama Agnez terus boleh memaki-maki sesuka hati.

Manners, people. Manners.

Saya cuma mau bilang gini. Indonesia ini milik kita bersama. Nggak boleh ada sesama orang Indonesia yang merasa lebih Indonesia, lebih Pancasilais, lebih nasionalis dibandingkan yang lain.

Selagi kita masih sama-sama WNI, kita masih punya hak yang sama untuk mampir atau tinggal di Indonesia.

Selagi kita masih mencintai ibu pertiwi (dengan cara kita masing-masing), masih taat pada pemerintah dan aturan hukum, tidak ada yang berhak menentukan apakah kita boleh tinggal di Indonesia atau tidak.

Selagi kita nggak kena cekal atau nggak berstatus persona non-grata, negara Indonesia milik kita bersama.

Kesal atau marah sah-sah aja. Jiwa patriotisme bergelora itu bagus. Tapi mbok ya jangan membabi buta, sampai menyerang karakter pribadi/fisik seseorang. Ndak boleh itu, Ndro.

Maaf ya, kalau ada yang nggak setuju dengan pendapat saya ini. Silakan aja. Asalkan tetap saling menjaga adab berkata dan berbuat. Katanya orang Indonesia itu sopan santun, ya toh? Ayo dijaga itu.

Udah. Saya cuma mau nulis itu aja. Saya jangan disuruh minggat, ya Gaess! 

***