Yang pasti, baik serial televisi macam Kisah Aldebaran dan Andin, lebih banyak ditunggu di kalangan bawah ketimbang nonton keributan politik, bahkan tayangan hangat sepak bola.
Tontonan saya ketika masih aktif kerja di sebuah media nasional, media besar “K”, adalah siaran-siaran berita aktual seperti CNN, atau stasiun televisi berita luar negeri BBC News, dan bahkan TV5 yang khas berbahasa merdu, Perancis, yang mengulas berbagai kejadian paling aktual pada saat itu.
Atau nonton tayangan olahraga, sepak bola, tenis, bulu tangkis yang disiarkan di berbagai stasiun televisi. Tergantung pada event yang lagi hangat saat itu. Saya dulu termasuk pencaci sinetron. Apalagi kisah-kisah FTV dan cerita-cerita hidayah.
Ketika saya sudah pensiun dari semua kegiatan aktif di kantor media -- yang harus selalu up to date dengan perkembangan dunia, termasuk olahraga, dan lebih banyak tinggal di rumah -- saya terus terang saja, mulai lebih banyak bergaul dengan tetangga-tetangga kampung, tetangga-tetangga desa di kampung isteri, nongkrong di ranggon-ranggon (balai-balai bambu beratap di desa saya), dan nongkrong di warung yang memajang televisi di ruang makan warung mereka.
Maka dunia hiburan yang saya tonton pun berubah banyak. Tidak hanya tontonan keras, macem berita dunia, atau filem HBO, Cinemax atau tayangan olahraga sepak bola, tenis, bulu tangkis dan balap mobil F1 dan Moto GP. Tetapi juga merambah dunia hiburan kelas bawah: mulai nonton FTV yang sering jadi bulan-bulanan analisa “tak mendidik, nggak bermutu” dan bermacam-macam sumpah serapah analisa dakik-dakik teoritis dari “wong-wong pinter”. Dan terutama juga saya ikuti drama serial di sinetron-sinetron televisi yang lagi hits.
Saya mencoba menempatkan diri sebagai ibu-ibu rumah tangga dan mencoba memahami, mengapa mereka tetap nonton sinetron dan “tidak peduli dengan analisa dakik-dakik teoritis” berbagai media elit yang menguliti habis kegemaran para ibu-ibu (dan tidak sedikit juga bapak-bapak rumah tangga) yang terus menonton sinetron di televisi-televisi lokal. Judul artikel di harian “K” di atas, coba saya jawab. “Mengapa Sinetron yang Dicaci, Tapi Tetap Ada”.
Komunikasi kelas bawah
Ternyata cerita-cerita sinetron yang lagi hits, macam “Ikatan Cinta” (RCTI) yang sungguh sangat ngetop di kalangan ibu-ibu itu, adalah sarana komunikasi yang efektif dengan pengunjung warung makan di kampung, atau ranggon-ranggon di desa. Bilang saja, “Wah, lagi ngikutin kisahnya Al, ya buu....,” ibu-ibu di warung, di ranggon desa hampir pasti tersenyum. “Ah, bisa aja bapak...,”
Kisah “Al” atau Aldebaran, tokoh lelaki berkarakter dingin yang diperankan Arya Saloka, dan pasangannya “Andin” atau lengkapnya Andini Kharisma Putri yang diperankan Amanda Manoppo, sungguh menjadi buah bibir dimana-mana di kalangan bawah saat ini. Bahkan ulasan tayangan dari para ibu di warung dan di ranggon desa itu, tidak kalah seru dari analisa sepak bola di Piala Eropa, atau Piala Dunia, atau Liga Eropa, Liga Inggris.
Analisa ibu-ibu warung ini sampai menguliti sang penulis skenario, yang sering mengulur-ulur perasaan ibu-ibu untuk tahu rahasia hati Aldebaran yang sampai lamaaa.... banget ngga diberitahukan pada Andin, misalnya.
Tidak jarang, analisa itu berupa protes terhadap penulis skenario (saya baca dari komentar langsung ibu-ibu, dan juga pembantu rumah tangga baik di dalam maupun di luar negeri yang langsung tertayang dalam tayangan komputer), yang mempermainkan hati ibu-ibu sehingga terus-menerus merasa kena “prank” lantaran jalan ceritanya dibelok-belokkan tidak seperti yang mereka harapkan.
Sinetron serial “Ikatan Cinta” yang berjalan kurang lebih setahun ini memang menjadi pembicaraan masyarakat kelas bawah, yang pusing dan jenuh dengan ulah para politisi negeri ini yang menurut mereka “banyak yang nggak punya udel” dan memburu kepentingan politik sesaat, kepentingan golongan. Sementara media meributkan soal “pedofilia” dalam drama sinetron “Suara Hati Istri” melalui tokoh Zahra yang masih di bawah umur, kisah Aldebaran dan Andin jalan terus.
Rating SCTV yang semula tinggi terus melalui sinetron-sinetron serial seperti “Cinta Fitri” seri satu dan seri berikutnya, langsung ambles oleh RCTI melalui “Ikatan Cinta” Aldebaran dan Andin.
Bahkan iklan pun nyok-nyok, dari menjual produk kalung “Ikatan Cinta” sampai pemain sinetronnya ikut beriklan dalam jalan cerita. Pemain iklan pun sering muncul pula di peran “cameo” sembari lewat, sebagai sekretaris Aldebaran segala.
Drama “Ku menangiiis”
Selain cerita yang lagi hot di sinetron serial, ibu-ibu rumah tangga juga setiap hari dicekoki cerita-cerita pendek yang disebut FTV (filem televisi) yang hanya satu seri, satu seri, habis. Kisah-kisah pendek yang paling diikuti ibu-ibu kampung, adalah FTV-FTV dengan ilustrasi lagu Rossa yang liriknya sangat sering keluar masuk telinga, “Ku menangiiiis...,”.
Atau cerita-cerita hidayah yang juga memakai ilustrai lagu yang itu-itu juga, lagu-lagu yang disenandungkan Rossa, atau lagu-lagu mendayu hidayah ciptaan Opick. Tontonan ini malah hampir sepanjang hari bisa ditonton dalam berbagai judul di televisi Indosiar. Sambung-menyambung, seolah tanpa henti.
Kisahnya hampir semua bisa ditebak akhir ceritanya, dan selalu memakai ilustrasi lagu yang sama. Kisah-kisah seperti ini, mengalahkan berita-berita politisi atau berita kriminal, yang bikin bulu kuduk berdiri.
Apakah ibu-ibu ini menjadi tidak bermutu, gara-gara sinetron? Apakah para penonton drakor, drama Korea yang ditonton di kalangan lebih elit juga membuat kalangan muda metropolitan jadi nggak bermutu hidupnya? Silakan diteliti.
Yang pasti, baik serial televisi macam Kisah Aldebaran dan Andin, lebih banyak ditunggu di kalangan bawah ketimbang nonton keributan politik, bahkan tayangan hangat sepak bola. Masing-masing ada penontonnya, dan masing-masing memiliki penggemarnya yang tidak sedikit.
Terkadang, ikut senyum-senyum bersama ibu-ibu warung, ibu-ibu ranggon di desa, ketika membaca sebuah tulisan analitis yang menguliti kisah Aldebaran bisa ngetop lantaran Aldebaran adalah bintang yang paling terang di rasi Taurus yang sekaligus juga adalah bintang yang paling terang di langit malam.
Bintang yang mudah diketemukan lantaran berada di dekat rasi Orion, atau Waluku yang terkenal di dekat gugus bintang populer dalam berbagai kebudayaan, Pleiades, atau Lintang Kartika.
Itu sebab, kata analisa tersebut, kisah Aldebaran itu bisa terkenal dan digandrungi masyarakat sinetron. Ya ampun. Sebegitunya...
***
GANJAWULUNG PAKBO, Jakarta, 06/06/2021
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews