Seorang “Big Server” sejati, selain memiliki pukulan servis pertama yang menggeledek, juga memiliki servis kedua yang tak kalah hebatnya dari servis pertama.
Dari gaya permainannya melawan petenis Amerika Serikat, Tennys Sandgren di babak kedua Wimbledon Kamis (2/7) kemaren, tak syak lagi Alexander Zverev merupakan petenis yang mengandalkan pukulan keras servis untuk mengalahkan lawan-lawannya.
Meskipun belum sedahsyat “Big Server” Roger Federer yang boleh dikatakan menjadi salah satu petenis terhebat dunia dengan pukulan geledek servisnya.
Ketika mengalahkan Sandgren di lapangan satu, lapangan luar di Wimbledon kemaren, Zverev yang unggulan keempat turnamen di Church Road London ini praktis membuat kucar-kacir Sandgren dengan servis-servisnya yang tidak saja keras, akan tetapi juga akurat.
Papan elektronik Wimbledon merekam, hari itu pukulan terkeras Zverev ke bidang lapangan Sandgren tercatat berkecepatan 135 mph atau setara dengan laju kendaraan 217 km perjam!
Tetapi itu belum seberapa jika dibandingkan hujaman servis petenis Swiss, Roger Federer – petenis terhebat saat ini dengan 19 gelar turnamen seri Grand Slam – yang dalam catatan pernah mencapai 140 mph. Dan masih jauh dari kecepatan servis petenis AS Andy Roddick di Piala Davis 2004 yang 155 mph atau hampir 250 km perjam!
Big Server ada banyak di sepanjang sejarah tenis modern. Yang paling terkenal, di samping Federer, adalah juga Boris Becker dari Jerman, dan Goran Ivanisevic dari Kroasia.
Goran, bahkan disebut-sebut memiliki “mammoth’s serve” alias benturan servis yang setara dengan gajah purba, Mammoth yang tak hanya besar, keras melabrak segala sesuatu, akan tetapi juga berat bobotnya. Raket terasa bergetar dan berat ketika mengembalikan hujaman servis Goran Ivanisevic.
Tetapi ada banyak parameter di kalangan pencinta tenis untuk menggolongkan petenis sebagai “Big Server”. Kebanyakan petenis, mampu melancarkan servis geledek pada kesempatan servis pertama. Akan tetapi, ketika yang pertama gagal dan mendapat kesempatan servis kedua? Maka servis keduanya letoy. Lemah, dan sering malah kurang akurat.
Seorang “Big Server” sejati, selain memiliki pukulan servis pertama yang menggeledek, juga memiliki servis kedua yang tak kalah hebatnya dari servis pertama.
Salah satu “Big Server” yang selalu menjadi buah bibir dunia karena kehebatan pukulan servisnya, adalah petenis AS Pete Sampras. Sampras yang juara di 14 turnamen seri Grand Slam, dan tujuh di antaranya di Wimbledon? Dia memiliki konsistensi servis luar biasa, baik di kesempatan servis pertama, maupun servis keduanya. Bahkan Sampras selalu disebut sebagai petenis yang memiliki “servis kedua yang terbaik dunia”.
Artinya, baik servis pertama maupun servis kedua Sampras, sama-sama berbahanyanya. Dan terutama sekali.... sangat akurat. Seperti juga reputasi Roger Federer kini. Bahkan servis kedua Sampras, malah sering menyulitkan karena akurasinya.
Ada lagi, “Big Server” yang tak dilupakan dunia. Dialah John Isner, juga petenis AS. Isner memang tidak pernah juara Grand Slam. Paling banter, prestasinya hanya di babak keempat atau delapan besar, di Australia Terbuka dan AS Terbuka. Sementara di Wimbledon? Isner yang hebat servisnya ini, paling jauh hanya di babak kedua. Lalu apa hebatnya servis Isner?
Isner memiliki servis dahsyat, servis pertama. Sementara servis kedua, Isner yang kali ini juga lolos ke babak kedua Wimbledon dalam usia 36 tahun, memiliki servis kedua yang mematikan. Teknik servis kedua (second serve) nya, di kalangan tenis disebut sebagai “kick serve”.
Apa ya Indonesianya? Soalnya, jenis pukulan ini juga ditentukan dengan posisi kaki yang tidak depan belakang, akan tetapi sejajar garis servis, namun badannya terpilin, muntir, sehingga arah servisnya seperti terpelintir! (Indonesia dulu juga pernah punya petenis hebat nasional, yang mampu mematikan lawan dengan kick serve nya, yakni Atet Wiyono dan juga Justedjo Tarik).
Petenis “Big Server” memang tidak hanya petenis yang punya servis geledek di servis pertama, maupun servis mematikan di giliran servis kedua. Akan tetapi juga petenia yang bisa memanfaatkan kehebatan servis kencangnya, dengan diikuti permainan lanjutan yang mematikan lawan.
Salah satu yang paling terkenal untuk ini, adalah Boris “Boom Boom” Becker. Pada masa jayanya, Boris yang pernah enam kali juara turnamen tenis seri Grand Slam dan tiga di antaranya Wimbledon, tidak hanya “boom boom” di servis pertama. Akan tetapi juga kecekatannya menyergap lawan, dengan “rush to the net” alias langsung merapat ke depan net untuk menyelesaikan kembalian lawan dengan sambaran volinya yang hampir pasti, sulit dijangkau lawan.
Jenis permainan yang dikatakan sebagai tektik “serve and volley game”, atau rush to the net. Boris Boom Boom memang menjadi bom bagi lawan-lawan mainnya.
Nah, turnamen Wimbledon di Church Road London ini masih agak lama. Bareng ramenya dengan kejuaraan sepak bola akbar, UEFA Euro 2020 yang mendekati babak-babak akhir.
Silahkan menikmati permainan-permainan para “Big Server” yang masih bertebaran di Wimbledon kali ini. Sumangga... *
JIMMY S HARIANTO, 02/07/2021
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews