Manfaat Permen Karet

Izinkan saya kunyah permen karet saya lagi, supaya tenggorok saya terstimulasi lagi dan lendir-lendir yang dihasilkan turun semua ke perut saya.

Senin, 6 Juli 2020 | 14:51 WIB
0
392
Manfaat Permen Karet
Mengunyah permen karet (Foto: Popmama.com)

Salah satu kebiasaan saya yang dihitung ibu saya sebagai kelakuan jelek saya adalah mengunyah permen karet. Kalau sedang bicara dan berjalan bersama ibu, saya sepertinya diharuskan ibu berhenti mengunyah permen karet. Apalagi sampai berbunyi mengunyah dan meniup balon dari permen karet itu keluar dari kedua bibir saya.

Ibu saya mengomel berkali-kali sepanjang jalan. Dia bilang: “Ih, bisa berhenti ga mulutnya itu?, Bisa dibuang tidak itu permen karetnya? Kok terus-terusan mengunyah permen karet? Itu tidak sopan. Itu tidak baik. Berhenti dan buang permen karet itu”.

Kadang saya ikuti perintah ibu. Saya sangat sayang pada ibu dan saya mau dia paham saya sangat mengerti keinginannya. Tapi kalau otak saya suntuk saya buka satu bungkus lagi dan kunyah lagi. Ketagihan?

Iya, sepertinya begitu. Tapi mendadak otak saya juga jadi lancar berpikir. Saya ketagihan permen karet karenanya. Sesuatu yang baru saya gemari lagi 3-4 tahun terakhir ini. Kenapa? Ya menurut saya, karena permen karet memberi rasa nyaman pada tubuh saya. Ia membuat saya tenang dan nyaman, dan membuat pikiran saya segar. Tepatnya begitu.

Saya mencoba mencari informasi, alasan sensasi tubuh saya akibat mengunyah permen karet. Saya mencoba memahami mengapa permen karet itu memberikan rasa nyaman di tubuh saya, terutama mulut, perut sampai otak saya. Mengapa saya merasa jadi “pintar dan kreatif” karena mengunyah permen karet.

Sehari saya bisa kunyah 5 permen karet. Itu pun sudah berkurang. Aslinya dulu bisa 1 pak (isi 15) sehari. Balon ciptaan dari kedua bibir saya bisa gedeeee dan letusannya bikin saya girang setiap letupan bunyi terdengar. Saya bisa senyum dan bahagia sendiri karena suaranya.

Apakah saya terlalu childish? Sepertinya masa kecil saya bukan kurang bahagia. Waktu kecil, saya sangat suka menghabiskan uang saku saya beli permen karet warna warni berbentuk bola-bola kecil. Ayah tahu itu. Dia pun belikan saban saya jalan bareng ke toko dengannya.

Dengan setengah hati. Saya juga makan permen karet yang warnanya pink berbentuk kotak-kotak kecil, dibungkus kertas perak, isinya 5 strip satu bungkus. Jadi memang, saya seorang penggemar permen karet dan ketagihan hingga kini.

Tetapi, ketagihan saya makan permen karet mendapat pembenaran dan pengampunan dari diri saya sendiri, untuk tidak berhenti mengunyah permen karet kira-kira lebih dari empat tahun yang lalu. Saat itu dokter bilang saya terkena GERD. Semacam produksi Acid Reflux yang diproduksi berlimpah dalam sistim pencernaan saya. Saya pun tidak tahu kenapa terjadi. Padahal saya sering makan makanan sehat di rumah.

Menurut saya, ada intel-intel jahat yang rajin keluar masuk dapur saya menabur bakteri pada makanan-makanan saya. Kedua, dokter GERD saya sudah merusak sistim reflux saya dengan memakai pipa besar ketika melakukan pemeriksaan. Lalu saya yang suka online ini mencoba mencari informasi, bagaimana cara mengurangi acid reflux saya.

Ketemulah dengan komentar-komentar pembaca dalam satu artikel yang bilang pengalamannya mengatasi acid reflux dengan mengunyah permen karet. Saya pun mencobanya, dan benar, lambung dan sistim pencernaan saya jadi nyaman karena saya sering kunyah-kunyah permen karet.

Mungkin selama mengunyah-ngunyah permen karet itu, saya memberikan stimulasi pada lambung saya untuk mengeluarkan enzim yang kemudian sanggup mengurangi keasaman lambung. Saya menelan ludah berkali-kali dan masuk ke lambung saya. Saya sembuh dari GERD, heartburn symptoms dan acid reflux problem karena rajin mengunyah permen karet juga. Tetapi juga, setelah saya mengkonsumsi perasan jeruk nipis segar 300 cc sehari kala perut kosong.

Dari hasil penelusuran saya, air perasan jeruk nipis itu kalau diminum dan masuk dalam lambung, oleh proses kimiawi tubuh kita menjadi basa, membuat basa suhu lambung saya. Saya sembuh karena mengkonsumsi perasan jeruk nipis segar 300 cc setiap pagi kala perut kosong selama 3 bulan dan sambil mengunyah permen karet setiap hari. Percaya atau tidak, ini kisah nyata hidup saya dalam menyembuhkan lambung saya. 

Kedua, manfaat mengunyah permen karet pada saya adalah membuat suhu basa rongga mulut saya. Dari hasil informasi mbah google, dianjurkan untuk rajin mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol. Xylitol dikabarkan membunuh bakteri dalam mulut, karena membuat bakteri-bakteri itu lapar dan mati pelan-pelan. Xylitol menyehatkan gusi dan gigi, dan didukung oleh dokter-dokter gigi.

Kandungan gulanya tidak merusak gigi. Jadi tambahlah saya rajin mengunyah permen karet karenanya. Bukan hanya membuat harum mulut saya, bukan juga sekedar pengganti gosok gigi, tapi juga menyehatkan gusi dan mencegah tumbuhnya bakteri pada rongga mulut saya.

Ketiga saya rajin mengkonsumsi permen karet karena dari penelusuran saya, mengunyah permen karet itu dapat memperlancar aliran darah ke otak. Mengunyah permen karet juga terbukti dapat mengusir rasa kantuk, membuat saya lebih fokus berpikir, mengurangi depresi, mengurangi rasa sakit di telinga saya, mengurangi rasa mual dan muntah karena masuk angin.

Selain itu, hasil penelitian mengungkapkan bahwa kebiasaan mengunyah permen karet terbukti menolong 35% kasus penderita short term memory. Menurut saya, ini sangat masuk akal. Kalau mengunyah permen karet dapat membuat mulut kita sibuk mengunyah, sehingga aliran darah ke otak menjadi lebih lancar. Daripada ngemil, tentu lebih baik mengunyah permen karet, bukan? Zero Calori. Tetapi terlalu lama mengunyah permen karet itu juga akan membuat lost memory. Jadi pastikan mengkonsumsi dan mengunyahnya ketika ada sedang mau berpikir serius dan penting.

Keempat, saya mengunyah permen karet untuk mencegah batuk. Ini pengalaman saya pribadi yang bilang. Batuk saya cukup berat. Saya waktu itu sudah terlanjur ikut kelas pengolahan biji coklat. Di kelas guru saya bilang, tidak diizinkan mengunyah makanan dalam kelas pengolahan biji coklat, khususnya di dapurnya. Akhirnya saya buang, karena dia sepertinya menyindir saya.

Alhasil, selama kelas itu berlangsung saya batuk-batuk berat. Sampai teruhuk-uhuk. Saya minum air berulang kali dan menutup mulut saya. Sampai saya bilang, kalau saya tidak boleh makan permen karet, saya reschedule saja kelasnya lagi. Gurunya tidak percaya yang saya bilang. Saya katakan, dada saya sakit batuk-batuk terus, gatal tenggorokan saya.

Izinkan saya kunyah permen karet saya lagi, supaya tenggorok saya terstimulasi lagi dan lendir-lendir yang dihasilkan turun semua ke perut saya. Ia akhirnya izinkan. Dan terbukti, sampai akhir kelas saya tidak batuk-batuk berat lagi. Tetapi saya tidak pernah meniup balon karet di kelas tentunya. Sambil minum air sekali-kali.

Jadi, bukan saya membela dan membenarkan diri saya, dengan hobi makan permen karet sejak kecil. Bukan juga saya bermaksud tidak sopan ketika bertemu dan bicara dengan orang sambil menahan permen karet di mulut saya.

Jujur, saya juga baru tahu manfaatnya 3-4 tahun terakhir. Saya sengaja tulis di sini untuk berbagi pada sesama. Siapa tahu, ada yang bermasalah seperti saya, dan mau mencoba membiasakan diri untuk mengunyah permen karet seperti saya.

Sumber bacaan:

Readerdigest, Webmd, Badgut, Selecthealth, Healthline