Libidonomics Industri Film Horor Indonesia

Kesan dan fantasi porno inilah yang dalam konsep libidonomics akan ikut mendongkrak pundi-pundi rupiah penyelenggara produksi.

Rabu, 24 April 2019 | 10:38 WIB
0
566
Libidonomics Industri Film Horor Indonesia
Adegan Film

Dewasa ini, industri film horor Indonesia berkembang pesat. Bak jamur di musim penghujan, beragam tema film horor bermunculan menghiasi bioskop-bioskop tanah air. Bahkan, kampanye film horor ini mulai disebarluaskan melalui media dan dimodifikasi dalam berbagai bentuk.

Menggeliatnya industri film horor ini, diiringi pula oleh diskursus publik yang juga tak luput dari banyak kontroversi. Ada saja yang menolak produksi film jenis ini, tapi di lain sisi ada pula yang berselera. Terlepas dari itu semua, saya ingin menyorotinya dari konsep libidonomics yang dipopulerkan oleh Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Dunia yang Dilipat.

Libidonomics dalam industri film horor, secara sederhana dalam pandangan saya merupakan bagian dari upaya mengartikulasikan energi seksual yang tabu dalam sistem sosial kita menjadi sebentuk seni hiburan yang bertujuan mendongkrak kumulasi ekonomi bagi industri tersebut. Jadi, semakin banyak energi libido yang ditawarkan pada publik, semakin tinggi pula pundi-pundi pendapatan pengelola industri. Logika kapitalisnya, jika produksi film horor terus meningkat, maka selera pasar pun bisa ditebak yakni begitu antusias.

Coba perhatikan film-film horor yang beredar di bioskop (XXI) belakangan ini (Suster Keramas, Hantu Puncak Datang Bulan, Misteri Hantu Selular, dll), hampir semuanya menawarkan hasrat seksual bagi penonton. Bahkan, tak tanggung-tanggung, artis film porno luar negeri pun ikut didatangkan dan membintangi beberapa film, sebut saja Maria Ozawa, Sora Aoi, dan Rin Sakuragi.

Berdasarkan pemberitaan di vivanews.com dan kompas.com, sebuah film hantu teranyar akan segera dirilis dalam waktu dekat ini. Menurut pengakuan KK Dheeraj dari K2k Production, film horor komedi ini dibintangi artis porno asal Amerika, Sasha Grey. Meski dibintangi artis porno, Dheeraj tak khawatir filmnya akan menuai kontroversi. Dia mengimbau pada publik agar tidak menilai Sasha dari tampilan luarnya saja. "Kita jangan melihat sisi negatifnya. Dia juga membintangi video klip Eminem dan serial lain," ungkapnya kepada vivanews.com. Sampai sekarang, film yang katanya mengambil lokasi syuting di Hollywood ini, judulnya masih dirahasiakan.

Meski konten film ini belum diketahui berbau seks atau tidak, mengumbar libido ataupun tidak, tapi apa yang dilakukan K2k production ini menjadi perhatian publik karena ikut mendongkrak filmnya dengan embel-embel artis porno. Persoalan ini dapat kita kaji dari segi komunikasi simbolik, dimana kata "artis porno" mempunyai pengertian tersendiri atau mempunyai kesan khusus bagi pemirsa.

Sehingga, meski nantinya film ini jauh dari kesan porno namun publik tetap mempunyai fantasi awal tentang film ini pada masa-masa promosinya yakni adanya persenyawaan libido dalam film tersebut. Terlebih, fantasi itu akan diperkuat dengan fakta sebelumnya terkait realitas film horor Indonesia yang tak jauh dari pornoaksi.

Dengan begitu, kesan dan fantasi porno inilah yang dalam konsep libidonomics akan ikut mendongkrak pundi-pundi rupiah penyelenggara produksi. Derasnya arus libido dalam film-film horor Indonesia masa kini, secara tak sadar telah menjadikan penonton sebagai sesuatu yang dieksploitasi. Artinya, kesan dan fantasi kita tentang film horor sudah dikonstruksi.

Sebagai upaya perbaikan citra, sejatinya industri film horor tidak menekankan pada signifikansi pencapaian kumulasi ekonomi saja, namun juga ikut memperhatikan nilai-nilai sosial, moral, dan budaya bangsa kita. Seharusnya industri film, ikut memperkuat sosial budaya kita, bukan melemahkan apalagi menghancurkannya.

***