Kartu "AS" Masa Depan Catur Indonesia

Demi melihat sang putra berkembang pesat, orang tua menyediakan wadah untuknya mengasah kemampuan. Kini ia punya klub catur sendiri bernama Pion Baja.

Kamis, 23 September 2021 | 07:02 WIB
0
367
Kartu "AS" Masa Depan Catur Indonesia
AS Syahsyah Syakish Thirof (Foto: duta.co)

Siapa yang bisa menyangkal gudangnya bakat-bakat muda catur Indonesia, selain DKI Jakarta dan Jawa Barat, adalah Jawa Timur?

AS Syahsyah Syakish Thirof, salah satunya. Pemain catur belia kelahiran kota Kediri, Jawa Timur, 22 Januari 2011.

"Sebenarnya panggilannya A-ES, tapi orang-orang lebih gampang memanggilnya AS," cerita sang Bunda sambil tersenyum."

"Bermula di usia 6 tahun diajari Papa dan sering diajak ke warung-warung," AS mengawali kisahnya mengapa ia menyukai olahraga catur.

Selain itu "karena catur kelihatan tidak bikin capek," kata AS kecil lagi, polos.

Melihat bakat putranya yang tak biasa, tanpa ragu sang Ayah mengikutsertakan AS di sebuah klub catur, The King Power. Tak perlu menunggu lama, di bawah bimbingan pelatih pertamanya, Bambang Purnomo dan 2 pelatih nasional lainnya, MN Hasan Basri dan MN Iqro Musa Poetra, AS berhasil menyabet medali emas di Kejurnas Aceh tahun 2018 kategori open U-7.

Prestasi gemilangnya di kancah percaturan Indonesia, mengantarkan bungsu dari 5 bersaudara ini ke level yang lebih tinggi. Eastern Asia Youth Chess Championship Bangkok, Thailand, di 2019, tepat setahun kemudian.

Dalam debut internasional pertamanya, AS merebut 2 medali perunggu open U-8, di nomor blitz dan standar, untuk Indonesia.

Ada kisah haru perjuangan AS kecil saat ditemani Ayah sewaktu bertanding yang diungkap sang Bunda,
"Waktu berangkat ke Thailand, ternyata AS tidak cocok dengan makanan di sana, dia 4 hari muntah-muntah tetapi dia tetap berjuang maksimal meski hasilnya banyak remis. Alhamdulillah, di babak terakhir catur standar meski lawannya berat namun karena semangat untuk memberikan yang terbaik, dia bisa menang dan membawa medali perunggu."

Membanggakan!

Melihat tekad dan semangat AS yang kala itu baru menginjak usia 8 tahun. Terbersit asa untuk masa depan catur Indonesia lebih cerah.

Pandemi yang melanda dunia termasuk Indonesia di tahun 2020 hingga saat inipun tak menyurutkan prestasi demi prestasi yang diukirnya.

Tak terhitung berapa kali sudah, AS menjadi juara 1 turnamen catur online di kelompok umurnya.

Pemain yang di juluki "GM Susanto Kecil," oleh Bapak Catur Indonesia, Eka Putra Wirya, sewaktu mengunjungi tim catur junior Indonesia di Bangkok ini, bercita-cita ingin menjadi juara dunia.

Penyuka opening Italia dan pengagum GM Utut Adianto ini juga masih giat berlatih. Menimba ilmu di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) di bawah bimbingan IM Anjas Novita dan IM Danny Juswanto. Penggemar olahraga sepak bola selain catur inipun masih berlatih bersama sparing patnernya, FM Yoga Pradafa Harahap.

Dukungan penuh orang tua semakin menjadikan AS harapan untuk masa depan catur Indonesia bersinar. Tak tanggung-tanggung, demi melihat sang putra berkembang pesat, orang tua menyediakan wadah untuknya mengasah kemampuan. Kini ia punya klub catur sendiri bernama Pion Baja.

Apa harapan dari pemain catur yang memilih istirahat untuk bisa cepat melupakan kekalahan ini? "Ingin pandemi segera berakhir supaya dapat bermain catur offline dan bertanding keluar negeri lagi," jawab AS yang sekarang berusia 10 tahun.

Tak sabar rasanya menyaksikan kiprah siswa yang kini duduk di kelas 5, SD Islam Alhuda kota Kediri, untuk berkompetisi seperti dulu lagi. Meski masih panjang perjalanan, akan tetapi dengan bakat besar, dukungan, tekad, semangat dan kerja keras yang dimilikinya, kartu "AS" masa depan catur Indonesia ini, sepertinya cukup menjanjikan.

***