"Second Life" Didi Kempot, Sang Bapak Patah Hati Nasional

Baru kali ini musik campursari bisa mengalahkan musik modern seperti group band atau penyanyi pop atau rock. Apalagi musik pop atau group band musik saat ini lagi tenggelam atau mati suri.

Jumat, 11 Oktober 2019 | 17:35 WIB
0
532
"Second Life" Didi Kempot, Sang Bapak Patah Hati Nasional
Didi Kempot (Foto: Tribunnews.com)

Siapa yang tidak kenal Didi Kempot yang mendapat julukan "Bapak Patah Hati Nasional atau The Godfather of Broken Heart". Lewat lagu "cidro" atau ingkar janji atau lagu-lagu bertemakan  patah hati-jadi melambungkan namanya kembali.

Jarang ada pekerja seni atau penyanyi pop, rock, jazz atau jenis musik apapun, yang sudah mencapai puncak karier bisa rebound atau atau bangkit lagi dan bisa mencapai puncak karier kedua kalinya. Biasanya penyanyi yang sudah mencapai puncak karier akan tenggelam dan tidak akan bangkit lagi. Paling-paling menggelar konser tunggal untuk mengenang lagu-lagunya.

Tapi ini tidak berlaku bagi Didi Kempot, ia bisa bangkit lagi atau rebound dengan karya lagu terbarunya yaitu Cidro atau ingkar janji.

Didi Kempot terkenal dengan membawakan lagu-lagu campur sari dengan lirik bahasa Jawa. Pelopor campur sari sendiri sebenarnya Manthous dari Gunung Kidul yang terkenal menciptakan lagu "Gethuk".

Lagu-lagu Didi Kempot yang melambungkan namanya di antaranya: Sewu Kutho, Ketaman Asmara, Stasisun Balapan, Tanjung Mas Ninggal Janji, Modal Dengkul, Sekonyong-Konyong Koder dan masih banyak lagu lainnya.

Tapi setelah lagu patah hati "Cidro", nama Didi Kempot melambung lagi dan menembus batas-batas usia dari berbagai kalangan: tua-muda-anak-anak dan lintas suku atau etnis.

Banyak generasi muda atau milenial yang menyukai lagu Didi Kempot sekalipun mungkin tidak mengerti artinya karena menggunakan bahasa Jawa, namun tidak mengurangi kesukaannya kepada lagu-lagu Didi Kempot.

Bahkan sekarang aksi panggungnya bukan ditanah lapangan lagi, tapi sudah masuk Hotel yang berbintang atau berkelas dengan ribuan penonton yang berkelas juga. Puncak karier Didi Kempot kedua ini bisa terbilang sempurna yang bisa merangkul dari berbagai kalangan lintas generasi dan lintas etnis.

Aksinya panggungnya selalu disesaki oleh anak-anak muda atau para fans dengan sebutan "sobat ambyar".

Mungkin baru kali ini musik daerah atau campursari bisa mengalahkan musik modern seperti group band atau penyanyi pop atau rock. Apalagi musik pop atau group band musik saat ini lagi tenggelam atau mati suri.

Alangkah baiknya kalau lagu-lagu daerah lainnya juga bisa muncul atau tampil seperti Didi Kempot.

Selamat berkarya lewat musik daerah.

***