Penyakit BUMN Nyaris Sama

Penyakit-penyakit BUMN itu nyaris sama yang akhirnya merugikan perusahaan negara dan menciptakan utang yang segunung bertrilyun-trilyun. Perusahaannya rugi, tetapi gaji pegawainya sebesar gunung.

Rabu, 12 Januari 2022 | 16:30 WIB
0
123
Penyakit BUMN Nyaris Sama
Batubara (Foto: tempo.co)

Beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan aturan larangan ekspor batubara akibat pasokan batubara menipis dan bisa mengakibatkan pembangkit listrik milik negara atau PLN berhenti beroperasi.

Namun, larangan ekspor itu dilonggarkan kembali karena ada protes dari Korea Selatan dan Jepang.

Selama ini ada aturan pemerintah yang mengharuskan produsen tambang batubara menyisihkan atau memenuhi 25 persen untuk kebutuhan dalam negeri atau Domestik Market Obligation (DMO). Namun, banyak yang melanggar aturan itu dan tidak memenuhi kewajibannya.

Namun di balik kelangkaan batubara untuk PLN ada pemburu rente atau ada pihak-pihak yang mencari keuntungan.

Penyakit BUMN di negara ini kurang lebih sama yaitu banyak pemburu rente atau banyak mafia atau patgulipat.

Seperti dulu anak usaha Pertamina yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral) yang berkantor di Singapura dibubarkan karena banyak mafia migas atau pemburu rente. Nama Petral lebih banyak negatif dibanding positif.

Tugas dari Petral sendiri yaitu untuk mengimpor atau membeli minyak di pasaran internasional untuk kebutuhan Pertamina. Dan Petral membeli dari trader atau makelar. Artinya melibatkan banyak pihak dan pemburu rente.

Akhirnya Petral dibubarkan!

Nah, apa yang terjadi di Pertamina juga hampir mirip yang terjadi di PLN. Perusahaan Listrik Negara mempunyai anak usaha yaitu PLN Batubara yang bertugas membeli batubara dan dipasok ke PLN. Tetapi PLN Batubara ini membelinya lewat makelar atau trader yang menyebabkan harganya lebih tinggi.

PLN Batubara bukan produsen yang mempunyai tambang batubara tetapi membeli lewat makelar atau trader. Harusnya membelinya langsung lewat produsen batubara dan melakukan kontrak jangka panjang. Supaya ketersediaan pasokan batubara lancar dan tidak tersendat seperti sekarang ini yang bisa mengganggu kepentingan ekonomi.

Bahkan menteri Luhut Pandjaitan meminta menteri BUMN Erick Thohir untuk membubarkan PLN Batubara yang dianggap gagal memenuhi pasokan batubara dan dianggap tidak efisien karena terlalu banyak birokrasi.Dan memerintahkan PLN untuk membuat kontrak jangka panjang dengan produsen batubara.

Penyakit-penyakit BUMN itu nyaris sama yang akhirnya merugikan perusahaan negara dan menciptakan utang yang segunung bertrilyun-trilyun. Perusahaannya rugi, tetapi gaji pegawainya sebesar gunung.

Aneh? Iya kalau di Jepang, tapi ini Indonesia, Bung!

***