celakanya di masa lalu ormas kepemudaan dan bahkan keagamaan belum merasa afdol kalau seragamnya belum memakai loreng-loreng yang mirip tentara itu.
Kita hapus terlebih dahulu prasangka bahwa niat Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang berencana mengubah warna seragam satuan pengamanan (Satpam) sebagai proyek belaka.
Maksudnya begini, semakin baju seragam diubah dan diganti, semakin banyak proyek yang mengalir untuk pembuatan seragam. Coba hitung, barapa juta Satpam yang ada di negeri ini? Berapa pakaian seragam yang dibutuhkan oleh mereka.
Polri berencana mengubah seragam satpam yang kini berwarna cokelat muda untuk atasan dan bawahan cokelat tua (sangat mirip seragam polisi) akan diubah menjadi krem.
Demikian disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen (Pol) Ahmad Ramadhan saat mengungkap wacana perubahan seragam Satpam yang konon masih dalam tahap kajian itu. "Masih dalam proses pengkajian warna baju cokelat muda akan berubah menjadi warna krem," kata Ramadhan dalam keterangan tertulis, Rabu, 12 Januari 2022.
Warna seragam satpam yang kini seperti seragam polisi itu baru saja diubah dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengamanan Swakarsa. Peraturan itu diteken oleh Kapolri yang saat itu menjabat, Jenderal Idham Azis, pada 5 Agustus 2020. Tetapi belum dua tahun aturan itu berjalan, kini Polri mulai kembali mengutak-atik warna seragam satpam.
Lalu dengan mudah muncul pertanyaan, jangan-jangan ganti Kapolri ganti seragam Satpam. Ujung-ujungnya proyek bisnis pembuatan seragam Satpam itu. Siapa pemegang proyek, tahu sama tahu sajalah.
Seragam Satpam yang sekarang ini memang mirip seragam polisi dan itu berlaku sejak Agustus 2020, seragam dinas harian satpam resmi diubah menjadi nuansa cokelat, layaknya seragam polisi. Semula seragam satpam atasan putih dan bawahan biru tua. Perkap 4/2020 kemudian mengubah warna seragam satpam menjadi cokelat muda dan bawahan warna cokelat tua.
Lebih membingungkan perubahan warna seragam juga disertai penambahan pangkat, seperti seragam polisi. Brigjen (Pol) Awi Setiyono yang saat itu menjabat Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri menyatakan, ada tingkatan pangkat dalam seragam satpam.
Dijelaskan, , tanda pangkat pelaksana dengan segita satu buah, pelaksana madya dengan segitiga dua buah, dan pelaksana utama dengan segitiga tiga buah. Sedangkan filofosif kemiripan warna seragam satpam dengan polisi diharapkan dapat menimbulkan kedekatan emosional antara Polri dan satpam selain menumbuhkan rasa kebanggaan kepada satpam.
Konon warna coklat untuk seragam Satpam itu merupakan warna netral yang identik dengan warna-warna elemen bumi, seperti tanah, kayu, dan batu. Warna coklat juga melambangkan kebersahajaan, kehangatan, kejujuran, dan keanggunan.
Namun kini muncul "masalah baru" bahwa pemilohan warna cokelat itu terlalu mirip sehingga warga biasa sulit membedakan mana satpam mana polisi. Tetapi justeru karena "masalah baru" yang membingungkan masyarakat inilah muncul wacana mengubahnya menjadi warna krem. Pertanyaannya, setelah warna krem saat ada Kapolri baru, mau diubah menjadi warna apa lagi?
Satpam sendiri profesi di mana di dalamnya terdapat misi pengemban fungsi kepolisian yang memiliki personal terbatas. Namun demikian satpam perlu memiliki identitas sendiri yang berbeda dengan polisi.
Betapa cepatnya implementasi atas perubahan warna itu sehingga warna seragam satpam menjadi krem akan dikenalkan pada saat hari ulang tahun (HUT) Satpam, sedangkan penggunaan seragam baru satpam dilakukan setelah semua proses pengkajian selesai.
Di luar pergantian warna seragam satpam yang sekarang mirip seragam polisi akan diganti menjadi warna krem, baju seragam memiliki filosofisnya sendiri. Selain alasan taktis-praktis, ada juga alasan kebanggaan korps. Mengapa seragam Basarnas berwarna oranye menyala, misalnya dan warna seragam tentara berwarna hijau?
Jika Basarnas agar mudah mengidentifikasi sesama anggota saat bekerja di wilayah bencana, sebaliknya seragam warna hijau bagi tentara agar tidak mudah teridentifikasi lawan saat berada di wilayah perang. Warna hijau menyatu dengan warna tumbuhan di mana tentara bergerilya. Simak tentara asing di gurun, mereka memilih warna cokelat sesuai warna gurun.
Motif loreng-loreng pada seragam tentara? Ini sebagai kekhasan semata. Tetapi celakanya di masa lalu ormas kepemudaan dan bahkan keagamaan belum merasa afdol dan "secure" kalau seragamnya belum memakai loreng-loreng yang mirip tentara itu. Dengan seragam loreng-loreng, setidak-tidaknya mereka bisa petantang-petenteng.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews