Negara Cepat Akan Menguasai Negara yang Lambat

Ke depan negara besar tidak lagi menguasai negara kecil, atau negara kaya menguasai negara miskin. Yang terjadi, negara cepat akan menguasai negara yang lambat.

Kamis, 22 Agustus 2019 | 19:45 WIB
0
438
Negara Cepat Akan Menguasai Negara yang Lambat
Saya bersama Putra Mahkota Sheikh Mohamed bin Zayed (Foto: Facebook Presiden RI)

Ini cerita dari empat tahun lalu, saat saya berkunjung ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Saya dijemput Putra Mahkota Sheikh Mohamed bin Zayed di tangga pesawat.

Begitu turun saya diajak naik mobil beliau. Sheikh Mohamed sendiri yang duduk di balik kemudi. Tak banyak aturan protokol, begitu cepat dan sederhana.

Sheikh Mohamed sempat bertanya: "Presiden Jokowi izin dulu ke protokol?" Ah, saya enggak usah izin, saya langsung naik saja. Kalau saya ngomong pasti enggak boleh demi keamanan 

Lalu kami melaju. Saya merasa mobilnya biasa saja, jalannya pelan. Tapi begitu saya melirik speedometer, 190-200 kilometer per jam. Duh, kencang sekali mobilnya, ternyata. Saya lirik-lirik, cari-cari ini merek mobilnya, tidak ketemu. Dan saya tidak bertanya ke Sheikh Mohamed. Malu, jangan-jangan beliau nanti: "Presiden Jokowi ini ndeso banget". 

Tapi kami mengobrol soal lain. Soal kemajuan kedua negara. Kita ingat, Uni Emirat Arab punya minyak, kita juga punya minyak. Dia punya gas, kita juga punya. Tapi di sana tak ada kayu, kita punya kayu, saat itu kita bahkan punya BUMN kayu. Minerba kita punya semuanya, dari batu bara, emas, nikel, bauksit, tembaga ... semuanya.

Tetapi sekarang ini, kita tahu, income per kapita di sana USD43.000, kita USD4.000. Bagaimana bisa? Kenapa UEA melompat begitu cepat? Padahal, kata Sheikh Mohamed, "Presiden Jokowi, tahun 60-an kami dari Dubai ke Abu Dhabi masih naik unta." Kita ingat saat itu kita sudah naik Holden dan Impala.

"Tahun 70-an kami dari Dubai ke Abu Dhabi masih naik truk dan mobil pick up," kata Sheikh Mohamed. Kita tahun itu sudah naik Toyota Kijang.

Menginjak tahun 1980-1985, di sana orang-orang sudah lalu lalang dengan mobil mewah bermerek Mercedes Benz, BMW... Kita masih naik Kijang. Income perkapita mereka melompat jauh.

Nah, kunci kemajuan itu apa? Kuncinya kecepatan. Cepat di perizinan, sederhana di regulasi. Perizinan yang butuh waktu tahunan di tempat kita, di UEA setengah jam sahaja.

Sering saya sampaikan, ke depan negara besar tidak lagi menguasai negara kecil, atau negara kaya menguasai negara miskin. Yang terjadi, negara cepat akan menguasai negara yang lambat. Jadi, kita harus cepat. Kecepatan itulah yang akan membawa negara ini menjadi negara maju.