Pilih Mana, Barangnya Murah Tetapi Langka atau Barangnya Sedikit Mahal Tetapi Tersedia

Kalau sampai menjelang puasa kelangkaan minyak goreng ini belum teratasi atau menemukan solusinya, bisa jadi malah akan memicu kenaikan kebutuhan pokok lainnya.

Rabu, 23 Februari 2022 | 23:39 WIB
0
134
Pilih Mana, Barangnya Murah Tetapi Langka atau Barangnya Sedikit Mahal Tetapi Tersedia
Antri minyak goreng (Foto: liputan6.com)

Minyak goreng masih menjadi barang langka dipasaran.Ibu rumah tangga resah dengan kelangkaan minyak goreng ini.Bahkan mereka rela antri untuk sekedar mendapatkan minyak goreng yang jumlahnya juga dibatasi.

Berita kelangkaan minyak goreng masih menjadi topik utama.Awalnya harga minyak goreng naik diluar kewajaran diatas Rp.20 ribu untuk ukuran 1 liter.

Tetapi pemerintah lewat menteri Perdagangan mematok harga yaitu Rp.14 ribu atau dibawah Rp.14 ribu untuk minyak curah.

Mematok harga minyak goreng,justru membuat minyak goreng menjadi barang langka di pasaran. Pedagang pasar tidak mau menjual dibawah harga belinya yaitu Rp.14 ribu. Karena kalau dijual harga Rp.14 ribu tentu pedagang pasar rugi. Karena harga kulakan atau beli di atas harga Rp.14 ribu. Kecuali pemerintah melakukan subsidi atau mengganti uang selisihnya.

Operasi pasar yang dilakukan Kementerian Perdagangan juga belum bisa mengatasi kelangkaan keberadaan minyak goreng.

Ibu-ibu berlarian menyerbu toserba yang menjual minyak goreng.Itu pun belum tentu bisa mendapatkan minyak goreng.Dan pembelian minyak goreng juga dibatasi jumlahnya.Bagi yang sudah membeli ada yang ditandai dengan mencelupkan jarinya.Supaya tidak ada pembeli yang nakal.

Menteri Perdagangan selalu bilang minyak goreng cukup.Tapi faktanya di pasaran tetap langka. Bahkan ketika diajak rapat dengan DPR yang waktunya sudah dijadwalkan sebelumnya-tidak bisa hadir dengan alasan yang tidak jelas.

Sampai saat ini belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng ini. Pihak kepolisian juga menyisir gudang-gudang yang diduga tempat penimbunan minyak goreng. Perusahaan besar selalu punya dalih dan kilah manakala aparat menemukan tumpukan minyak goreng jumlahnya jutaan kiloliter. Sedangkan aparat terkadang tegas dengan penimbun kelas bawah sekelas pedagang pasar. Dan langsung dinyatakan menimbun minyak goreng.

Kalau sampai menjelang puasa kelangkaan minyak goreng ini belum teratasi atau menemukan solusinya, bisa jadi malah akan memicu kenaikan kebutuhan pokok lainnya. Dan bisa memicu inflasi yang lebih tinggi.

Lebih baik harga minyak goreng tidak dipatok, tetapi barangnya ada atau tidak langka atau tersedia di pasaran. Daripada harganya murah tetapi barangnya tidak ada atau langka dipasaran. Memang, idealnya barangnya murah dan ada dipasaran.

Penghasil kelapa sawit terbesar tetapi justru minyak goreng jadi barang langka untuk mendapatkannya.Sunggup ironi,bak pepatah "tikus mati di lumbung padi".

***