Hunian Vertikal Modern akan Mengubah Wajah Lampung Timur

Hunian vertikal bukan sekadar untuk menjawab kebutuhan hunian masyarakat yang makin modern dan generasi terkini, tetapi juga bisa menjadi nilai jual bagi Bupati Lampung Timur, Zaiful Bokhari.

Rabu, 15 April 2020 | 18:25 WIB
0
189
Hunian Vertikal Modern akan Mengubah Wajah Lampung Timur
Hunian vertikal di Lampung (Foto: Kompas.com)

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) 2020 baru saja dilaksanakan pada Rabu, 15 April 2020.

Selain sektor pertanian, perkebunan, infrastruktur, dan sejenisnya yang selama ini menjadi basis kehidupan masyarakat setempat ada sektor lain yang juga perlu dijadikan perhatian serius oleh pemerintah daerah ini.

Sektor yang saya maksud tersebut misalnya perumahan dan telekomunikasi. Kenapa dua sektor ini menjadi penting untuk masyarakat?

Sektor perumahan menjadi penting mengingat jumlah penduduk akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Mau tidak mau pemerintah mesti memastikan ketersediaan papan yang layak untuk warga masyarakat agar di antara mereka tidak ada yang menjadi “tunawisma” di kampung sendiri.

Dalam memenuhi ketersediaan papan ini, pemerintah tidak bisa lagi menggunakan pendekatan rumah tapak (konvensional) seperti era generasi lama. Perumahan tapak yang horizontal bisa dikatakan tidak efisien, karena makin lama akan menggerus lahan produktif sebagai penopang sektor pertanian yang menjadi basis sumber kehidupan masyarakat.

Pemerintah sudah waktunya mengenalkan pola hunian secara vertikal kepada warga masyarakat yang tinggal di pusat kota, pusat perkantoran, pusat pendidikan, dan pusat industri yang menyerap banyak tenaga kerja.

Kepala Bappeda Lampung Timur, Ir. Puji Riyanto MM sendiri tidak menampik bahwa sektor perumahan dengan pola vertikal dan jaringan telekomunikasi yang andal layak dibangun di daerahnya pada waktu mendatang.

Pemerintah Kabupaten Lampung Timur di bawah kepemimpinan Zaiful Bokhari juga sudah mengusulkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk pembangunan rumah susun sewa bagi kalangan aparatur sipil negara.

“Di sini sudah dibangun rumah susun untuk santri-santri pondok pesantren,” kata Puji.

Pembangunan perumahan pola vertikal layak diperhatikan sejak dini sebelum kota atau daerah itu menjadi semrawut dan kumuh dengan rumah yang berhimpitan di pusat kota, yang kemudian menyulitkan penataan pada masa depan.

Mumpung daerah atau kota masih banyak area kosong, program rumah vertikal mesti mulai dikenalkan, khususnya kepada generasi milenial yang sebentar lagi memegang peran penting dalam berbagai lingkup kehidupan.

Beberapa negara di dunia sekarang sudah mulai mengusung rumah vertikal sebagai solusi dalam menjawab kebutuhan papan bagi warganya. Mereka menghindari pembangunan rumah horizontal sebagai upaya mempertahankan lahan produktif dan menjaga keseimbangan ruang terbuka hijau.

Ada dua negara yang relatif sukses menata permukiman bagi warganya dengan mengusung konsep hunian vertikal, Republik Rakyat China (RRC) dan Vietnam. Negara itu punya tipe seperti Indonesia, yang mana penduduknya banyak dan pertumbuhannya juga cepat.

RRC dengan jumlah penduduk 1,4 miliar atau 18,4% dari jumlah penduduk dunia (sesuai data per 7 April 2020) dan Vietnam 93,7 juta (sesuai data per 1 Juli 2017) atau 1,23% dari jumlah penduduk dunia ini berhasil menata kotanya lebih rapih dan punya banyak ruang terbuka hijau dibanding negara lain yang usia pembangunannya hampir sama, seperti Indonesia dan India misalnya. Indonesia berpenduduk 268 juta (sesuai data per 1 Juli 2019) atau 3,52% dari jumlah penduduk dunia dan India 1,35 miliar (sesuai data per 7 April 2020) atau 17.8% dari jumlah penduduk dunia.

Selain sektor perumahan pola vertikal ini, Lampung Timur juga sudah saatnya memperkuat jaringan telekomunikasi dan internet yang kuat dan andal. Wabah penyakit virus corona-19 menjadi kenyataan bahwa jaringan telekomunikasi yang kuat menjadi amat penting dalam menopang kebutuhan manusia dengan mobilitasnya yang tinggi dan cepat tanpa harus berinteraksi secara fisik.

Dengan jaringan telekomunikasi yang kuat dan merata di setiap sudut kampung, kehidupan manusia berikut bisnisnya bisa diatur lebih efisien. Manusia tidak perlu lagi mengeluarkan energi besar untuk berinteraksi satu dan lainnya, termasuk dalam urusan birokrasi, keamanan, dan layanan publik.

Transaksi keuangan, bisnis, belajar-mengajar, dakwah, maupun keamanan dan ketertiban masyarakat bisa dijalankan di mana saja dan kapan saja tanpa harus menghabiskan banyak energi untuk hilir mudik yang menyesaki jalan atau ruang publik.

Hunian vertikal dan telekomunikasi ini bukan sekadar untuk menjawab kebutuhan hunian masyarakat yang makin modern dan generasi terkini, tetapi juga bisa menjadi nilai jual bagi Bupati Lampung Timur Zaiful Bokhari dalam menapaki karier politiknya lebih tinggi lagi.

Krista Riyanto, Penulis dan anggota Dewan Riset Daerah (DRD)

***